Status Pasien
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. L
Umur: 52 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan
No. RM : 013521XX
: Petani
Anamnesis
Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak bawah.
Riwayat Penyakit
Dahulu
Riwayat Penyakit
Keluarga
: disangkal
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
Anamnesis Sistem
Sistem Indera
Mata
berputar (-)
Telinga
: sariawan (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-), gigi tanggal (-),
gigi goyang (-),
Tenggorokan
Sistem respirasi
:sesak nafas (-), batuk (-), batuk darah (-), mengi (-), tidur
mendengkur (-)
Sistem kardiovaskuler : sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), susah BAB (+), perut
sebah (-), mbeseseg
ampeg (-)
Anamnesis Sistem
Sistem muskuloskeletal: nyeri punggung (-), nyeri sendi (-), kaku (-)
Sistem genitourinaria
Extremitas superior
Extremitas inferior
(-/-), kelemahan
(+/+)
Sistem neurobehaviour: kejang (-), gelisah (-), mengigau (-), emosi tidak
stabil (-)
Sistem integumentum : kulit coklat sawo, pucat (-), kering (-)
PEMERIKSAAN
FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Darah 8 September 2016
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Analisa
Cairan Otak 17
September 2016
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN
MRI Thoracolumbal Kontras (13 September
PENUNJANG
2016)
PEMERIKSAAN
MRI Thoracolumbal Kontras (13 September
PENUNJANG
2016)
PEMERIKSAAN
MRI Thoracolumbal Kontras (13 September
PENUNJANG
2016)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RESUME
Progress Report
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Laboratorium
22
September
2016
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Rujukan
g/dL
12.0 15.6
33 45
103/mL
4.5 - 11.0
103/mL
150 450
106/mL
4.10 5.10
u/L
< 31
u/L
< 34
g/dl
3.5 5.2
mg/dL
0.6 -1.1
mg/dL
< 50
mmol/L
136-145
mmol/L
3.3-5.1
mmol/L
98-106
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
10.6
34
11,7
301
4.1
Kimia Klinik
SGOT
SGPT
Albumin
Kreatinin
Ureum
21
31
3.2
0.5
54
Elektrolit
Natrium
Kalium
Chlorida
138
3.2
106
Pemeriksaan MRI
Brain Kontras
24 September 2016
Nervus optikus bilateral : ukuran normal (kanan 5,6 mm dan kiri 5,5 mm), tepi licin, tak tampak lesi
hipointens/isointens maupun hiperintense dan enhancement patologis post pemberian kontras
Tampak multiple lesi hiperintens pada T2W! Dan T2 FLAIR ukuran diameter 2-3 mm, bentuk bulat, di
juda cortical gyrus frontalis inferior kanan, gyrus precentralis kiri, corona radiata dan ganglia
basalais bilateral. Post kontras tak tampak enhancement.
Sistem ventrikel dan cisterna baik.
Tak tampak enhancement patologis post kontras
Tak tampak midline shifting
Pons dan cerebellum tak tampak kelainan
MR Angiography : tak tampak stenosis maupun dilatasi sistem arteri.
MRV : Tak tampak stenosis, dilatasi maupun trombus
DWI : tak tampak restricted diffusion area
Kesimpulan :
Tak tampak kelainan pada nervus optikus bilateral
Hiperintens pada T2W1 dan T2 FLAIR juxta ortical gyrus frontalis inferior kanan dan
precentralis kiri menyokong gambaran multiple sclerosis.
Hiperintense pda T2W1 dan T2 FLAIR corona radiata dan ganglia basalis bilateral sesuai
gambaran small vessel ischaemic
Laporan Konsultasi
8 September 2016
Bagian Neurologi
Yth. TS Kami hadapkan pasien a.n.
Ny Lastri 53 tahun yang kami rawat
dengan paraplegia inferior UMN e.c
mielitis dd tumor medula spinalis.
Pada pemeriksaan kami dapatkan
paraplegia inferior spastik. Mohon
tatalaksana di bidang TS.
Atas kerjasamanya BTK.
Laporan Konsultasi
14 September 2016
Bagian Neurologi
Yth. TS Kami hadapkan pasien a.n.
Ny Lastri 53 tahun yang kami rawat
dengan paraplegia inferior suspek
mielitis transversa. Apakah terdapat
tanda tanda papil edema. Pasien
akan dilakukan lumbal pungsi.
Mohon pemeriksaan di bidang TS.
Atas kerjasamanya BTK.
Bagian Mata
DH.
Terimakasih
atas
konsulannya. Saat ini kami
dapatkan :
Funduskopi ODS :
P. NII : OD : batas kabur di
supernasal (D), batas lesi
tampak jelas, ODR sulit
dinilai, kuning
kemerahan
(diopni 4)
OS
:
batas
kabur,
kemerahan, ODR sulit
dinilai (diopni 6)
Kesan : ODS early pupil
oedem
Saran : - tidak perlu raber,
Laporan Konsultasi
17 September 2016
Bagian Neurologi
Yth. TS Kami hadapkan pasien a.n.
Ny Lastri 53 tahun yang kami rawat
dengan paraplegia inferior suspek
mielitis transversa. Pada
pemeriksaan kami dapatkan ulkus
dekubitus. Mohon tatalaksana di
bidang TS.
Atas kerjasamanya BTK.
Bagian Kulit
TS Yth. DH. Kami hadapkan
kembali pasien dengan identitas
tersebut di atas yang pada
pemeriksaan kami dapatkan Regio
Gluteal
tampak
ulkus
soliter
ukuran 2x2x0,1 cm, dasar eritem,
tepi reguler, pus (+), darah (-),
slough (-). Kami diagnosa dengan
ulkus dekubitus grade 1. Terapi
kompres NaCl 0,9% seama 10-15
menit, kemudian oleskan asam
fusidat 2 kali sehari. Saat ini tidak
harus rawat bersama. Mohon
konsul apabila keluhan belum
membaik.
Atas kerjasamanya BTK
Laporan Konsultasi
20 September 2016
Bagian Neurologi
Yth. TS Kami hadapkan pasien a.n. Ny
Lastri 53 tahun yang kami rawat
dengan paraplegia inferior suspek
mielitis transversa. Pda pemeriksaan
lumbal pungsi tidak ditemukan tanda
tanda peradangan. Pada pemeriksaan
mata didapatkan early papil edema.
Mohon konsul apakah terdapat tanda
tanda demelienisasi pada MRI pasien.
Atas perhatiannya BTK.
Bagian Radiologi
Terimakasih atas konsultasi
yang TS berikan. Setelah
dilakukan pembacaan ulang
MRI a.n. Ny Lastri (53 tahun)
didapatkan : lesi intramielum
multiple pada level VTh II-III,
VTh III-IV, VTh IV-V, sampai
VTh V-VI dengan kontras
enhancement
menyokong
gambran
demielinisasi
mengarah
e.c
multiple
sclerosis incidenta finding.
Pada
cavum
thoraks
didaptakan infiltrat (TB?)
Atas kerjasamanya. BTK
Tinjauan Pustaka
ANATOMI
Tractus desendens :
MULTIPEL
SKLEROSIS
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
MANIFESTASI KLINIS
MANIFESTASI KLINIS
Gangguan
Penglihatan
Gangguan
Sensorik
Gangguan
Kognitif
Gangguan
Gerakan Bola
Mata
Gangguan
Motorik
Gangguan
Cerebellum
Gangguan
BAB, Bak,
disfungsi
seksual
Manifestasi
Lainnya
PATOGENESIS
DIAGNOSIS
Kriteria McDonald, 2010
Pemisahan menurut waktu atau disseminated in time (dua serangan
atau lebih)
terjadinya dua serangan atau lebih dimana jarak antara dua serangan
minimal 30 hari dan satu episode serangan minimal berlangsung 24
jam.
Pemisahan oleh ruang atau disseminated in space (dua atau lebih
diagnosa topis yang berbeda).
terdapatnya dua atau lebih gejala neurologis obyektif yang
Kriteria
definite
(disseminated
in topiknya
space)berbeda.
MRI harus
mencerminkan
dua
lesi yang diagnosis
meliputi 3 dari 4:
Lesi MS pada T2
Weighted
Lesi MS pada T2
Weighted
Lesi MS pada T1
Weighted
Lesi MS pada T1
Weighted dengan Kontras
DIAGNOSIS BANDING
Vascular
Infeksi
Trauma
Autoimun
Metabolik /
toksik
Idiopatik /
genetik
Neoplasma
Psikiatri
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
Terapi Simptomatik
Untuk spasticity, paroxysmal disorder, bladder
disfunction, bowel symptom, sexual symptom,
neurobehavior manifestation, fatigue.
Terapi Relaps
Adrenal kortikosteroid dan perawatan lainnya
PROGNOSIS
NEUROMYELITIS
OPTICA (DEVICS
DISEASE)
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
Jaras penglihatan
PATOGENESIS
GEJALA KLINIS
Kehilangan
penglihatan
Gejala-gejala
myelopati
paraparese
Sentral skotoma
Diskus optikus N.
bengkak dan
kemerahan (area
diemilinisasi
inflamasi
langsung
dibelakang papil
N.II)
II dan myelum
Kehilangan
penglihatan warna
(akromathopsia)
Nyeri mata
MANIFESTASI KLINIS
Kriteria Wingrchuck:
1. Kriteria absolut
Neuritis optik
Myelitis akut
Tidak ditemukan penyakit diluar nervus optik dan tulang belakang
3. Kriteria suportif
Optik neuritis bilateral
Ketajaman lebih buruk dari 20/200
Kekuatan 3/5 paling sedikit pada 1 limb
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium darah
pemeriksaan CSF
Tes NMO-IgG
sangat spesifik dan
cukup sensitif
untuk NMO.
Imaging: Magnetic
Resonance Imaging
(MRI) atau
Computed
tomography (CT
atau CAT) scan.
Antibodi spesifik
untuk protein
astrosit: antibodi
aquaporin-4
DIAGNOSIS BANDING
Multiple sklerosis
Schilder disease
PENATALAKSANAAN
Terapi maintenance
Pasien dengan neuromielitis
optika dengan progresif multipel
imunosupresif (mengurangi
sklerosis berat terapi
kekambuhan dari neuromielitis
imunomodulator (mengurangi
optika).
frekuensi kambuh pada multipel
azathioprine (biasanya 2,5-3mg/kg/hari) +
prednison oral (1,0 mg/kg/hari)
sklerosis), Contoh: interferon beta
mengurangi frekuensi serangan.
dan glatiramer asetat.
Mitoxantrone, imunoglobulin intravena,
dan rituximab dapat menginduksi remisi
klinis neuromielitis optika
DAFTAR PUSTAKA
Aminoff MJ, Greenbarg DA, Simon RP (2005) Neuromyelitis Optica. In: Goetz CG, editor.
Textbook of Clinical Neurology.3rd edition. San Francisco: McGraw-Hills. p. 1-4.
Bitsch A, Bruck W (2002) MRI-pathological correlates in MS. Int MSJ;8:8995
Bo L, Vedeler CA, Nyland H, Trapp BD, Mrk SJ, et al (2003) Intracortical multiple
sclerosislesions are not associated with increased lymphocytic infiltration. Mult
Scler;9:231323
Brust JC. Neuromyelitis Optica. In: Brust JC (2012) Current Diagnosis & Treatment
Neurology.2nd edition. New York: McGraw-Hill. p. 266
Collongues N, De Seze J (2011) Current and future treatment approaches for
neuromyelitis optica. Ther Adv Neurol Disord. 4(2). 111-121.
Eggenbegger ER. (2010) Devic's Disease (NeuromyelitisOptica). Michigan: East Lansing
Ferguson B, Matyszak, Esiri, et al (1997) Axonal damage inacute multiple sclerosis
lesions. Brain; 120 :3939
Ginsberg, Lionel (2005) Sklerosis Multiple. Lecture Notes Neurologi. Jakarta:
Erlangga;143-50
Ilyas S (2005) Penglihatan Menurun Tanpa Mata Merah. In: Ilyas S, editor. Ilmu Penyakit
Mata.3rd edition. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.p.181-182.
Japardi, I. Multiple sklerosis (2002) Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara : Medan. p. 1-7
Kahle W, Frotscher M (2003) Visual Pathway and Ocular Reflex. In: Kahle W, Frotscher M,
editors. Color Atlas of Human Anatomy.3rd edition. New York: Thieme. p. 354
Nord. (2012) Neuromyelitisoptica (http://www.rarediseases.org/ rare-disease-information/