Anda di halaman 1dari 113

MANAJEMEN PRODUKSI DAN

PEMASARAN AGROINDUSTRI

Oleh
Prof.Dr. Ir. Ayub M.Padangaran, MS.

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN UHO

RUANG LINGKUP MANAJEMEN PERUSAHAAN


AGROINDUSTRI

1. Aspek bentuk dan struktur


organisasinya
2. Aspek keuangan dan perbelanjaannya
3. Aspek personalia atau sumberdaya
manusianya
4. Aspek proses produksi dan operasinya
5. Aspek pemasarannya
6. Aspek sistem pengendalian
Manajemennya
Yang dibahas hanya nomor 4 dan 5

RUANG LINGKUP MANAJEMEN


PRODUKSI
Apa yang akan diproduksi,
Berapa banyak diproduksi,
Kapan diproduksi,
Dimana akan diproduksi
Bagaimana memproduksinya
Siapa yang akan
memproduksinya.

RUANG LINGKUP MANAJEMEN


OPERASI

Disain dan Pengembangan produk


Disain Proses Produksi
Penentuan Layout
Penentuan jumlah mesin
Penjadwalan dan pembebanan
Pengukuran kerja
Penentuan kebutuhan material

RUANG LINGKUP MANAJEMEN


PEMASARAN
Analisis situasi pasar
Penetapan pasar target
Pengembangan Strategi dan Program
Pemasaran
Melaksanakan kordinasi dan
pengendalian pemasaran

KETERKAITAN MANAJEMEN
PRODUKSI OPERASI DAN
MANAJEMEN PEMASARAN
Analisis
Persaingan:
Struktur
Pasar
Dasar
persaingan

Pengadaan:
Bahan baku,
Kualitas, Jadwal
Organisasi

Analisis
Konsumen:
Segmen
pasar
Kebutuhan
Pembelian

Perencanaan Produk dan


Pemasaran: Disain
Produk
Harga, Promosi,
Distribusi

Analisis
Permintaan:
Data
permintaan
Prediksi
Permintaan

Rencana
Pengolahan:
Teknologi,
Lokasi,
Inventory,
Pakking

APA YANG AKAN DIPRODUKSI


Ada 4 pendekatan:

Pendekatan Faktor pembatas


Pendekatan Profitabilitas
Pendekatan Kelayakan Investasi
Metode perbandingan eksponensial

1. Pendekatan Faktor Pembatas


Menetapkan beberapa alternatif
komoditas yang akan diproduksi.
Misalkan Y1, Y2,Y3
Mengidentifikasi faktor-faktor
pembatas Misalkan Ketersediaan
modal (X1) ketersediaan tenaga kerja
(X2), kesesuaian kebijakan pemerintah
(X3).
Menghitung rating dari semua
alternatif yang ada melalui tabel
feasibility tally sheet sebagai berikut:

Feasibility Tally Sheet


Alternatif
Komoditas

Skor
X1

Skor
X2

Skor
X3

Rating

Y1

75

50

60

185

Y2

75

85

90

250

Y3

75

45

65

185

Cara pengisian tabel Pendekatan


faktor pembatas

Setiap kotak dalam tabel diisi dengan skor


sebagai berikut: Skor antara 0 100 sehingga
apabila faktor pembatasanya(xi) tidak tersedia
maka diberi skor 0 dan jika seluruhnya dapat
dipenuhi sesuai kebutuhan diberi skor 100.
Selanjutnya angka-angka skor yang diperoleh
untuk masing-masing komoditas alternatif
dijumlahkan untuk memperoleh angka rating.
Komoditas yang angka ratingnya paling tinggi
akan menjadi perioritas untuk diusahakan.

2. Pendekatan Profitabilitas
a. R-C ratio dengan rumus:
R/C = TR/TC
Dimana
TR = Total nilai jual produk (Total Revenue) yang dihitung dengan rumus :
Y x Py
TC = FC + VC
FC = Biaya tetap (Fixed Cost) untuk satu unit waktu atau penyusutan dari
nilai aset tetap
VC = Biaya tidak tetap (Variable Cost) untuk satu satuan waktu
Misalkan diketahui Total produksi per tahun = 1500 unit per tahun dan
harga per unit produk = Rp.2000 maka TR = 1500 x Rp.2000 =
Rp.3.000.000.
Jika biaya tetap (penysutan alat per tahun = 500.000 dan biaya tidak tetap
(Bahan Baku, bahan penolong, upah tenaga dsb) = Rp. 1.500.000maka:
R/C = 3.000.000/ (500.000 + 1500.000) = 1,5 ini berarti bahwa setiap
Satu rupiah biaya yang digunakan dalam memproduksi komoditas tersebut
dapat menghasilkan produk senilai 1,5 rupiah.
Kalau R/C komoditas lain Lebih besar dari 1,5 maka yang dipilih untuk
diusahakan adalah komoditas yang R/C-nya lebih besar.

b. Indikator profitabilitas
= (TR TC)/TC (100%)
Untuk contoh di atas:
= (3.000.000 2.000.000)/2000.000 x
100
= 0,5 (100%) = 50%
Ini berarti Kemampulabaan (profitatbilitas)
mengusahakan komoditas tersebut = 50%
Profitabilitas 50% artinya kalau pakai modal
100 maka keuntungan = 50%x100 = 50
Komoditas yang memberikan tertinggi
yang dipilih untuk diusahakan.

3. Pendekatan Kelayakan
Investasi
Digunakan untuk perusahaan yang
nilai aset
jangka panjangnya cukup besar
Kriteria komoditas alternatif untuk memberikan
keuntungan yang lebih besar yang dinyatakan tiga
indikator yaitu: Net Present Value (NPV), Net
Benefit Cost Ratio (NBCR) dan Internal Rate of
Return (IRR).
Jika terjadi kasus dimana
suatu komoditas
memberikan NPV dan NBCR yang lebih tinggi dari
komoditas alternatif lainnya, tetapi IRRnya lebih
rendah dari komoditas lain maka yang digunakan
adalah IRR selisih benefit dari kedua komoditas
yang bersaingan itu.

Kriteria kelayakan NPV


NPV adalah nilai sekarang dari selisih antara total benefit dan
total cost pada discount rate tertentu selama jangka waktu umur
proyek. Dalam hal ini NPV menunjukkan besarnya kelebihan atau
kekurangan benefit dibanding cost selama jangka waktu
pelaksanaan proyek. Apabila dari hasil perhitungan diperoleh:

NPV > 0 berarti investasi layak atau menguntungkan

NPV < 0 berarti investasi tidak layak atau merugikan

NPV = 0 berarti investasi tersebut pulang pokok,


Rumus kriteria NPV adalah:

n
Bt Ct
NPV =
---------
to ( 1 +i )t

Keterangan :
- NPV : Nilai bersih sekarang dari selisih antara discount
benefit dan discount cost.
- Bt
: Benefit pada tahun ke t
- Ct
: Biaya yang dikeluarkan pada tahun t
- t : Tahun berlakunya investasi
- to
: Tahun ke nol
- n
: Umur ekonomis aset utama
- i : Tingkat bunga yang berlaku

Tabel 1. Contoh perhitungan NPV (dalam miliar)

Tahun
(1)

Benefit
(2)

Cost
(3)

Net
benefit
(4 = 2-3)

Df.10%
(5)= 1/
(1+i)t

NPV 10%
(6=4x5)

95

(95)

1,000

(95,00)

39

(33)

0,909

(24,55)

20

22

(2)

0,826

(1,65)

25

12

13

0,751

9,76

32

13

19

0,683

12,98

60

15

45

0,621

27,94

68

17

51

0,564

28,76

70

19

51

0,513

26,16

70

20

50

0,467

23,35

65

28

37

0,424

15,69

10

60

30

30

0,385

11,55

34,99

Jumlah

Kriteria kelayakan NBCR

NBCR adalah angka yang menunjukkan besarnya


keuntungan bersih yang diperoleh dari setiap satu rupiah
yang diinvestasikan. Rumusnya adalah:
NPV (+)
NBCR = ------------- NPV(-)
Jika NBCR > 1 berarti investasi layak
Jika NBCR < 1 berarti investasi rugi
Jika NBRCR = 1 berarti investasi pulang pokok.
Contoh dari tabel 1, NPV (+) = 152,2 dan NPV (-) =
121,2 jadi:
NBC = 152,2 / 121,2 = 1,3.
Karena NBC > 1 maka berarti proyek ini layak secara
finansil berdasarkan criteria NBC. Karena setiap satu
rupiah yang diinvestasikan dalam proyek akan
menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp. 1,3

Kriteria kelayakan IRR

Rumusnya adalah sebagai berikut:


NPVP
IRR = DfP + ---------------- (DfN - DfP)
NPVP - NPVN
Dimana:
DfP = Discount faktor dimana NPV masih
positif
DfN = Discount faktor dimana NPV sdh
negatif
NPVP = NPV positif
NPVN = NPV negatif
Jika IRR > Bunga bank berarti investasi
layak
Jika IRR < Bunga bank berarti investasi
rugi

Contoh perhitungan dari tabel 1


Df 13%
(7)

NPV 13%
(8) = 4 x 7

Df 15%
(9)

NPV 15%
(10)= 4 x 9

1,000

(95,00)

1,00

(95,00)

0,855

(23,89)

0,870

(23,49)

0,783

(1,56)

0,756

(1,51)

0,693

9,01

0,658

8,55

0,613

11,65

0,572

10,87

0,543

34,43

0,497

22,36

0,480

24,48

0,432

22,03

0,425

21,67

0,376

19,18

0,376

18,80

0,364

16,35

0,338

12,51

0,327

10,51

0,294

88,82

0,247

7,41

Jumlah

10,92

(2,74)

IRR = 13% +
14,59%

10,92 /{10,92-(-2,74)} { 15% - 13%}

IRR = 14,59% menunjukkan bahwa


kemampuan proyek untuk menghasilkan
bunga atau keuntungan atas investasi
yang dilakukan adalah sebesar 14,59% per
tahun. Dengan demikian jika tingkat
bunga bank kurang dari 14,59% maka
berarti
proyek
ini
layak
atau
menguntungkan
untuk
dilaksanakan.
Dalam analisis ekonomis Opportunity cost
of capital (OCC) yang digunakan adalah
tingkat bunga pionjaman dari Bank Dunia
yang ditetapkan sebesar 12% pertahun
untuk negara-negara sedang berkembang.
Jika IRR suatu proyek pembangunan
(uncommercial project) lebih besar dari

Analisis sensitivitas (Sensitivity Analysis)


Bertujuan mengetahui apakah investasi masih
layak jika terjadi penyimpangan dari data-data
yang digunakan dalam perhitungan NPV, NBCR
dan IRR.
Untuk ini yang perlu diperhatikan perubahannya
adalah komponen biaya atau benefit yang mudah
berubah misalnya harga-harga input yang naik
misalnya 10% atau harga hasil produksi yang
turun 10% dari data-data yang ada.
Jika telah dilakukan penurunan harga produksi
atau menaikkan biaya produksi, maka NPV, NBCR
dan IRR dihitung kembali untuk mengetahui
apakah investasi masih tetap layak secara
finansial.

Apabila
produksi turun 5% saja sudah
menyebabkan NPV < 0 atau IRR < OCC
maka berarti dalam proyek seperti itu aspek
produksi merupakan hal yang sangat
sensitrif karena itu perlu perhatian yang
cermat agar tidak terjadi penurunan
produksi.
Apabila kenaikan harga factor produksi
yang kecil saja sudah menyebabkan NPV<0
dan IRR < OCC maka berarti yang sensitive
dalam proyek adalah harga factor-faktor
produksi karena itu manajemen pengadaan
input harus mendapat perhatian yang
sungguh-sungguh
dari pihak manajer
proyek agar tidak terjadi kenaikan harga
input.

4. Pendekatan Metode
Perbandingan Eksponensial
Pendekatan ini digunakan apabila perusahaan
menghadapi beberapa alternatif barang yang
dapat diproduksi dari suatu sumberdaya, atau
yang memiliki potensi pasar cukup besar.

Metode
perbandingan
eksponensial
memungkinkan manajer untuk memilih salah
satu dari beberapa alternatif produk yang
memungkinkan
untuk
dihasilkan
oleh
perusahaan.
Dalam metode perbandingan eksponensial ada
lima langkah yang harus dilakukan yaitu:

Menyusun alternatif produk yang akan dipilih


Menentukan
kriteria
keputusan
untuk
menentukan pilihan terbaik
Menentukan tingkat kepentingan dari masingmasing kriteria yang telah ditetapkan
Melakukan penelaian terhadap masing-masing
kriteria keputusan
Menghitung skor total dari masing-masing
alternatif
Menentukan jenis produk yang akan dipilih untuk
dihasilkan
Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai skor
masing-masing alternatif adalah sebagai berikut:
TSi = (Bij)Kj

Dimana:
TSi = Total skor alternatif ke i,
Bij = Derajat kepentingan relatif kriteria ke j pada pilihan
keputusan i, Kj = Derajat kepentingan kriteria
keputusanke j
Alternatif yang menghasilkan nilai skor tertinggi akan
merupakan pilihan perioritas pertama.
Contoh.Misalkan sebuah perusahaan pengolah hasil
pertanian menghadapi 3 alternatif pilihan berdasarkan
permintaan pasar yaitu: Keripik Kentang, Keripik
Singkong dan Keripik Jagung. Dari hasil wawancara
dengan para konsumen di pasar diperoleh tiga kriteria
yang perlu dipertimbangkan yaitu: Harga masing-masing
jenis keripik, potensi permintaan dan biaya produksi.
Hasil penilaian terhadap ketiga jenis keripik berdasarkan
kriteria yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

No Kriteria
Penilaian
1
2
3

Bobo Keripik Keripik Keripik


t
Kentan Ubi
Jagung
g
Harga
3
8
6
9
Permintaan
2
6
8
7
Biaya
2
7
7
8
produksi

Jika data pada tabel dimasukkan ke rumus perhitungan total


skor maka hasilnya sebagai berikut:
Keripik Kentang: 83 + 62 + 72 = 597
Keripik Ubi : 63 + 82 + 72 = 329
Keripik Jagung : 93 + 72 + 82 = 842
Berdasarkan hasil perhitungan maka dapat ditetapkan
urutan perioritas untuk diproduksi oleh perusahaan keripik
sebagai berikut:
Perioritas I Keripik jagung, perioritas ke II Keripik Kentang
dan perioritas ke III adalah Keripik ubi.

BERAPA BANYAK DIPRODUKSI


Jika rencana jumlah produksi dibuat dalam
kondisi ketersediaan sumberdaya yang
terbatas yakni ketika perusahaan baru
akan dibentuk maka jumlah produksi akan
ditentukan oleh kapasitas sumberdaya
yang dimiliki perusahaan.
Jika perusahaan tidak memiliki kendala
dalam hal permodalan maka jumlah
produksi akan disesuaikan dengan jumlah
permintaan dan trend perkembangan dari
pangsa pasar yang masih tersedia.
Jika rencana dibuat setelah perusahaan
beroperasi maka jumlah produksi akan
tergantung kepada siklus permintaan
konsumen atau langganan.

Penentuan Jumlah Produksi Pada Kondisi


Sumberdaya Terbatas

1. Metode Net Revenue


Misalkan sebuah perusahaan yang
mengolah air kelapa menjadi minuman
nata decoco. Hasil analisis terhadap
hubungan antara air kelapa (X) dengan
jumlah nata decoco (Y) yang dihasilkan
ditunjukkan oleh fungsi produksi sebagai
berikut:
Y = 5X 0,5X2 + 2Z
Dimana: Y adalah jumlah produksi, X
adalah jumlah bahan baku (air kelapa) Z
adalah input tetap tetap dan harga per
unit nata decoco (Py) = 5, harga per unit
air kelapa (Px) = 10, harga input tetap (Pz)

Dari persamaan tersebut dibuat tabel sbb:


X

TR

VC

FC

TC

NR

3=
Rumus

4=
3(Py)

5=1(P
x)

6=
2(Pz)

7=5+
6

8=4-7

4,0

20

10

10

10,0

8,5

42,5

10

10

20

22,5

12,0

60,0

20

10

30

30,0

14,5

72,5

30

10

40

32,5

16,0

80,0

40

10

50

30,0

16,5

82,5

50

10

60

22,5

16,0

80,0

60

10

70

10,0

Dari perhitungan dalam tabel 1 nampak


bahwa penerimaan bersih (net revenue)
terbesar yaitu 32, 50 akan tercapai jika
jumlah output Y yang diproduksi sebanyak
14,5 satuan.
Jumlah output sebesar itu akan tercapai
pada waktu penggunaan input variabel X
= 3 satuan.
Oleh karena itu maka dalam kasus seperti
ini jumlah yang harus dihasilkan adalah
14,5 satuan, dan itu berarti jumlah input
variabel katakanlah bahan baku yakni air
kelapa yang hendaknya digunakan adalah
sebesar 3 satuan.

Secara grafik
Rp

TC
32,5

VC

10
0

NR

FC
X

2. Metode Breack Event


Misalkan fungsi produksi sbb:
Y = 5X-0,5X2 + 2Z
dimana: Py =5, PX = 10, PZ = 5 dan Z =2
Maka kondisi breack event tercapai bila:
VC + FC = TR atau Px(X) + PZ(Z) = Py(Y)
Atau: Y = Px(X)/Py + Pz(Z)/Py
Jadi: Y = 10X/5 + 10/5 atau Y = 2X + 2
Keuntungan akan maksimum pada saat
kemiringan garis breack event yaitu PX/Py =
kemiringan fungsi produksi (dY/dX) atau:
5-X = 10/5
5-X =2 atau X= 2-5 atau X = -3 atau X = 3

Jumlah
input
X

0
1
2
3
4
5
6

Y Breack
event
Y=2X+2

2
4
6
8
10
12
14

Y Aktual
Y = 5X-0,5X2
+ 2Z

4
8,5
12
14,5
16
165
16

Jarak total
produksi dengan Y
Breack event

2
4,5
6
6,5
6
4,5
2

Pada tabel nampak bahwa jarak tertinggi antara produksi breack event dengan
produksi aktual terjadi pada penggunaan X =3

Secara Grafik
Y
14,5
Y Aktual
Y Breack Event
4
2

3. Metode Nilai Produksi


Marginal

Dalam metode ini juga dicari adalah kondisi dimana nilai


produk marginal sama dengan biaya marginal yakni harga
dari satu satuan input. Misalkan diketahui fungsi produksi
sebagai berikut:
Y = 5X 0,5X + 2Z
Py = 5, Px = 10, Pz = 5 dan Z = 2
Berdasarkan data ini maka total revenue (TR) dapat
dihitung sebagai berikut:
TR = Y(Py)
= (5X 0,5X2 + 2Z) ( Py)
= (5X 0,5X + 2Z) (5)
TR = 25X 2,5X + 20
Dari persamaan total revenue selanjutnya diperoleh
marginal revenue yaitu turunan pertama dari persamaan
total revenue.
MR = 25 5X

Menurut ketentuan dalam ekonomi produksi, keuntungan


maksimum akan tercapai bila turunan pertama dari
penerimaan (MR) sama dengan harga input atau biaya
marginal (MC). Jadi keuntungan maksimum. bila
MR = MC.
Dari ketentuan itu maka:
TC = Px(X) + Pz(Z)
= 10(X) + 5 (2)
TC = 10X + 10
MC = 10
Kalau MR = MC maka
25 5X = 10
-5X = 10 25
X=3
Jadi keuntungan maksimum akan tercapai pada
penggunaan input X sebesar 3 satuan. Jika nilai X
dimasukkan ke persamaan:
Y = 5X 0,5X + 2Z diperoleh Y = 5(3) 0,5(3) + 2(2) =
14,5 Jadi keuntungan akan maksimum jika jumlah produksi
(Y) = 14,5 satuan

Secara Tabel
X
0
1
2
3
4
5
6

MR
25
20
15
10
5
0
-5

MC
10
10
10
10
10
10
10

Secara Grafik

25

10

MC

X
0

MR

2.

RENCANA PRODUKSI BERDASARKAN TREND


PERMINTAAN

Pendekatan ini menggunakan persamaan simultan antara persamaan


permintaan dan persamaan penawaran. Misalkan diketahui:
Persamaan fungsi permintaan:
Dk = a + b1Pt + b2Ot + b3It dan
Persamaan fungsi penawaran:
Sk = a + b1Pt + b2Pt-1 + b3Jp
Dimana:
Dk = Permintaan akan kayu rimba campuran
Pt = harga kayu rimba campuran
O = jumlah penduduk
It = pendapatan per kapita
Sk = jumlah kayu rimba yang ditawarkan produsen
Pt-1 = harga kayu rimba tahun sebelumnya
Jp = jumlah perusahaan pengolah hutan di lokasi yang dianalisis
Maka persamaan keseimbangan pasarnya adalah sebagai berikut:
QDk = QSk
a + b1Pt + b2Ot + b3It = a + b1Pt + b2Pt-1 + b3Jp

Misalkan Hasil Analisis Fungsi Permintaan


berdasarkan data dari lapangan sbb:

Predictor
Coef
SE Coef
T
P
Constant
23208
14677
1.58 0.645
X1
-15.731
7.737
-2.03 0.048
X2
0.019479 0.009589
2.03 0.048
X3
0.0057164 0.0007683
7.44 0.000
S = 1089
R-Sq = 98.8%
R-Sq(adj) = 98.2%
Jika dikembalikan ke fungsi penduganya maka bentuknya dalah
sebagai berikut:
Dk = 23208 - 15,7Pt + 0,0195Ot + 0,00572It
Dimana:
Dk = Permintaan akan kayu rimba campuran
Pt = harga kayu rimba campuran
O = jumlah penduduk
It = pendapatan per kapita

Misalkan Hasil Analisis Fungsi Penawaran


berdasarkan data dari lapangan sbb:
Fungsi Penawaran Kayu rimba
Predictor
Coef
SE Coef
T
P
Constant
51324
18117
2.83 0.137
X1
1.18
.87
1.35 0.047
X2
20.02
37.53
0.53 0.617
X3
184.54
44.90
4.11 0.009
R-Sq = 96.2%
Apabila hasil perhitungan tersebut dimasukkan ke dalam
model penduga maka bentuknya adalah sebagai berikut:
Sk = 51324* + 1,18Pt + 20,0Pt-1* + 184,54Jp
* = tidak signifikan pada = 0,05
Dimana:
Pt = harga tahun berjalan, Pt-1 = harga tahun sebelumnya
dan Jp = jumlah perusahaan pengolah kayu.

Maka
Analisis
Persamaan
Harga
Keseimbangan adalah sebagai berikut:

SK = Dk
1,18Pt + 184,54Jp = - 15,7Pt + 0,0195Ot +
0,00572It
1,18Pt + 15,7Pt = 0,0195Ot + 0,00572It
184,54Jp
16,88Pt = 0,0195Ot + 0,00572It 184,54Jp

0,0195Ot + 0,00572It
184,54Jp
Pt =
16,88
Pt = 0,0012 Ot + 0,0003 It 10,93

Hasil Analisis Kuantitas Keseimbangan


Untuk memperoleh persamaan kwantitas keseimbangan, maka
persamaan harga keseimbangan disubtitusikan kedalam fungsi
penawaran yang telah diperoleh sebelumnya sehingga diperoleh
persamaan kwantitas keseimbangan sebagai berikut.
Sk = 1,18Pt + 184,54Jp
Sk = 1,18 (0,0012 Ot + 0,0003 It + 10,93 Jp) + 184,54 Jp
Sk = 0,0014 Ot + 0,000354 It + 197,44Jp
Untuk mengetahui kuantitas keseimbangan tiap tahun maka data
mengenai jumlah penduduk, pendapatan per kapita serta jumlah
perusahaan tiap tahun dimasukkan ke persamaan tersebut.
Contoh untuk tahun 2009:
Sk = 0,0014(2.239.942) + 0,000354(9.642.455,21) + 197,44(71)
= 20.567,6
Jadi jumlah kayu rimba yang sebaiknya diproduksi adalah kurang
lebih 20.567,6 kubik supaya produk tidak berlebihan di pasar

MODEL ECONOMIC ORDER QUANTITY


(EOQ)

Economic
berikut: Order Quantity (EOQ) dengan rumus sebagai
EOQ
Q =Jumlahkebutuhan per unit waktu
C = Biaya per satu kali produksi
P = harga per unit barang
I = biayapenyimpanan
Contoh
Jumlah permintaan = 12.000 unit
Harga per unit produk = Rp. 100
Biaya per satu kali produksi = Rp.15.000
Biaya penyimpanan dan pemeliharaan produk dalam
gudang adalah 40% dari nilai rata-rata persediaan

Berdasarkan data tersebut maka jumlah persediaan yang


paling ekonomis untuk perusahaan agroindustri tersebut
dapat dihitung sebagai berikut:

EOQ = 3000
Jadi jumlah persediaan yang paling ekonomis adalah 3.000
unit.
Jika persediaan lebih besar dari 3.000 unit maka perusahaan
tersebut akan terbeban dengan biaya penyimpanan dan biaya
pemeliharaan barang yang lebih tinggi.
Sebaliknya jika persediaan kurang dari 3.000 unit maka
perusahaan bisa kehabisan stok sehingga tidak mampu
memenuhi semua permintaan konsumennya. Hal ini
berpotensi menyebabkan sebagian pelanggan akan beralih ke
perusahan
lain
yang
mampu
memenuhi
semua
permintaannya.

BAGAIMANA MEMPRODUKSI
1. Pendekatan Daya Subtitusi Marginal Input
DSM X1 terhadap X2 = -X2/ X1
artinya peningkatan penggunaan input X 1 sebesar X1 akan menyebabkan
penurunan penggunaan input X 2 sebesar X2.
DSM dapat dinyatakan dalam produk marginal (MP) sbb:
dY/dX1
dX2
dY
MPX1
DSMX1X2 = ---------- = ------- x ----- = -------dy/dx2
dY
dX1
MPX2
Biaya akan minimum (keuntungan maksimum bila:
MPX1/MPX2 = PX2/PX1
Dimana PX1 = Harga perunit X1 dan PX2 = harga per unit X2
Hubungan subtitusi antar input ada dua jenis yaitu:
(a) Hubungan dengan daya subtitusi tetap dimana peningkatan salah satu
input menyebabkan penurunan input lainnya dengan jumlah yang tetap
(b) Hubungan dengan daya subtitusi tidak tetap dimana peningkatan salah
satu input menyebabkan penurunan input lainnya dengan jumlah yang
tidak tetap.

HUBUNGAN DENGAN DAYA SUBTITUSI TETAP

X1

X1

X2

X2

0
25
50
75
100

25
25
25
25

100
90
80
70
60

-10
-10
-10
-10
-1O

DSM X1 terhadap X2 = 10/25 = 0,4X2


kalau PX1 = 100 dan Px2 = 1000 maka biaya minimum bila:
0, 4X2 = 1000/100 = 10
X2 = 10/0,4 = 18,75 unit dan X1 = 0,4 X2 = 0,4(18,75) = 10 unit sehingga
total biaya = 18,75 (1000) + 10 (100) = Rp.19.750

HUBUNGAN DENGAN DAYA SUBTITUSI TIDAK TETAP

X1

X1

X2

X2

X1/X2

0
25
50
75
100

25
25
25
25

100
85
75
67
62

-15
-10
-8
-5

1,67
2,5
3,125
5

Kalau PX1 = 100 dan Px2 = 250 maka biaya minimum bila:
X1/X2 = PX2/PX1 atau 250/100 = 2,5
Jadi Biaya minimum bila X2 = 10/0,4 = 75 unit dan X1 = 50 unit atau biaya total
= 50 (100) + 75 (250) = Rp.23.750.

2.Pendekatan Kombinasi Optimal Output


Kombinasi optimum tercapai bila:
Y1/ Y2 = PY2/PY1 dimana:
Y1 = jumlah produk Y1
Y2 = Jumla produk Y2
PY1 = harga per unit produk Y1
PY2 = Harga per unit produk Y2
Misalkan diketahui hubungan Y1 dan Y2 sbb:
Y1 = 100 0,0065Y2 dan Py1 =5 dan PY2 = 6
Maka Kombinasi optimum akan tercapai bila:
dY1/dY2 = PY2/PY1
-0013Y2 = 6/5
Y2 = 92,3 dan Y1 = 100 0,0065(92,3) = 44,6
unit

DIMANA AKAN DIPRODUKSI


Factor-faktor penentu lokasi
perusahaan.

Faktor endowment yaitu ketersediaan


factor-faktor produksi secara kualitatif dan
kuantitatif pada suatu daerah atau suatu
lokasi. Factor endowment meliputi: tanah,
tenaga kerja, dan modal.
Potensi pasar
Bahan baku dan energi
Keuntungan aglomerasi
Kebijakan pemerintah
Kebijakan pengusaha

1. Faktor Endowmen
Kesesuaian iklim, jenis, struktur, kesuburan dan
topografi tanah. Faktor-faktor ini sangat penting apabila
yang akan dilakukan adalah produksi perkebunan.
Harga tanah dan letak lokasi, terutama bagi perusahaan
pengolah hasil pertanian. Harga tanah yang terlampau
tinggi akan menyebabkan biaya investasi menjadi tinggi,
dan letak tanah yang jauh dari pusat konsumen atau
sumber bahan baku akan menyebabkan biaya angkutan
menjadi tinggi.
Ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
melaksanakan
proses
produksi
atau
mengoperasionalkan perusahaan. Hal ini menyangkut
kualitas SDM yakni tenaga trampil atau tenaga terdidik
dan tenaga kasar, mobilitas tenaga kerja antar daerah
dan antar jenis pekerjaan serta tingkat upah yang
berlaku..
Ketersediaan modal yang dalam hal ini mencakup
jumlah modal dan sumber modal.

2. Potensi pasar

Potensi pasar diindikasikan oleh


jumlah
penduduk,
pendapatan
perkapita,
dan
distribusi
pendapatan.

Bahan baku dan energi

Ketersdiaan bahan baku mencakup


kontinyuitasnya,
volumenya,
kualitasnya, sifat komoditasnya dan
biaya angkutannya.

3. Keuntungan aglomerasi
Keuntungan aglomerasi adalah keuntungan
yang dapat diperoleh perusahaan apabila ia
berlokasi ditempat dimana industri-industri
sejenis atau industri yang bahan baku dan
produksinya saling terkait berkumpul.

4. Kebijakan Pemerintah
Pemerintah biasanya telah menentukan
zona-zona
industri
dan
areal-areal
perkebunan atau pertambakan dengan
berbagai
pertimbangan
misalnya
keteraturan,
kebersihan
lingkungan,
keamanan dan ketersediaan lahan.

5. Kebijakan Pengusaha
Pengusaha sendiri memiliki kebijakan tersendiri
dalam mengelola peruasahaannya. Ada pengusaha
yang telah menentukan fungsi dari cabang-cabang
usahanya hanya untuk tujuan-tujuan khusus.
Misalnya cabang usaha yang hanya ditujukan untuk
menjadi unit produksi, unit penjualan atau sebagai
unit distribusi saja.
Jika fungsi cabang adalah
sebagai unit produksi maka lokasinya akan
cenderung mendekati sumber bahan baku. Jika
fungsinya adalah sebagai unit penjualan maka
lokasinya akan cenderung mendekati pasar atau
pusat konsumen, dan jika fungsinya adalah sebagai
unit distribusi maka lokasinya akan cenderung
berada di lokasi-lokasi yang merupakan median dari
pusat-pusat
konsumen
atau
dipersimpanganpersimpangan jalan raya yang mudah dijangkau dari
segala
arah.
Selain
itu
juga
akan
mempertimbangkan lokasi
yang memungkinkan
membangun gudang dengan biaya murah dan
aman.

6.

Pendekatan Teori Lokasi

Inti dari teori lokasi adalah sebagai berikut: Jenis


komoditas yang diusahakan akan bervariasi menurut
jarak lokasi dari pusat konsumen (kota). Pendapatan
maksimum akan diperoleh jika biaya transportasi hasil
produksi ke pusat konsumen dapat diminimalkan.
Secara matematis hal ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
= R (C + T)
= Y.Py (C + t .d)
dimana:
= pendapatan bersih
Y = Jumlah produksi
Py = harga per unit hasil
C = biaya produksi
t = biaya transport per satuan jarak
d = jarak lokasi dari kota
Karena berhubungan linear negatif dengan factor
jarak (d) maka perusahaan yang lokasinya jauh dari
kota akan menanggung biaya angkutan yang besar
sehingga keuntungan akan kecil

Secara grafik
Rp

Rp
MC

MC
Py

Profit

Production Cost
Q
Lokas dekat kota

Transport Cost

AC

AC
PY

Profit

Prodc.Cost
Q
Lokasi jauh dari kota

Lokasi Produksi untuk 1 bahan baku


dan 1 pasar
Lo = (Wb Wp)j+ WpJ
Dimana:
Lo = lokasi optimum
Wb = berat bahan baku
Wp = Berat produk akhir
j = jarak dari sumber bahan baku ke
pasar
J = Jarak sumber bahan baku ke lokasi
perusahaan
Kriteria:
Wb> Wp: Lokasi mendekatai bahan baku
Wb<Wp: Lokasi mendekati pasar

Metode Beban Skor


Dalam metode ini setiap faktor penentu lokasi diberi
skor sesuai dengan kondisi lokasi alternatif
kemudian dikalikan dengan
bobot yang sesuai
dengan kepentingan faktor yang bersangkutan.
Faktor yang dianggap paling menentukan diberi
bobot yang lebih tinggi sedangkan faktor yang
kurang penting diberi bobot yang rendah
Lokasi yang memperoleh bobot tertinggi merupakan
lokasi terbaik untuk membangun pabrik.
Contoh: Perusahaan CBA akan mendirikan pabrik dimana
mereka menghadapi tiga lokasi pilihan yaitu lokasi P, Q
dan R. Setelah diteliti maka didapatkan data-data sebagai
berikut:

Skor lokasi
No. Faktor penentu
Lokasi
P
1
2

Faktor endowment
Potensi pasar

35
30

Lokasi
Q
25
35

Lokasi
R
40
35

Ketersediaan
bahan
3
25
40
35
Jika baku
bobot masing-masing faktor penentu adalah:
Keuntungan
20 untuk
faktor endowmen, 3540
untuk potensi
pasar,
4
35
25
35 aglomerasi
untuk bahan baku, 10 untuk keuntungan
5
Kebijakan
pemerintah
30
35
35
aglomerasi
dan
10 untuk kebijakan
pemerintah
maka bobot skor untuk masing-masing lokasi
adalah sbb:

No
Faktor penentu
.
1 Faktor endowment
2 Potensi pasar

Skor lokasi
Lokasi Lokasi
P
Q

Lokasi
R

700

500

800

1050

1225

1225

Ketersediaan
bahan
3
875
1400
baku
4 Keuntungan aglomerasi 400
350
5 Kebijakan pemerintah
300
350
Jumlah
3325 3325
Berdasarkan skor maka lokasi yang tepat
diplih adalah lokasi R karena bobot skornya
tinggi

1225
250
350
3850
untuk
paling

Metode Biaya Terkecil


Pada metode ini yang menjadi pertimbangan utama
dalam menentukan lokasi pabrik adalah aspek biaya.
Dalam hal ini aspek biaya yang terkait dengan lokasi
terdiri dari beberapa komponen misalnya upah
tenaga kerja, harga bahan baku, biaya transportasi
pemasaran hasil, biaya sosial dan pajak.
Lokasi yang dapat
memberikan
jumlah biaya
terkecil merupakan lokasi yang tepat untuk
mendirikan pabrik. Sebagai contoh kita kembali
mengambil lokasi alternatif bagi perusahaan CBA
yang dianalisis di atas.
Contoh Soal: Misalkan komponen biaya untuk
masing-masing lokasi alternatif sebagai berikut:


No.

Komponen biaya

1
Upah tenaga kerja
2
Harga bahan baku
3
Biaya transportasi
4
Biaya sosial
5
Pajak
Jumlah

Jlh biaya per unit barang


Lokasi
P

Lokasi
Q

Lokasi
R

50
75
35
15
10
185

45
75
25
15
10
170

45
65
30
15
10
165

Hasil perhitungan pada tabel menunjukkan bahwa


lokasi yang total biayanya paling kecil untuk setiap
unit barang yang diproduksi adalah di lokasi R.
Karena itu disarankan untuk membangun pabrik
pada lokasi R.

Metode Jarak Terpendek


Dalam metode ini diasumsikan bahwa perusahaan yang
dibangun akan menjual
produksinya kepada sejumlah
pelanggan yang menyebar di sejumlah lokasi pasar,
sehingga persoalan yang dihadapi adalah dimana lokasi
yang biayanya terkecil untuk melayani pelangganpelanggannya.
Perhitungan biaya didasarkan pada jarak dengan asumsi
bahwa jika jarak makin panjang maka biaya bahan bakar
dan biaya tenaga kerja akan makin besar.
Sebagai illustrasi diberikan contoh sebagai berikut: Misalkan
seorang pengusaha susu kedelai menjual produknya kepada
7 orang pelanggan yang rumahnya menyebar sepan-jang
jalan yang panjangnya 150 km seperti gambar di bawah ini.

A B C

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150

Dalam kasus seperti gambar, persoalannya adalah, dimanakah lokasi


yang optimal bagi pengusaha tersebut agar biaya transportasinya
minimal.
Jika menggunakan prinsif jarak rata-rata dari titik A sebagai pangkal
perhitungan maka akan diperoleh: 0 + 10 + 20 + 40 + 60 + 140 +
150 = 420 kemudian dibagi 7 = 60 . Ini berarti bahwa lokasi optimum
bagi perusahaan susu kedelai tersebut adalah pada jarak 60 kilometer
dari titik A yaitu di titik E.
Tetapi jika menggunakan prinsif median yaitu titik yang membagi
suatu distribusi menjadi dua bagian yang sama banyak maka lokasi
optimumnya adalah di titik D dimana 3 pelanggan di sebelah kiri dan
3 pelanggan lainnya berada di sebelah kanan.
Jika jarak yang ditempuh untuk kedua lokasi ini dibandingkan maka
hasilnya adalah sebagai berikut:

Pelanggan

Lokasi jarak
rata-rata (E)
60
50
40
20
00
80
90

Lokasi jarak
Median (D)
40
30
20
00
20
100
110

A
B
C
D
E
F
G
Dalam
tabeljarak
nampak bahwa lokasi berdasarkan perhitungan
Jumlah
340 yang harus ditempuh
320 oleh
median lebih baik karena jarak
yang ditempuh
penjual susu kedelai setiap hari lebih kecil dibandingkan
dengan lokasi yang tentukan berdasarkan perhitungan ratarata. Oleh karena itu maka dalam praktek, pemilihan lokasi
produksi berbagai perusahaan ditentukan berdasarkan
perhi-tungan median dank arena itu pula kita banyak
menyaksikan lokasi-lokasi median cenderung menjadi
tempat-tempat sentral yaitu tempat dimana berbagai
perusahaan berkumpul.

Metode Break Even Point


Dalam metode BEP yang dihitung adalah hubungan antara
biaya total dengan volume produksi untuk menentukan
lokasi produksi.
Untuk volume pro-duksi tertentu lokasinya mungkin
berbeda jika volume produksi lebih besar. Lokasi yang dapat
memberikan keuntungan tertinggi untuk volume produksi
tertentu akan dipilih sebagai lokasi produksi yang baik.
Sebagai contoh diberikan kasus sebagai berikut: Mi-salkan
sebuah perusahaan pengolah hasil perta-nian menghadapi
3 lokasi alternatif yakni lokasi A, B, dan C dimana masingmasing lokasi mempunyai struktur biaya seperti tabel
berikut:

Lokasi
A
B
C

Biaya tetap
(Rp)
20.000
40.000
80.000

Biaya variabel
(Rp/unit)
50
30
10

Pertanyaannya adalah: apabila harga jual


produk per unit
sebesar Rp.90, lokasi
manakah yang sebaiknya menjadi tempat
pembangunan pabriknya.
Penyelesaian persoalan seperti ini adalah
dengan menghitung keuntungan per unit
(profit margin) yang dapat diperoleh dari
masing-masing lokasi alternatif kemudian
digunakan untuk menghitung BEP masingmasing lokasi sebagai berikut:

Uraian

Lokasi A

Lokasi B

Harga jual
90
90
per unit
Biaya varia
50
30
bel per unit
Keuntungan
40
60
per unit
Biaya tetap
20.000
40.000
BEP. Lokasi 20.000/40 = 40.000/60
500 unit
= 667 unit

Lokasi C
90
10
80
80.000
80.000/80
= 1000 unit

Berdasarkan
perhitungan pada tabel 10.6 maka dapat
disimpulkan bahwa lokasi produksi optimal berbeda-beda
menurut volume prodksinya. Dalam contoh kasus di atas,
untuk volume produksi 500 unit lokasi optimalnya adalah di
kota A, untuk volume produksi 667 unit lokasi optimalnya
adalah di kota B dan untuk volume produksi 1000 unit per
hari lokasi produksi optimalnya di kota C.

KAPAN DIPRODUKSI

Sifat produk: Mudah rusak (perisable), Mengambil banyak


tempat (volumenous), Musiman (seasonal). Untuk produk
seperti ini, pemasaran harus segera dilaksanakan setelah
diproduksi.
Sifat bahan baku: Mudah rusak (perisable), Mengambil
banyak tempat (volumenous), Musiman (seasonal). Untuk
produk bahan baku seperti ini, pengolahan harus
dilaksanakan sebelum bahan baku mengalami penurunan
kwalitas
Siklus permintaan produk: Waktu produk diusahakan
supaya produk sudah jadi pada menjelang permintaannya
tinggi
Trend permintaan. Diproduksi pada saat trend menaik dan
berhenti pada saat trend menurun
Ketersediaan produk subtitusi: Diproduksi ketika produk
subtitusi tidak ada
Daur hidup produk: Tahap pengembangan, tahap
pengenalan, tahappertumbuhan, tahap kedewasaan
(maturity) dan tahap penurunan (decline). Produksi
tertinggi pada saat tahap kedewasaan.

SIAPA YANG MEMPRODUKSI

Dari segi keahlian:


Tenaga ahli (expert labour)
Tenaga trampil (Skill labour)
Tenaga kasar (unskill labor)
Dari segi fungsinya:
Tenaga teknis dan Tenaga administrasi
Dari segi status kepegawaian:
Tenaga tetap, tenaga kontrak dan tenaga tidak tetap (harian)
Hal yang terpenting dalam analisis ketenagaan adalah produktivitas
tenaga kerja dengan rumus:
Prodv = To/HK dimana To = total output dan HK = jumlah hari kerja
(1HK = 8 jam kerja)
Kalau produktivitas meningkat berarti jumlah produk (output) akan
tinggi, sehingga Revenue (penerimaan) akan tinggi dan dengan
demikian profitabilitas akan tinggi pula:
Profitabilitas= TR/TC dimana TR = total revenue dan TC = total cost

CONTOH ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA


KERJA
No.

Uraian

Nilai

Penjualan bersih

3.379.000

Gaji tenaga kerja

551.000

Harga bahan baku

Biaya pelayanan

566.000

Penyusutan

192.000

Total masukan (2+3+4+5)

2.969.000

Keluaran bersih (net output) = 1-3-4

1.153.000

Total masuan tenaga kerja (2+5)

743.000

Produktivitas tenaga kerja (7/2)

2,09

10

Produktivitas tenaga kerja dan modal (7/8)

1,55

11

Total produktivitas (1/6)

1,14

1.660.000

DISAIN PRODUK

Tahapan Disain produk


Pengembangan Produk
Disain Proses Produksi
Perencanaan Layout
Penentuan Jumlah Mesin
Penjadwalan produksi

Tahapan Dalam Disain produk


Konsepsi yaitu membuat suatu spesifikasi dengan
menggabungkan selera konsumen: Informasi
mengenai spesifikasi minimal terdiri dari: Syarat
teknis (kualitas dan keandalan, penampilan
(styling),
biaya
pembuatannya,
waktu
penyelesaian, kuantitas produksi, keamanan
menurut aturan atau perundang-undangan.
Persetujuan yaitu tahap dimana konsep dibuat
dalam bentuk model atau gambar pendahuluan
(prototype) atau market.
Pelaksanaan yaitu tahap dimana model yang
disepakati pada tahap dua dibuat dalam bentuk
contoh nyata
Pra operasi yaitu tahap dimana barang yang
diproduksi diperiksa kesesuaiannya dengan
disain, perlatan produksinya dan spesifikasinya.

Pengembangan Produk
Pengembangan produk (product development) adalah
upaya perusahaan untuk memenuhi tuntutan pasar dan
selera pelangan.
Setiap produk akan mengalami apa yang disebut daur
hidup produk (product life cycle) yang dimulai dari
perancangan, produksi, pengenalan pasar, pertumbuhan
permintaan, kematangan, kejenuhan dan akhirnya
kemerosotan permintaan.
Pada tahap kemerosotan ini suatu produk siap untuk
digantikan dengan produk baru yang lebih sesuai lagi
dengan selera konsumen.
Pengembangan produk tidak hanya pada tahapan
kemerosotan tetapi dapat juga pada tahap-tahap
sebelumnya untuk merangsang permintaan konsumen dari
waktu ke waktu.

Contoh Siklus Produk

Produk yang pengembanganya pendek tapi masa kematangannya pa

Produk yang masa pengembangan panjang tapi kematangannya pen

Bentuk Pengembangan Produk


Menciptakan produk yang lebih baik, lebih
cangggih, lebih berkualitas, lebih murah,
dan memiliki keunggulan daya saing yang
tinggi.
Untuk
melaksanakan
pengembangan
produk
maka
hal-hal
yang
perlu
diperhatikan adalah: Fasilitas produksi,
sumberdaya manusia, disain produk,
teknologi proses, efisiensi, produktivitas,
kapasitas, kecepatan respon, fleksibilitas
dan memenuhi standar internasional.

Faktor yang Mendorong Strategi


Pengembangan Produk

Perubahan selera konsumen


Keinginan untuk menekan biaya (efisiensi)
Keinginan meningkatkan kualitas produk
Kemerosotan kinerja perusahaan
Melemahnya bergaining position terhadap
suplaier bahan baku dan suku cadang
Makin kuatnya perusahaan saingan
Perubahan teknologi produksi
Usia produk sudah memasuki titik jenuh.

Hambatan Pengembangan Produk


Makin terbatasnya gagasan tentang produk baru
Pasar makin terkotak-kotak (fragmented market)
sehingga perusahaan hanya menguasai segmen
tertentu yang kecil
Hambatan sosial dan lingkungan yang membuat
para ahli semakin kurang inovatif
Biaya R&D yang makin tinggi karena inflasi dan
harga peralatan yang makin mahal
Usia produk makin singkat karena bila suatu
produk sukses di pasar maka perusahaan lainnya
berlumba untuk menirunya dan menawarkan
harga yang lebih rendah.

Pendekatan untuk mengembangkan


produk
Modifikasi bauran produk
(variasi, kualitas,
merek, disain, garansi, ukuran, layanan, kemasan
serta fitur lainnya).
Perluasan lini produk yaitu serangkaian produk
yang berbahan dasar sama tapi dikemas berbeda
untuk memenuhi selera konsumen ( misalnya
produk cocacola memperluas lini dengan cara
memproduksi cocacola rasa cafein, sero sugar,
dan diet coke)
Penambahan citra produk (product complement)
misalnya produk makanan tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan kalori tapi juga untuk
kesehatan
Diversifikasi produk yaitu memproduksi lebih dari

Prosedur Pengembangan Produk


Pengembangan gagasan yang harus didasarkan
pada: jenis produk dan segmen pasar yang dituju,
pangsa pasar yang tersedia, kemampuan
sumberdaya perusahaan
Penyaringan gagasan berdasarkan kebijakan
perusahaan
Pengembangan dan uji konsep (berdasarkan data
lapangan). Contoh konsep produk adalah:
kendaraan keluarga yang irit bahan bakar
Analisis
bisnis
yang
mencakup
ramalan
penjualan, perkiranaan biaya dan laba (NPV, IRR,
payback period atau BEP)
Pengembangan
dan
uji
produk
secara
laboratorium
dan
consumer
test.(contoh
terlampir)

Strategi
pemasaran
produk
yang
mencakup
(a) Struktur pasar, luas pasar, dan
perilaku pasar
(b) garis besar harga dan sistem
distribusi,
(c) rencana penjualan jangka panjang.
Uji pasar yaitu menguji semua program
pemasaran yaitu positioning, periklanan,
distribusi, kebijakan harga dan kemasan
Pengenalan pasar yang mencakup: waktu
pengenalan, tempat pengenalan, dan
target konsumen

Contoh Consumer Test


Apakah konsep produk jelas dan muda
dimengerti
Apakah anda melihat manfaat khas yang
tidak terdapat pada produk lain
Apakah anda menyukai produk ini
dibanding produk lain
Apakah anda bersedia membeli produk ini
Apakah produk ini memenuhi kebutuhan
anda
Perbaikan apakah yang anda usulkan
untuk produk ini.

Disain Proses Produksi


Proses produksi adalah serangkaian
kegiatan yang berkelanjutan dan
teratur mulai dari pemasukan input
sampai kepada pengeluaran output.
Proses produksi juga sering diartikan
sebagai
kegiatan
untuk
menghasilkan nilai atau menambah
nilai dari suatu barang. Untuk
terjadinya proses produksi maka ada
dua aktivitas yaitu aktivitas utama
dan aktivitas pendukung:

Aktivitas utama:
Logistik internal terdiri dari: pengadaan bahan
baku, penanganan bahan baku, pengendalian,
pergudangan dan hubngan dengan pemasok
Operasi yang mencakup: Perakitan mesin,
Pengolahan,
pencetakan
pengujian,
dan
pengepakan.
Logistik
eksternal
:
Menyimpan
dan
mendistribusikan produk kepada pelanggan
Pemasaran dan penjualan: periklanan, penjualan,
penentuan harga, promosi dan perdagangan
Pelayanan purna jual: garansi, instalasi, reparasi,
suku cadang dan pelatihan penggunaan serta
pemeliharaan produk.

Aktivitas Pendukung
Pengadaan barang modal (mesin dan
sarana pendukung lainnya)
Pengembangan
teknologi
(
fasilitas,
komputer, dan telepon)
Sumberdaya
manusia:
rekrutmen,
pelatihan, organisasi dan penggajian
Infrastruktur:
Manajemen
keuangan,
pengembangan strategi, perencanaan dan
jaminan kualitas.

Type-type Proses Produksi

Penentuan tipe produksi didasarkan pada:


volume
atau
jumlah
produk
yang
dihasilkan,
kualitas
produk
yang
disyaratkan, dan peralatan yag tersedia
untuk melakukan proses produksi.
Type-type proses produksi ada tiga yaitu:
a. Proses produksi yang kontinyu: Umumnya
digunakan oleh industri yang volume
produksinya besar, variasi produknya
sedikit dan produknya bersifat standar
misalnya pabrik semen atau industri kimia
b.
Proses
produksi
intermitten
yaitu
terputus-putus dan mengelompok sesuai
dengan jenis produk yang dikehendaki
konsumen. Digunakan oleh perusahaan
yang variasi produknya banyak

c. Proses produksi yang berulang-ulang


(repetitive process) yaitu proses
yang menggunakan aset tertentu
secara berulang-ulang misalnya aset
mobil angkutan dalam perusahaan
ekspedisi, atau aset bangunan dan
mobiler pada perusahaan restoran
d. Proses produksi campuran dimana
pada periode tertentu dilakukan
secara kontinyu tetapi pada periode
lainnya intermitten. Ini tergantung
pada
permintaan
pasar
dan
kapasitas mesin yang dimiliki.

Disain Proses Produksi

Line flow process dimana penyusunan stasion kerja (work


station) disusun berdasarkan urutan operasi pembuatan
produk, dan produk mengalir mengikuti standar yang telah
ditentukan.
Jumbled flow process dimana aliran produk terputus-putus
sehingga peralatan dan tenaga kerja dikelompokkan dalam
pusat-pusat kerja berdasarkan jenis pekerjaan misalnya:
Pengolahan di stasion pertama, finishing di stasion
kedua,dan pengepakan di stasion ketiga
Project yaitu semua peralatan dan material dikendalikan
oleh suatu tim khusus dan waktu penyelesainnya
ditentukan dan hanya sekali saja.
Flexible manufacturing system (FMS) yaitu suatu sistem
otomatis yang dapat menghasilkan sekelompok komponen
namun urutan operasi tidak perlu sama untuk semua kasus.
FMS membutuhkan biaya investasi yang besar tetapi biaya
operasionalnya rendah.
Agile manufacturing system yaitu suatu sistem yang
dirancang secara khusus untuk gesit menyesuaikan
keinginan dan permintaan konsumen.

PERENCANAAN LAYOUT
Perencanaan layout adalah pengaturan (tata
letak) fasilitas produksi dalam pabrik agar
proses produksi lancar efektif dan efisien.
Jika layout tidak direncanakan dengan baik
maka
dapat
terjadi
ketidakefisienan,
ketidaklancaran proses produksi dan bahkan
bisa terjadi pemborosan jika pengaturan tata
letak peralatan dilakukan sewaktu-waktu.
Ketidakefisienan
serta
pemborosan
menyebabkan
tingginya
biaya
produksi
sehingga tidk kompetitif

Tujuan dan manfaat layout


Meningkatkan jumlah produksi untuk penggunaan
sumberdaya yang sama
Mengurangi waktu tunggu karena adanya
keseimbangan antar mesin yang satu dengan
mesin lainnya atau antara departemen yang satu
dengan departemen lainnya.
Mengurangi proses pemindahan bahan sehingga
tidak membutuhkan alat-alat seperti forklif dan
alat pemindah lainnya.
Menghemat penggunaan ruangan
Efisiensi penggunaan fasilitas
Mempersingkat waktu proses
Meningkatkan kenyamanan dan keselamatan
kerja
Mengurangi kesimpangsiuran

Prinsip Dasar Penyusunan Layout


Integrasi secara total dimana semua faktor yang
mempengaruhi proses produksi diintegrasikan
dalam satu unit organisasi yang besar
Jarak perpindahan barang minimum
Kelancaran aliran kerja dan menghindari gerakan
balik (back trackting) gerakan memotong (cross
movement) dan kemacetan (congestion)
Kepuasan, kenyamanan dan keselamatan kerja
Fleksibilitas
yakni
dapat
mengantisipasi
perubahan-perubahan
teknologi
ataupun
kebutuhan konsumen.
Memungkinkan untuk melakukan relayout jika
diperlukan.

Prosedur Pelaksanaan Layout


Analisis produk dan proses produksi
yang diperlukan
Penentuan jumlah mesin dan luas
area yang dibutuhkan
Penentuan
type
layout
yang
dikehendaki
Penentuan aliran kerja dan bahan
Penentuan
luas
area
untuk
departemen
Rencana detail layout yang dipilih

Faktor-faktor Penentu Layout


Jenis, disain dan volume produksi
Urutan proses (arus atau proses)
Peralatan yang digunakan (teknologi dan
kapasitas mesin)
Sistem pemeliharaan dan penggantian
alat (mantenance and replacement)
Keseimbangan kapasitas antar mesin dan
antar departemen
Area tenaga kerja (employ area)
Area pelayanan (service area)
Keluwesan (flexibility)

Type type Layout

Layout proses (functional layout) yaitu pengaturan mesin


atau perlatan yang memiliki karakter dan fungsi yang
sama ditempatkan dalam satu departemen.
Contoh mesin bubut, mesin bor, mesin las dan mesin
skrap disatukan dalam satu departemen.
Ciri layout proses adalah: (a)membutuhkan tenaga
trampil yang dapat melakukan berbagai operasi pada
sebuah mesin (b) sering terjadi gerakan bahan dari satu
operasi ke operasi lainnya, (c) membutuhkan ruangan
yang luas untuk menyimpan bahan yang belum diproses
(d) harus ada ruangan yang cukup disekitar mesin
danperalatan (e) persediaan bahan yang akan diproses
harus besar (f) memerlukan peralatan yang serbaguna
(g) Memerlukan pengawasan yang teliti (h) Sulit
mengatur keseimbangan kerja antara operator dan mesin
(i) Material dan produk sulit dipindah-pindahkan.
Layout proses cocok untuk proses manufacturing yang
terputus-putus (intermitten)

Lanjutan Tipe Layout


Layout produk (line layout) adalah pengaturan tata letak
alat berdasarkan aliran produk.
Sering digunakan pada pabrik yang beroperasi secara
kontinyu dengan volume produksi yang besar.
Ciri layout produk adalah: (a)perpindahan bahan
menggunakan ban berjalan (konveyor), (b) Persedian
bahan relatif kecil karena terus diproses (c) gerakan
dilakukan
secara
mekanikal
bik
sebagianmaupun
seluruhnya (d) Operator adalah tenaga semi trampil dan
bisa menangani lebih dari satu mesin (e) Jadwal produksi
dibuat secara rinci dan pengawasan relatif mudah (f)
Investasi besar dalam peralatan dan kurang fleksibel (g)
Produk yang dibuat standar dan dalam jumlah besar untuk
jangka panjang (h) Biaya pemindahan barang rendah
karena jarak minimum (i) Ada keseimbanagn antar mesin
dan antar operator

Lanjutan type layout


Layout
kelompok
yaitu
tata
letak
peralatan
dimana
setiap
produk
diselesaikan pada unit-unit tersendiri
Layout posisi tetap dimana bahan yang
akan diproses tetap pada tempatnya dan
yang digerakkan adalah alat dan tenaga
kerja.
Layout bentuk U dimana pintu masuk dan
keluar bahan baku dan produk sama
Masing-masing type layout memiliki
kesesuaian pada jenis-jenis pabrik yang
berbeda

PENENTUAN JUMLAH MESIN

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah mesin adalah: (a)


Jumlah produk yang direncanakan (b) Perkiraan jumlah
produk cacat pada setiap proses produksi, (c) waktu kerja
standar setiap unit produk dan jam operasi mesin.
Berdasarkan ini maka rumus penentuan jumlah mesin atau
jumlah operastor adalah sebagai berikut:
N = (T/60)(P/DxE) dimana:
N = jumlah mesin atau tenaga operator
T = waktu yang diperlukan untuk proses produksi
(menit/unit produk)
P = jumlah produk yang harus dibuat oleh masing-masing
mesin (unit/tahun)
D = jam kerja operasi mesin (satu shift = 8 jam)
E = tingkat efisiensi kerja mesin atau operator yang
dihitung dengan rumus:
E = H/D atau 1 {(D1+S1)/D} dimana H = waktu kerja
tiap periode (jam), D = Waktu kerja per periode, D1 = Down
time dan S1 = set up time

Faktor-faktor yang mempengaruhi


pemilihan mesin

Kapasitas pabrik
Kecocokan (compatibility)
Ketersediaan peralatan pelengkap
Keterandalan dan pelayanan purna jual
Kemudahan pemeliharaan
Kemudahan mempelajari penggunaannya
Kemudahan persiapan
Keamanan
Kemudahan instalasi
Penyerahan
Keadaan pengembangan
Pengaruh terhadap organisasi yang ada

Penentuan jumlah produksi


P = Pg + Pd
Dimana:
P = jlh produk yang dikehendaki
Pg = jlh produk berkualitas baik dan
Pd = jlh produk yang rusak/cacat.
Untuk beberapa tahapan:
Pgi-1 = Pgi + Pdi
Dimana:
Pgi-1 = Jlh produk kualitas baik pada tahapan pertama
dan akan menjadi input pada tahapan kedua
Pgi = jlh produk berkualitas baik dari tahapan ke I dan
akan menjadi input pada tahapan pi+1
Pdi = Jlh produk cacat dari tahapan ke I yang
selanjutnya dibuang dan menjadi input untuk proses
perbaikan.

Contoh kasus
Tahapan Tipe
Jam
Waktu Down
proses mesin kerja (D) prose Time
s (T)
(D1)
(menit)

Set
up
time
(s1)

%
defect
(p)

16

30

140

32

16

80

160

24

16

40

80

16

Pertanyaan:
Tentukan tingkat efisiensi mesin pada
masing-masing tahapan, jumlah produk
yang harus dibuat tiap tahapan dan
jumlah mesin yang dibutuhkan tiap
tahapan
Penyelesaian:
Efisiensi tiap tahapan (E)
E = 1 D1 +S1/D
Tahapan I: E1 = 1 140 +32/16(60) =
82%
Tahapan II: E2 = 1 160 +24/16(60) =
81%
Tahapan III: E3 = 1 80 = 16 /16(60) =
90%

Jumlah produk tiap tahapan


P1 = Pgi/(1-pi)
Tahapan proses ke 3:
Pg3 = 500 unit/hari (demand rate)
P3 = Pg3/1-p3 = 500 /1-0,09 = 550 unit
Tahapan proses ke2:
Pg2 = 550 unit per hari
P2 = Pg2/1-p2 = 550/1-0,04 = 573 unit
Tahapan proses ke 1
Pg1 = 573 unit per hari
P1 = Pg1/1-p1 = 573/1 0,06 = 610 unit
Lebih besarnya jlh produk pada tahapan 1 dan 2
karena untuk mengantisipasi produk cacat agar
tidak mengurangi kebutuhan pada tahapan
berikutnya.

Kebutuhan Mesin

Ni = (Ti/60) (Pi/(DxEi)
Jlh mesin untuk tahap 1
N1 = 30/60 (610/16(0,82) = 24 buah
Jlh mesin tahap 2
N2 = 80/60 (573/16(0,81) = 59 buah
Jlh mesin tahap 3
N3 = 40/60(550/16(0,90) = 26 buah.

Penentuan Kapasitas Mesin

Kapasitas jam mesin:


R = Dtp + Bts
Dimana:
R = total jam mesin yang diperlukan
D = total perkiraan produk
tp = Waktu proses (jam/unit produk)
B = jumlah set up (jlh permintaan bagi
batch size)
ts = Standar waktu set up (jam)

Kapasitas Mesin:
H = {N(100 C)/100}
Dimana:
H = jumlah jam operasi satu mesin
selama satu periode
N = ja operasi mesin selama satu
periode
C = waktu cadangan mesin untuk
perbaikan

Jumlah mesin yang dibutuhkan:


M = R/H
Dimana:
M = jumlah mesin yang dibutuhkan
untuk memenuhi permintaan produk
R = total jam mesin yang dibutuhkan
H = jam kerja setiap mesin.

Tingkat penggunaan mesin:


R1 = (Ro/Kapasitas) (100%)
Dimana:
R1 = Rata-rata tingkat penggunaan
Ro = rata-rata output
Kapasitas cadangan = 100 R1

Contoh soal

Pabrik C memiliki 4 buah mesin dan untuk mengantisipasi

kenaikan permintaan yang dierkirakan 100 000 unit tahun


depan. Tiap bulan diperkirakan 10 batch size dimana setiap
batch membutuhkan rata-rata 3 jam set up dan waktu
proses setiap unit rata-rata 5 menit. Perusahaan memesan
2 buah mesin lagi yang akan datang 18 bulan kemudian.
Pertanyaannya:
Tentukan kapasitas jam mesin yang dibutuhkan tahun
mendatang
Hitung berapa jumah mesin yang dibutuhkan jika
perusahaan bekerja selama 8 jam per hari dan 250 hari
kerja per tahun. Diasumsikan 15% sebagai cadangan untuk
perbaikan mesin.
Perlukah perusahaan melakukan sub kontrak karena mesin
terlambat datang
Berapa lama jam kerja lembur tiap bulan untuk memenuhi
permintaan.

Penyelesaian

Kebutuhan jam mesin:


R = Dtp + Bts = 5(1/60)(100.000)+(120)(3)

8.693 jam per tahun


Jumlah mesin yang dibutuhkan:
M = R/H dimana : = N(100-C/100)
= 3(250)(100-15)/100 = 1700 jam/mesin per
tahun sehingga M = 8693/1700 = 5,11 unit
Perusahaan perlu sub kontrak karena kapasitas
mesin yang telah ada tidak cukup memenuhi
permintaan
Rasio jam lembur = 5,11/4 = 1,278
Total jam per tahun menjadi: 8(250)(1,278)
=2.556 jam
Jam kerja lembur = 2.556 2000 = 556 jam per
tahun
Jam kerja lembur per bulan = 556/12 = 46,33 jam

MANAJEMEN PEMASARAN
Manajemen pemasaran adalah kegiatan menganalisis situasi
pasar untuk mengidentifikasi kebutuhan pasar, Menetapkan pasar
sasaran, mengembangkan strategi dan program pemasaran,
menyediakan alat kordinasi dan pengendalian
Analisis situasi pasar mencakup: Mengidentifikasi masalah dan
peluang yang muncul dari adanya persaingan dan peraturan
pemerintah
Menetapkan sasaran mencakup: penetapan segmen pasar, dan
target penjualan dalam kondisi masalah dan peluang yang
tersedia
Strategi dan program pemasaran mencakup strategi dan program
jangka pendek serta jangka panjang
Alat kordinasi dan pengendalian mencakup: Aturan serta prosedur
dan standar yang harus dipenuhi agar strategi pemasaran yang
ditetapkan dapat berjalan secara efektif dan efisien.

TUGAS MAHASISWA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

10.

Manajer operasi merupakan profesi yang sangat menentukan keberhasilan perusahaan. Jelaskan
tugas dan keputusan-keputusan yang harus diambil oleh seorang manajer operasi perusahaan.
Manajemen produksi dan manajemen operasi adalah dua hal yang saling terkait. Jelaskan
perbedaan dan keterkaitan kedua hal tersebut
Untuk terjadinya proses produksi maka selain perlu ada aktivitas utama harus pula ada aktivitas
pendukungnya. Uraikan kedua aktivitas dimaksud
Rancang suatu jenis perusahaan yang anda nilai memungkinkan untuk didirikan di daerah anda.
Jelaskan latar belakangnya mengapa dinilai memungkinkan.
Buat disain produknya, disain layoutnya
serta hitung jamlah dan kapasitas mesin yang
diperlukan
Dalam rangka pengendalian produksi ada beberapa teknik kuantitatif yang sering digunakan
manajer. Jelaskan teknik-teknik analisa yang dimaksud dan kapan digunakan.
Salah satu teknik perencanaan dan pengendalian yang dapat digunakan adalah net work
planning. Jelaskan prosedur penyusunan net work planning dan berikan contoh perhitungan EET
dan LET
Untuk menentukan pemberian insentif diperlukan pengukuran kerja, waktu diperkenankan, waktu
standar dan waktu kebijakan. Jelaskan keempat istila tersebut dan kapan seorang karyawan perlu
diberi insentif atau bonus.
Suatu perusahaan agroindustri membutuhkan bahan baku sebanyak 3000 unit per satu kali
proses produksi. Harga per unit bahan baku = Rp.10.000 dan biaya pemesanan sebesar
Rp.1.500.000. Jika biaya penyimpanan serta penyusutan bahan baku rata-rata 25% dari nilai
persediaan, berapa jumlah persediaan bahan baku yang optimal dalam perusahaan tersebut.
Tindakan
K1
K2
K3
Diketahui data outcomes dari tiga tindakan pada tiga state of nature dengan peluang terjadinya
A
100sbb:
65
35
masing-masing
B

90

99

55

89

95

46

PKj

0,4

0,4

0,2

Tentukan keputusan optimal berdasarkan kriteria maximin dan Minimax serta kriteria harga
harapan

BAHAN BACAAN
Husein Umar (2005). Evaluasi Kinerja Perusahaan.
PT. Gramedia Jakarta.
John P.Doll dan Frank Orazem (1984). Production
Economics. John Wiley and Sons New York.
John R. Schermerhon (1986). Management For
Productivity. John Wiley and Sons New York.
Sukanto R. (1986). Manajemen Produksi. BPFE
Yogyakarta
William C. Nelson (1977). Guide To Production and
Investment Decision Of the Firm. North Dakota
State University.
Zulian Yamit (2003). Manajemen Produksi dan
Operasi. Ekonisia Yogyakarta.

Tugas Akhir Mahasiswa

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
.

Selesaikanlah tugas di bawah ini dengan ketikan spasi satu


setengah pada kertas HVS ukuran kuarto kemudian dijilid
dan dimasukkan pada tgl. 21 Desember 2014
Jelaskanlah secara singkat pokok-pokok bahasan di bawah
ini menurut gaya bahasa anda sendiri. Penjelasan setiap
pokok bahasan maksimum dua halaman
Manajemen produksi dan pemasaran hasil agroindustri
Apa yang akan diproduksi,
Berapa banyak diproduksi,
Kapan diproduksi,
Dimana akan diproduksi
Bagaimana memproduksinya
Siapa yang akan memproduksinya.
Apa hubungan ketuju hal tersebut dengan manajemen
pemasaran

Anda mungkin juga menyukai