Kemuhammadiyahan
Kemuhammadiyahan
WR.WB
ARTI MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah ?
Muhammadiyah adalah Gerakan
Muhammadiyah
sebagai Gerakan Islam
Muhammadiyah bercita-cita dan bekerja
Muhammadiyah berkeyakinan
bahwa risalah yang dibawa para Nabi
hingga Nabi akhir zaman Muhammad
s.a.w, adalah agama Allah yang
lengkap dan sempurna. Yang
didalamnya mengandung ajaran
berupa perintah-perintah dan larangan
larangan tetapi juga petunjuk
petunjuk untuk keselamatan hidup
umat manusia di dunia dan akhirat
Muhammadiyah
memandang
bahwa
Islam merupakan agama
yang mengandung nilai
nilai kemajuan untuk
mewujudkan kehidupan
umat manusia yang
tercerahkan
PERSEORANGAN
MASYARAKAT : BERSIFAT
PERBAIKAN, BIMBINGAN SERTA
PERINGATAN
ISLAM : TAJDID
NON ISLAM :
DIAJAK AGAR MASUK
ISLAM
KKEESEMU
SE AN
MMEENEGMAUANYYAAUUNNTTUUKK
NE AKKKKAN D
AN AN
MMEENJUG
NJUNNJJUUNG T DAN
IS
INGGGGI IAAGAMA
ISLLAAMMSSEHINNG TIN
AMA
MMAASYAR EHINGGGGAATTEERBEG
R ENNTTUUK
SY RAAKKAT IS
K
AT ISLLAAMMYAB
SSEEBENA
N
G
BENAARR-B
Y
-BEENNAARRNYA ANG
NYA
AL-QURAN
Al-
2. As- Sunnah
As-Sunnah adalah semua
ucapan, perbuatan, taqrir
dan sifat sifat Nabi
Muhammad saw.
TRIADIK / HERMENEUTIS
IJTIHAD
Ijtihad : Mencurahkan segenap
MAQASHID AL-SYARI
Maqashid al-Syari'ah
: Tujuan ditetapkan
hukum dalam Islam adalah untuk memelihara
kemashlahatan manusia sekaligus untuk
menghindari mafsadat, yakni memelihara
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Tujuan
tersebut dicapai melalui penetapan hukum yang
pelaksanaannya tergantung pada pemahaman
sumber hukum (al-Qur'an dan al-Sunnah).
TALFIQ
Talfiq : Menggabungkan beberapa
TARJIH
AL-SUNNAH AL-MAQBULAH
Al-Sunnah al-maqbulah
:
perkataan, perbuatan dan
ketetapan dari Nabi saw. Yang
menurut hasil analisis memenuhi
kreteria shahih dan hasan.
TAABBUDI
Ta'abbudi : Perbuatan-perbuatan ubudiyah
TAAQQULI
Ta'aqquli : Perbuatan-perbuatan
SUMBER HUKUM
Sumber Hukum : Sumber hukum
QOTHIYYUL AL-WURUD
Qath'iyyu al-Wurud : Nash yang memiliki
QATHIYYU AL-DALALAH
Qath'iyyu al-Dalalah : Nash yang
DHANNIYU AL-WURUD
Dhanniyu al-wurud : Nash yang tidak
PENERTIANIJTIHAD
Ijtihad : mencurahkan segenap
dalil-dalil dhanni.
Masalah-masalah yang secara
eksplisit tidak terdapat dalam Al-qur'an
dan Al-Sunnah.
2. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam
3. Teknik
Teknik yang digunakan dalam
menetapkan hukum adalah :
Ijmak
Qiyas
Mashalih Mursalah
Urf
Ta'arudh Al-Adillah
Ta'arudh Al-Adillah adalah pertentangan beberapa
dalil yang masing-masing menunjukkan ketentuan
hukum yang berbeda.
Jika terjadi ta'arudh diselesaikan dengan urutan
cara-cara sebagai berikut :
Al-Jam'u wa al-taufiq, yakni sikap menerima
semua dalil yang walaupun dhairnya ta'arudh.
Sedangkan pada dataran pelaksanaan diberi
kebebasan untuk memilihnya (tahyir).
Al-Tarjih, yakni memilih dalilyang lebih kuat untuk
diamalkan dan meninggalkan dalil yang lebih
lemah.
Al-Naskh, yakni mengamalkan dalil yang
munculnya lebih akhir.
Al-Tawaqquf, yakni menghentikan penelitian
terhadap dalil yang dipakai dengan cara mencari
dalil baru.
Ta'arudh Al-Adillah
Ta'arudh Al-Adillah adalah pertentangan beberapa
dalil yang masing-masing menunjukkan ketentuan
hukum yang berbeda.
Jika terjadi ta'arudh diselesaikan dengan urutan
cara-cara sebagai berikut :
Al-Jam'u wa al-taufiq, yakni sikap menerima
semua dalil yang walaupun dhairnya ta'arudh.
Sedangkan pada dataran pelaksanaan diberi
kebebasan untuk memilihnya (tahyir).
Al-Tarjih, yakni memilih dalilyang lebih kuat untuk
diamalkan dan meninggalkan dalil yang lebih
lemah.
Al-Naskh, yakni mengamalkan dalil yang
munculnya lebih akhir.
Al-Tawaqquf, yakni menghentikan penelitian
terhadap dalil yang dipakai dengan cara mencari
dalil baru.
Posisi Islam dan pemikiran Islam. Membedakan antara Islam dan pemikiran Islam
sangat penting di sini. Pemikiran Islam bukanlah wilayah yang terbebas dari intervensi
historisitas (kepentingan) kemanusiaan. Kita mengenal perubahan dalam pemikiran
Islam sejalan dengan perbedaan ruang dan waktu. Pemikiran Islam tidak bercita-cita
untuk mencampuri nash-nash wahyu yang tidak berubah (al-nushushu al-mutanahiyah)
melalui tindakan pengubahan baik penambahan dan pengurangan atau bahkan
pengapusan. Bagaimanapun kita sepakat bahwa Islam (obyektif) sebagai wahyu
adalah petunjuk universal bagi umat manusia. Pemikiran Islam juga tidak diarahkan
untuk mengkaji Islam subyektif yang ada dalam kesadaran atau keimanan setiap para
pemeluknya. Karena dalam wilayah ini, Allah secara jelas menyakatan kebebasan bagi
manusia untuk iman atau kufur, untuk muslim atau bukan (freedom of religion; qs. AlBaqarah 256; Al-Kafirun 1-6). Pemikiran Islam lebih diarahkan untuk mengkaji dan
menelaah persoalan-persoalan dalam realitas keseharian unat muslim yang "lekang
dan lapuk oleh ruang dan waktu" (al-waqai' ghairu mutanahiyah).
Dengan
memperhatikan
tuntutan-tuntutan
perkembangan, kontinuitas dan perubahan (al-istimrar
wa al-istihalah) dalam realitas kontemporer, perlu
diupayakan
perubahan
paradigma.
Perubahan
paradigma tidak berarti semua tradisi ditinggalkan,
tetapi patut dipahami sebagai upaya modifikasi tradisi
pemikiran Islam dalam ukuran tertentu sesuai dengan
problem sosial yang ada; dan atau merubah secara
total tradisi dengan sesuatu yang sama sekali baru.
Yang pertama dalam rangka menjaga kontinuitas
dalam
pemikiran
keislaman
atau
melakukan
pengembangan, sementara yang kedua adalah untuk
memproduksi pemikiran keislaman yang sama sekali
baru. Perubahan paradigma mengandaikan metodologi
--pendekatan dan metode-- baru untuk merespon
problem-problem di atas sekaligus aplikasinya dalam
praksis sosial. Dengan demikian, pemikiran Islam
berpegang pada adagium al-muhafazatu ala alqadim al-salih ma'a al-akhdh wa al-ijad bi al-
Kerangka
Merodologi
Pengembangan
Pemikiran Islam
Pada dasarnya metodologi adalah alat untuk
memperoleh kebenaran. Dalam rangka mencari
kebenaran itulah diprlukan pendekatan (logic of
explanation dan logic of discovery), berikut teknis-teknis
operasionalnya. Sejalan dengan epistemologi yang
dikembangkan Muhammadiyah, pemikiran keislaman
membutuhkan pendekatan bayani, irfani dan burhani,
sesuai dengan obyek kajiannya --apakah teks, ilham
atau realitas-- berikut seluruh masalah yang
menyangkut aspek tranhistoris, transkultural dan
transreligius
Pendekatan
Bayani
Pendekatan bayani sudah lama dipergunakan oleh para fuqaha', mutakallimun dan
Penekatan burhani
Pendekatan irfani
PENUTUP
LATAR BELAKANG
BERDIRINYA MUHAMMADIYAH
Prof. Mukti Ali, dalam bukunya Interprestasi amalan
Muhammadiyah menyimpulkan ada empat faktor :
1. Ketidak bersihan dan campur aduknya kehidupan
agama Islam di Indonesia
2. Ketidal efisiennya lembaga lembaga pendidikan
agama.
3. Aktivitas misi misi Katolik dan Protestan.
4. Sikap merendahkan kelompok intelektual terhadap
Islam.
Eksternal
1. Kristenisasi.
2. Penetrasi budaya barat.
1. Kehidupan beragama.
2. Kwalitas pendidikan
3. Kondisi sosial, politik
4. dan ekonomi
KELAHIRAN MUHAMMADIYAH
Yogyakara
pada tanggal 18 November 1912 bertepapatan
dengan tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H.
Didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan yang semasa
kecil ernama Muhammad Darwisy
Faktor Pendiri
1.
2.
3.
4.
PENDIRI MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah didirikan oleh
K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah
1330 Hijriyah bertepatan tanggal 18
November 1912 Miladiyah di Yogyakarta
untuk jangka waktu tidak terbatas.
( Anggran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga
Muhammadiyah BAB I Pasal 2 )
ideal
Muhammadiyah
terwujudnya
masyarakat Islam
yang sebenar benarnya
Misi Muhammadiyah .
1. MenegakkanTauhid yang murni
berdasarkan alQuran dan as
Sunnah;
2. Menyebarluaskan dan memajukan
Ajaran Islam yang
bersumber
pada alQuran dan asSunnah
yang shahihah/maqbulah;
3. Mewujudkan Islam dalam
kehidupan pribadi, keluarga ,
dan
masyarakat.
Masyarakat persaudaraan :
a, terikat oleh ikatan batin yang
kuat bedasar persamaan dan
kasih sayang.
b. mewujudkan ukhuwah
islamiyah serta memupuk dan
memelihara persaudaraan.
Masyarakat bekemajuan
VISIMUHAMMADIYAH
(20102015)
Menjadikan
Muhammadiyah
sebagai gerakan
Islamyangutama serta
terciptanya kondisi dan
faktor faktor pendukung bagi
terwujudnya masyarakat
Islamyangsebenar
benarnya benarnya.
Pasal 7 Usaha
1.
2.
3.
Sifat Muhammadiyah
1.