Anda di halaman 1dari 81

ASSALAAMUALAIKUM

WR.WB

SELAMAT DATANG DI RUMAH BESAR


KITA

3. PENDEKATAN MEMPELAJARI MUHAMMADIYAH


PENDEKATAN HISTORIS
PENDEKATAN IDIOLOGIS
PENDEKATAN ORGANISATORIS

ARTI DAN PENGERTIAN MUHAMMADIYAH

ARTI MUHAMMADIYAH

Kata Muhammadiyah berasal dari kata


Muhammad dan Ya ( Nisbiyah ), berarti :
Pengikut Nabi Muhammad saw.
Persyarikatan ini diberi nama Muhammadiyah
untuk bertafaul terhadap prilaku beliau Nabi
Muhammad saw.

Muhammadiyah ?
Muhammadiyah adalah Gerakan

Islam, Dakwah Amar Maruf Nahi


Munkar dan Tajdid bersumber pada Al
Quran dan As Sunnah. (Anggaran
Dasar Muhammadiyah Bab II, Pasal 4
ayat 1)

Muhammadiyah
sebagai Gerakan Islam
Muhammadiyah bercita-cita dan bekerja

didasarakan pada nilai ajaran Islam dan


untuk terwujudnya masyarakat islam yang
sebenar-benarnya, untuk melaksanakan
fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan
khalifah di muka bumi

Bagi Muhammadiyah Islam


merupakan nilai utama sebagai
fondasi dan pusat inspirasi yang
menyatu dalam denyut nadi gerakan


Muhammadiyah berkeyakinan
bahwa risalah yang dibawa para Nabi
hingga Nabi akhir zaman Muhammad
s.a.w, adalah agama Allah yang
lengkap dan sempurna. Yang
didalamnya mengandung ajaran
berupa perintah-perintah dan larangan
larangan tetapi juga petunjuk
petunjuk untuk keselamatan hidup
umat manusia di dunia dan akhirat

Muhammadiyah
memandang
bahwa
Islam merupakan agama
yang mengandung nilai
nilai kemajuan untuk
mewujudkan kehidupan
umat manusia yang
tercerahkan

kemajuan dalam pandangan


Islam adalah kebaikan yang serba
utama, yang melahirkan keunggulan
hidup lahiriah dan ruhaniah.

Islam yang berkemajuan melahirkan dan


memancarkan pencerahan yang secara
teologis merupakan refleksi dari nilai
nilai transendetal, liberasi, emansipasi,
dan humanisasai sebagaimana terkandung
dalam
Q.S. Ali
Imran
104
dan 110 ( yang menjadi inspirasi lehirnya
Muhammadiyah )

104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang


menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang
beruntung.
[217]. Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah;
sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari
pada-Nya.

10. Kamu adalah umat yang terbaik yang


dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik.

Islam berkemajuan menyemaikan benih benih kebenaran,


kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran,
serta keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat
manusia. Islam yang mnjunjung tinggi kemuliaan manusia
baik laki laki maupun perempuan. Islam yag
menggelorakan misi anti kekerasan, anti penindasan, anti
keterbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk
pengrusakan di muka bumi, penyalah gunaan kekuasaan,
korupsi, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam.

2. DAKWAH AMAR MAKRUF NAHI


MUNGKAR
DITUJUKAN KEPADA PERSEORANGAN
DAN MASYARAKAT

PERSEORANGAN

MASYARAKAT : BERSIFAT
PERBAIKAN, BIMBINGAN SERTA
PERINGATAN

ISLAM : TAJDID

NON ISLAM :
DIAJAK AGAR MASUK
ISLAM

KKEESEMU
SE AN
MMEENEGMAUANYYAAUUNNTTUUKK
NE AKKKKAN D
AN AN
MMEENJUG
NJUNNJJUUNG T DAN
IS
INGGGGI IAAGAMA
ISLLAAMMSSEHINNG TIN
AMA
MMAASYAR EHINGGGGAATTEERBEG
R ENNTTUUK
SY RAAKKAT IS
K
AT ISLLAAMMYAB
SSEEBENA
N
G
BENAARR-B
Y
-BEENNAARRNYA ANG
NYA

adapun dawah dan tajdid bagi


Muhammadiyah merupakan jalan
perubahan untuk mewujudkan Islam
sebagai agama bagi kemajuan hidup umat
manusia sepanjang zaman. Dan dalam
perspektif Muhammadiyah, Islam
merupakan agama yang berkemajuan
(dinul khadloroh )
yang kehadirannya membawa Rahmatan
lilalamin

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN TAJDID

TAJDID : PEMURNIAN AJARAN ISLAM

PENGEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM


( DINAMISASI )

SUMBER AJARAN ISLAM


AL QURAN
AS SUNNAH

AL-QURAN
Al-

quran adalah wahyu Allah


yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw ( baik isi
maupun redaksinya )melalui
perantara Malaikat Jibril as.

2. As- Sunnah
As-Sunnah adalah semua
ucapan, perbuatan, taqrir
dan sifat sifat Nabi
Muhammad saw.

Pengembangan pemiiran Islam

Pemikiran keislaman meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan


tuntunan kehidupan keagamaan secara praktis, wacana moralitas publik
dan discorse keislaman dalam merespon dan mengantisipasi
perkembangan kehidupan manusia. Masalah yang selalu hadir dari
kandungan sejarah tersebut mengharuskan adanya penyelesaian.
Muhammadiyah
berusaha
menyelesaikannya
melalui
proses
triadik/hermeneutis (hubungan kritis/komunikatif dialogis) antara
normativitas din (al-ruj'u ila al-Qur'an wa sl-sunnah al-maqbulah),
historisitas berbagai penafsiran atas din, realitas kekinian dan prediksi
masa depan. Mengingat proses hermeneutis ini sangat dipengaruhi oleh
asumsi (pandangan dasar) tentang agama dan kehidupan, di samping
pendekatam dan teknis pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut, maka
Muhammadiyah perlu merumuskannya secara spesifik. Dengan demikian
diharapkan ruhul ijtihad dan tajdid terus tumbuh dan berkembang.

TRIADIK / HERMENEUTIS

IJTIHAD
Ijtihad : Mencurahkan segenap

kemampuan berfikir dalam menggali


dan merumuskan ajaran Islam baik
bidang hukum, aqidah, filsafat,
tasawwuf, maupun disiplin ilmu lainnya
berdasarkan wahyu dengan
pendekatan tertentu.

MAQASHID AL-SYARI
Maqashid al-Syari'ah

: Tujuan ditetapkan
hukum dalam Islam adalah untuk memelihara
kemashlahatan manusia sekaligus untuk
menghindari mafsadat, yakni memelihara
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Tujuan
tersebut dicapai melalui penetapan hukum yang
pelaksanaannya tergantung pada pemahaman
sumber hukum (al-Qur'an dan al-Sunnah).

TALFIQ
Talfiq : Menggabungkan beberapa

pendapat dalam satu perbuatan syar'i.


Talfiq terjadi dalam konteks taqlid dan
ittiba'. Muhammadiyah membenarkan
talfiq sepanjang telah dikaji lewat
proses tarjih.

TARJIH

Tarjih : Secara teknis tarjih adalah proses analisis untuk


menetapkan hukum dengan menetapkan dalil yang
lebih kuat (rajih), lebih tepat analogi dan lebih kuat
maslahatnya. Sedangkan secara institusional majlis
tarjih adalah lembaga ijtihad jama'i (organisatoris) di
lingkungan Muhammadiyah yang anggotanya terdiri dari
orang-orang yang meiliki kompetensi ushuliyah dan
ilmiyah dalam bidangnya masing-masing.

AL-SUNNAH AL-MAQBULAH
Al-Sunnah al-maqbulah

:
perkataan, perbuatan dan
ketetapan dari Nabi saw. Yang
menurut hasil analisis memenuhi
kreteria shahih dan hasan.

TAABBUDI
Ta'abbudi : Perbuatan-perbuatan ubudiyah

yang harus dilakukan oleh mukallaf


sebagai wujud penghambaan kepada Allah
swt. tanpa boleh ada penambahan atau
pengurangan. Perbuatan ta'abbudi tidak
dibenarkan dianalisis secara rasional.

TAAQQULI
Ta'aqquli : Perbuatan-perbuatan

ubudiyah mukallaf yang bersifat


ta'aqquli berkembang dan dinamis.
Perbuatan ta'aqquli bisa dianalisis
secara rasional.

SUMBER HUKUM
Sumber Hukum : Sumber hukum

bagi Muhammadiyah adalah AlQur'an dan Al-Sunnah almaqbulah.

QOTHIYYUL AL-WURUD
Qath'iyyu al-Wurud : Nash yang memiliki

kepastian dalam aspek penerimaannya


karena proses penyampaiannya
meyakinkan dan tidak mungkin ada
keterputusan atau kebohongan dari pada
penyampaiannya. Qath'iyyu al-Wurud

QATHIYYU AL-DALALAH
Qath'iyyu al-Dalalah : Nash yang

memiliki makna pasti karena


dikemukakan dalam bentuk lafadz
bermakna tunggal dan tidak dapat
ditafsirkan dengan makna lain.

DHANNIYU AL-WURUD
Dhanniyu al-wurud : Nash yang tidak

memiliki kepastian dalam aspek


penerimaannya, karena poses
penyampaiannya kurang menyakinkan dan
karena ada kemungkinan keterputusan,
kedustaan, kelupaan di antara para
penyampainya.

PENERTIANIJTIHAD
Ijtihad : mencurahkan segenap

kemampuan berfikir dalam menggali dan


merumuskan syar'i yang bersifat dhanni
dengan menggunakan metoda tertetntu
yang dilakukan oleh yang berkompeten
baik scara metodologis maupun
permasalahan.

POSISI DAN FUNGSI IJTIHAD


Posisi ijtihad bukan sebagai sumber hukum

melainkan sebagai metode penetapan


hukum, sedangkan fungsi ijtihad adalah
sebagai metode untuk merumuskan
ketetapan-ketetapan hukum yang belum
terumuskan dalam Al-Qur'an dan Al-Sunnah.

Ruang lingkup ijtihad


Masalah-masalah yang terdapat dalam

dalil-dalil dhanni.
Masalah-masalah yang secara
eksplisit tidak terdapat dalam Al-qur'an
dan Al-Sunnah.

Metode, pendekatan dan tekhnik


1. Metode
Bayani (semantik) yaitu metode yang menggunakan
pendekatan kebahasaan
Ta'lili (rasionalistik) yaitu metode penetapan hukum
yang menggunakanpendekatan penalaran
Istislahi (filosofis) yaitu metode penetapan hukum yang
menggunakan pendekatan kemaslahatan

2. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam

menetapkan hukum-hukum ijtihadiah


adalah :
Al-Tafsir al-ijtima'i al-ma'asir (hermeneutik)
Al-Tarikhiyyah (historis)
Al-Susiulujiyah (sosiologis)
Al-Antrufulujiyah (antropologis)

3. Teknik
Teknik yang digunakan dalam
menetapkan hukum adalah :
Ijmak
Qiyas
Mashalih Mursalah
Urf

Ta'arudh Al-Adillah
Ta'arudh Al-Adillah adalah pertentangan beberapa
dalil yang masing-masing menunjukkan ketentuan
hukum yang berbeda.
Jika terjadi ta'arudh diselesaikan dengan urutan
cara-cara sebagai berikut :
Al-Jam'u wa al-taufiq, yakni sikap menerima
semua dalil yang walaupun dhairnya ta'arudh.
Sedangkan pada dataran pelaksanaan diberi
kebebasan untuk memilihnya (tahyir).
Al-Tarjih, yakni memilih dalilyang lebih kuat untuk
diamalkan dan meninggalkan dalil yang lebih
lemah.
Al-Naskh, yakni mengamalkan dalil yang
munculnya lebih akhir.
Al-Tawaqquf, yakni menghentikan penelitian
terhadap dalil yang dipakai dengan cara mencari
dalil baru.

Ta'arudh Al-Adillah
Ta'arudh Al-Adillah adalah pertentangan beberapa
dalil yang masing-masing menunjukkan ketentuan
hukum yang berbeda.
Jika terjadi ta'arudh diselesaikan dengan urutan
cara-cara sebagai berikut :
Al-Jam'u wa al-taufiq, yakni sikap menerima
semua dalil yang walaupun dhairnya ta'arudh.
Sedangkan pada dataran pelaksanaan diberi
kebebasan untuk memilihnya (tahyir).
Al-Tarjih, yakni memilih dalilyang lebih kuat untuk
diamalkan dan meninggalkan dalil yang lebih
lemah.
Al-Naskh, yakni mengamalkan dalil yang
munculnya lebih akhir.
Al-Tawaqquf, yakni menghentikan penelitian
terhadap dalil yang dipakai dengan cara mencari
dalil baru.

NETODE TARJIH TERHADAP NAS

Pentarjihan terhadap nash dilihat dari beberapa segi :


sanad
kualitas maupun kuantitas rawi
bentuk dan sifat periwayatan
sighat al-tahamul wa al-ada'
Segi matan
matan yang menggunakan sighat nahyu lebih rajih dari sighat amr
matan yang menggunakan sighat khas lebih rajih dari sighat 'am
Segi Materi hukum
Segi Eksternal

Posisi Islam dan pemikiran


Islam

Posisi Islam dan pemikiran Islam. Membedakan antara Islam dan pemikiran Islam
sangat penting di sini. Pemikiran Islam bukanlah wilayah yang terbebas dari intervensi
historisitas (kepentingan) kemanusiaan. Kita mengenal perubahan dalam pemikiran
Islam sejalan dengan perbedaan ruang dan waktu. Pemikiran Islam tidak bercita-cita
untuk mencampuri nash-nash wahyu yang tidak berubah (al-nushushu al-mutanahiyah)
melalui tindakan pengubahan baik penambahan dan pengurangan atau bahkan
pengapusan. Bagaimanapun kita sepakat bahwa Islam (obyektif) sebagai wahyu
adalah petunjuk universal bagi umat manusia. Pemikiran Islam juga tidak diarahkan
untuk mengkaji Islam subyektif yang ada dalam kesadaran atau keimanan setiap para
pemeluknya. Karena dalam wilayah ini, Allah secara jelas menyakatan kebebasan bagi
manusia untuk iman atau kufur, untuk muslim atau bukan (freedom of religion; qs. AlBaqarah 256; Al-Kafirun 1-6). Pemikiran Islam lebih diarahkan untuk mengkaji dan
menelaah persoalan-persoalan dalam realitas keseharian unat muslim yang "lekang
dan lapuk oleh ruang dan waktu" (al-waqai' ghairu mutanahiyah).

Fungsi Pemikiran Islam. Pemikiran Islam dibangun dan


dikembangkan untuk mendukung universalitas Islam sebagai
petunjuk bagi manusia menuju kesalehan individual dan
kesalehan sosial. Kesalehan individual lebih berkaitan dengan
persoalan-persoalan
praktek-praktek
keagamaan
dalam
kehidupan sehari-hari. Sementara kesalehan sosial berhubungan
erat dengan persoalan-persoalan moralitas publik (public
morality). Dalam wilayah kesalehan individual, pemikiran Islam
berupaya memberikan kontribusi berupa petunjuk-petunjuk
praktis keagamaan (religious practical guidance), ibadah mahdlan
dan masalah-masalah yang menyangkut moralitas pribadi
(private morality). Sedangkan dalam wilayah kesalehan sosial,
pemikiran Islam merespon wacana kontemporer, seperti masalah
sosial-keagamaan, sosial budaya, sosial ekonomi, globalisasi dan
lokalisasi, iptek, lingkungan hidup, etika dan rekayasa genetika
serta
bioteknologi,
isu-isu
keadilan
hukum,
ekonomi,
demokratisasi, HAM, civil society, kekerasan sosial dan agama,
geneder, dan pluralisme agama, sekaligus merumuskan dan
melaksanakan terapannya dalam praksis sosial.

Metodologi Pemikiran Islam. Dalam Islam dikenal ada dua


macam kebenaran, yaitu kebenaran ikhbary dan kebenaran
nazary. Yang pertama adalam kebenaran wahyu yang datang
langsung dari Allah swt.. Karena itu bersifat suci dan bukan obyek
kajian dalam pemikiran Islam. Yang kedua adalah kebenaran yang
diperoleh secara ta'aquly. Namun tak dapat dipungkiri bahwa
Islam tidak berada dalam ruang hampa. Nash-nash atau wahyu
yang diintepretasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya, baik
lingkungan pengarang, pembaca maupun audiensnya. Ada
rentang waktu --dulu, kini, mendatang -- di hadapan ketiga pihak
di atas. Inilah yang disebut dengan lingkaran hermeneutis
(hermeneutical circle); suatu perubahan terus menerus dalam
melakukan interpretasi terhadap kitab suci (al-nushushu almutanahiyah)
yang
dipandu
oleh
perubahan-perubaan
berkesinambungan dalam realitas masa kini, baik individu
maupun masyarakat. Dalam kontek yang terus berubah ini,
kebutuhan akan cara pembacaan baru atas teks-teks dan realitas
itu menjadi tak terelakkan. Dengan memahami lingkaran
hermeneutis semacam ini, muslim tidak perlu mengulangngulang tradisi lama (turath) yang memang sudah usang untuk
kepentingan kekinian dan kedisinian, tapi juga bukan berarti
menerima apa adanya modernitas (hadathah). Kewajiban muslim
adalah melalukan pembacaan atas teks-teks wahyu dan realitas

Dengan
memperhatikan
tuntutan-tuntutan
perkembangan, kontinuitas dan perubahan (al-istimrar
wa al-istihalah) dalam realitas kontemporer, perlu
diupayakan
perubahan
paradigma.
Perubahan
paradigma tidak berarti semua tradisi ditinggalkan,
tetapi patut dipahami sebagai upaya modifikasi tradisi
pemikiran Islam dalam ukuran tertentu sesuai dengan
problem sosial yang ada; dan atau merubah secara
total tradisi dengan sesuatu yang sama sekali baru.
Yang pertama dalam rangka menjaga kontinuitas
dalam
pemikiran
keislaman
atau
melakukan
pengembangan, sementara yang kedua adalah untuk
memproduksi pemikiran keislaman yang sama sekali
baru. Perubahan paradigma mengandaikan metodologi
--pendekatan dan metode-- baru untuk merespon
problem-problem di atas sekaligus aplikasinya dalam
praksis sosial. Dengan demikian, pemikiran Islam
berpegang pada adagium al-muhafazatu ala alqadim al-salih ma'a al-akhdh wa al-ijad bi al-

Dengan rekayasa epistemologis semacam ini, terbuka


kesempatan bagi munculnya wacana keislaman dalam
Muhammadiyah dengan karakteristik antara lain :
produktif atau bukan sekedar pengulangan tradisi
lama untuk memecahkan masalah baru; fleksible
dalam arti pemikiran Islam termodifikasi secara luwes,
tidak kaku dan terbuka atas kritik dan pengembangan;
imaginatif dalam arti membuka horison pemahaman
dan pendalaman baru melalui istkhsaf; kreatif dalam
melahirkan wilayah-wilayah baru (yang selama ini "tak
terpikirkan" dan "belum terpikirkan") untuk dipikirkan;
dan akibatnya wacana keislaman kontemporer benarbenar berada dalam pergumulan sejarah yang efektif
(effective history) dan tidak ahistoris.

Manhaj peengembangan pemikiran Islam dikembangkan


atas dasar prinsip-prinsip yang menjadi orientasi
utamanya, yaitu :
Prinsip al-mura'ah (konservasi) yaitu upaya pelestarian
nilai-nilai dasar yang termuat dalam wahyu untuk
menyelesaikan permasalahan yang muncul. Pelestarian
ini dapat dilakukan dengan cara pemurnian (purification)
ajaran Islam. Ruang lingkup pelestarian adalah bidang
aqidah dan ibadah mahdhah.
Prinsip
al-tahdithi
(inovasi)
yaitu
upaya
penyempurnaan ajaran Islam guna memenuhi tuntutan
spiritual masyarakat Islam sesuai dengan perkembangan
sosialnya. Penyempurnaan ini dilakukan dengan cara
reaktualisasi, reinterpretasi, dan revitalisasi ajaran Islam.
Prinsip al-ibtikari (kreasi) yaitu penciptaan rumusan
pemikiran Islam secara kreatif, konstraktif dalam
menyahuti permasalahan aktual. Kreasi ini dilakukan
dengan
menerima
nilai-nilai
luar
Islam
dengan
penyesuaian seperlunya (adaptatif). Atau dengan

Kerangka
Merodologi
Pengembangan
Pemikiran Islam
Pada dasarnya metodologi adalah alat untuk
memperoleh kebenaran. Dalam rangka mencari
kebenaran itulah diprlukan pendekatan (logic of
explanation dan logic of discovery), berikut teknis-teknis
operasionalnya. Sejalan dengan epistemologi yang
dikembangkan Muhammadiyah, pemikiran keislaman
membutuhkan pendekatan bayani, irfani dan burhani,
sesuai dengan obyek kajiannya --apakah teks, ilham
atau realitas-- berikut seluruh masalah yang
menyangkut aspek tranhistoris, transkultural dan
transreligius

Pendekatan
Bayani
Pendekatan bayani sudah lama dipergunakan oleh para fuqaha', mutakallimun dan

ushulliyun.Bayani adalah pendekatan untuk : a) memahami atau menganalisis teks


guna menemukan atau mendapatkan makna yang dikandung dalam (atau diendaki)
lafadz, dengan kata lain pendekatan ini dipergunakan untuk mengeluarkan makna zahir
dari lafz dan 'ibarah yang zahir pula; dan b)istinbat hukum-hukum dari al-nusus aldiniyah dan al-Qur'an khususnya.
Makna yang dikandung dalam, dikehendaki oleh, dan diekspresikan melalui teks dapat
diketahui dengan mencermati hubungan antara makna dan lafadl. Hubungan antara
makna dan lafadz dapat dilihat dari segi : a)makna wad'i, untuk apa makna teks itu
dirumuskan, meliputi makna khas, 'am dan mustarak; b) makna isti'mali, makna apa
yang digunakan oleh teks, meliputi makna haqiqah (sarihah dan mukniyah) dan makna
majaz (sarih dan kinayah); c) darajat al-wudhuh, sifat dan kualitas lafz, meliputi
muhkam, mufassar, nas, zahir, khafi, mushkil, mujmal, dan mutasabih; dan d) turuqu aldalalah, penunjukan lafz terhadap makna, meliputi dalalah al-ibarah, dalalah al-isyarah,
dalalah al-nass dan dalalah al-iqtida' (menurut khanafiyah), atau dalalah al-manzum
dan dalalah al-mafhum baik mafhum al-muwafaqah maupun mafhum al-mukhalafah
(menurut syafi'iyyah).

Penekatan burhani

Burhan adalah pengetahuan yang diperoleh dari indera, percobaan dan


hukum - hukum logika. Burhani atau pendekatan rasional argumentatif adalah
pendekatan yang mendasarkan diri pada kekuatan rasio melalui instrumen
logika (induksi, deduksi, abduksi, simbolik, proses, dll.) dan metode diskursif
(bathiniyyah). Pendekatan ini menjadikan realitas maupun teks dan hubungan
antara keduanya sebagai sumber kajian. Realitas yang dimaksud mencakup
realitas alam (kawniyyah), realitas sejarah (tarikhiyyah), realitas sosial
(ijtimaiyyah) dan realitas budaya (thaqafiyyah). Dalam pendekatan ini teks dan
realitas (konteks) berada dalam satu wilayah yang saling mempengaruhi. Teks
tidak berdiri sendiri, ia selalu terikat dengan konteks yang mengelilingi dan
mengadakannya sekaligus darimana teks itu dibaca dan ditafsirkan.
Didalamnya ada maqulat (kategori-kategori) meliputi kully-juz'iy, jauhar-'arad,
ma'qulat-alfaz sebagai kata kunci untuk dianalisis.

Pendekatan irfani

Pendekatan irfani adalah pendekatan pemahaman yang bertumpu pada instrumen


pengalam batin, dhawq, qalb, wijdan, basirah dan intuisi. Sedangkan metode yang
dipergunakan meliputi manhaj kashfi dan manhaj iktishafi. Manhaj kashfi disebut juga
manhaj ma'rifah 'irfani yang tidak menggunakan indera atau akal, tetapi kashf dengan
riyadah dan mujahadah. Manhaj iktishafi disebut juga al-mumathilah (analogi), yaitu
metode untuk menyingkap dan mmenemukan rahasia pengetahuan melalui analogianalogi. Analogi dalam manhaj ini mencakup : a) analogi berdasarkan angka atau
jumlah seperti 1/2 = 2/4 = 4/8, dst; b) tamthil yang meliputi silogisme dan induksi; dan c)
surah dan ashkal. Dengan demikian, al-mumathilah adalah manhaj iktishafi dan bukan
manhaj kashfi. Pendekatan 'irfani juga menolak atau menghindari mitologi. Kaum
'irfaniyyun tidak berurusan dengan mitologi, bahkan justru membersihkannya dari
persoalan-persoalan agama dan dengan irfani pula mereka lebih mengupayakan
menangkap haqiqah yang terletak di balik shari'ah, dan yang batin (al-dalalah alisharah wa al-ramziyah) di balik yang zahir (al-dalalah al-lughawiyyah). Dengan
memperhatikan dua metode di atas, kita mengetahui bahwa sumber pengetahuan
dalam irfani mencakup ilham/intuisi dan teks (yang dicari makna batinnya melalui
ta'wil).

PENUTUP

Hasil Rumusan Manhaj Pengembangan Islam Muhammadiyah ini


bersifat toleran dan terbuka. Toleran yang berarti Muhammadiyah
tidak menganggap pendapat yang berbeda dengan putusan
pemikiran Muhammadiyah sebagai pendapat yang salah.
Terbuka, berarti Muhammadiyah menerima kritik konstruktif
terhadap hasil rumusan pengembangan pemikirannya asal
arumentasinya didasarkan pada dalil yang lebih kuat dan
argumentasi yang lebih akurat.
Segala keputusan Majelis Tarjih yang berkaitan dengan manhaj
istidlal sepanjang tidak bertentangan dengan keputusan ini tetap
berlaku.

LATAR BELAKANG
BERDIRINYA MUHAMMADIYAH
Prof. Mukti Ali, dalam bukunya Interprestasi amalan
Muhammadiyah menyimpulkan ada empat faktor :
1. Ketidak bersihan dan campur aduknya kehidupan
agama Islam di Indonesia
2. Ketidal efisiennya lembaga lembaga pendidikan
agama.
3. Aktivitas misi misi Katolik dan Protestan.
4. Sikap merendahkan kelompok intelektual terhadap
Islam.

Atau secara garis besar latar


belakang berdirinya Muhammadiyah
ada dua :
1. Subjektif
2. Objeltif
Internal

Eksternal
1. Kristenisasi.
2. Penetrasi budaya barat.

1. Kehidupan beragama.
2. Kwalitas pendidikan
3. Kondisi sosial, politik
4. dan ekonomi

KELAHIRAN MUHAMMADIYAH

Muhammadiyah l ahir di Kauman

Yogyakara
pada tanggal 18 November 1912 bertepapatan
dengan tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H.
Didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan yang semasa
kecil ernama Muhammad Darwisy

Faktor Pendiri

Kelahiran dan berdirinya Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas


dari
menifestasi dan gagasan pemikiran dan amal perjuangan
Islam K.H. Ahmad Dahlan setelah eliau menunaikan Ibadah Haji tahun 1889.
dan bermukim untuk yang kedua kalinya.
Adapun swecara idialistis, menuruit Djarnawi Hadikusuma, bahwa
Muhammadiyah berdiri karena kristalisasi paham agama beliau khususnya
didorong oleh Firman Allah Q>S> Ali Imran 104.
Gagasan peaharuan beliau diperoleh
oleh K .H.
Ahamad dahlan setelah belaiu berguru kepada para ulamak indonesia yang
bermukim di tanah suci, seperti : Syaikh Ahmad KHatib dari minngkbau, Kyai
Nawawi dari banten, kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan kyai Fakih, juga
belai banyak membanya karya karya tulisan para ulama pembaharu se4perti
Muhammad bin Abdul wahab, Jamaluddin al-Afghoni, Muhammad Rasid Ridlo
dan Muhammad Abduh
Embr io kelahiran Muhammadiyah sebagai organisasi untuk
mengaktualisasikan gagasan gagasan dalam kontek sosial merupakan hasil
interaksi K.H. Ahamada Dahlan dengan kawan - kawan dari Budi Uomo

Periode awal gerakan


Muhammaiyah
Gagasan mendirikan Sekolah tahun 1911
tahun 1912 -1923

Menerbitkan publikasi/majalah Soera Moehammadiyah (1915 )


Mendirikan sopo Tresno 1914,dan
Menjadi Aisyiyah tahun 1917
pandu Hizbul Wat ho n ( 1918 )
Waisshouse atau Panti Asuhan dan penolong Kesengsa raan
umum atau PKU pada tahun1922 satu bulan sebelum bliau
meninggal.
Pada masa beliau pula telah lahir gagasan pengoeganisasian
zakat, sholat idul ftitri dan idul adha di Lapangan,
pengorganisasian haji, penerbitan dan kegiatan taman pustaka,
merintis bangunan ibadah di perkantoran perkantoran,bahkan
gagasan pendirinan sebuah perguruan tinggi

Pertemuan resmi Muhammadiyah


tahun 1920

1.
2.
3.
4.

Telah dikantik empat bgian Hoofdbestuur


Muhamadiyah, yaitu ;
H.B. M bahagian Sekolahan , H.M. Hisyam
H.B. Bahagian Tabligh, H.M. Fakhrudin
H.B. Bagian Penolong keengsaran oemum,
H.M. Soedjak
HB M. bagian pustaka H.m. Muchtar

Rencana program kerja


H.M. Hisyam, tentang apa yang akan diperbuat

dalam pesoalan Pendidikan; beliau menjawab:


bahwa saja ak an membawa kawan kawan
kita pengurus bahagian sekolahan berusaha
memajukan pendidikan dan pengadjaran
sampai dapat mnegakkan gedung universiteit
Muhammadiyah yang m,egah untuk men tjetak
sarjana sarjana Islam dan mahaguru-mahagu
Muhammadiyah guna krprntingan unat I slam
pada umumnya.

H. Sudjak Ketua bahagian PKO,


memiliki rencana ;
1. Mendirikan Hospital
2. Armeinhais ( rumah sakit )
3. Weeshuis ( rumah panti
asuhan )

Muhammadiyah mengajak segenap lapisan


bangsa Indonesia yang telah mendapat
karunia Allah berupa tanah air yang
mempunyai sumber-sumber kekayaan,
kemerdekaan bangsa dan negara Republik
Indonesia yang berfilsafat Pancasila untuk
berusaha bersama-sama menjadikan suatu
negara yang adil makmur dan diridhoi Allah
SWT

PENDIRI MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah didirikan oleh
K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah
1330 Hijriyah bertepatan tanggal 18
November 1912 Miladiyah di Yogyakarta
untuk jangka waktu tidak terbatas.
( Anggran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga
Muhammadiyah BAB I Pasal 2 )

MAKSUD DAN TUJUAN MUHAMMDAIYAH


BAB

III Pasal 6 MAKSUD DAN TJUAN


MUHAMMADIYAH :

menegakkan dan menjunjung


tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang
sebenar benarnya

VISI DAN MISI IDIAL


MUHAMMADIYAH
Visi

ideal
Muhammadiyah
terwujudnya
masyarakat Islam
yang sebenar benarnya

Misi Muhammadiyah .
1. MenegakkanTauhid yang murni
berdasarkan alQuran dan as
Sunnah;
2. Menyebarluaskan dan memajukan
Ajaran Islam yang
bersumber
pada alQuran dan asSunnah
yang shahihah/maqbulah;
3. Mewujudkan Islam dalam
kehidupan pribadi, keluarga ,
dan
masyarakat.

Masyarakat Islam yang sebenar


benarnya adalah suatu masyarakat
dimana ajaran Islam berlaku dan
menjiwai s eluruh bidang kehidupan
masyarakat tersebut.

Ciri ciri masyarakat Islam :

Masyarakat yang bertuhan dan beragama :

Ketauhidan adalah jiwa dan semangat


masyarakat Islam.

Masyarakat persaudaraan :
a, terikat oleh ikatan batin yang
kuat bedasar persamaan dan
kasih sayang.
b. mewujudkan ukhuwah
islamiyah serta memupuk dan
memelihara persaudaraan.

Masyarakat yang beakhlak mulia

Masyarakat yang berhukum syari

Masyarakat sejahtera yang


terjamin kemak muran,
keamanan dan keadilanya

Masyarakat bekemajuan

VISIMUHAMMADIYAH
(20102015)
Menjadikan

Muhammadiyah
sebagai gerakan
Islamyangutama serta
terciptanya kondisi dan
faktor faktor pendukung bagi
terwujudnya masyarakat
Islamyangsebenar
benarnya benarnya.

Pasal 7 Usaha
1.

2.

3.

Untuk mencapai maksud dan tujuan, Muhammadiyah


melaksanakan daawah Amar Makruf nahi Munkar
dan Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala
bidang kehidupan.
Usaha Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk
usaha, program, dan kegiatan, yang macam dan
penyelenggaraannya diatu dalam Anggaran Rumah
Tangga.
Penentu kebijakan dan penganggung jawab amal
usaha, program, dan kegiatan adalah pImpinan
Muhammadiyah.

DASAR AMAL USAHA


1.

Hidup manusia harus bertauhid, beribadah dan taat


kepada Allah SWT
2. Hidup manusia bermasyarakat
3. Berkeyakinan bahwa ajaran Islam itu satu-satunya
landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk
kebahagiaan dunia dan akhirat
4. Menegakan dan menjunjung tinggi Agama Islam adalah
kewajiban
5. Ittiba kepada langkah dan Perjuangan Nabi Muhammad
SAW
6. Melancarkan AUM dan Perjuangan dengan Ketertiban
Organisasi

Pedoman Amal Usaha Muhammadiyah dan


Perjuangan Muhammadiyah
Berpegang teguh akan ajaran Allah

dan Rasul-Nya, bergerak membangun


disegenap bidang dan lapangan
dengan meneguhkan cara serta
menempuh jalan yang diraidhai Allah
SWT.

Sifat Muhammadiyah
1.

Beramal dan Berjuang untuk perdamaian dan


Kesejahteraan
2.
Memperbanyak kawan dan mengamalkan Ukhuwah
Islamiyyah
3.
Lapang dada, Luas Pandang dengan memegang teguh
ajaran Islam
4.
Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan
5.
Mengindahkan segala hukum, Undang-Undang, Peraturan
serta Falsafah Negara yang sah
6.
Amar Maruf Nahi Munkar dalam segala lapangan serta
menjadi contoh teladan yang baik
7.
Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud
islhah Pembangunan sesuai dengan ajaran Islam

Anda mungkin juga menyukai