Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI

SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID


(emulsi)
DISUSUN OLEH :
1. NIA YUSNIA KURNIAWAN
2. TRI PUJI ASTUTI

03422115126

03422115181

3. ULFA ROFIQOTUN NAFA


SEMESTER II A KARYAWAN

03422115183

ANALISIS ZAT AKTIF


Zat Aktif

Paraffin Liquid
Praktis tidak larut dalam air dan etanol 95%,
larut dalam kloroform dan eter. (FI III hal. 474)

Kelarutan

Praktis tidak larut dalam air, tidak larut dalam


etanol 96%, merupakan campuran dengan
golongan hidrokarbon. (British Pharmacopoeia
hal. 4502)
Mengalami oksidasi bila terkena panas dan

Stabilitas

cahaya. Harus disimpan dalam wadah kedap


udara, terlindung dari cahaya, di tempat yang

Inkompabil

sejuk dan kering. (HOPE 6th 2009, hal. 446)


Tidak tahan dengan oksidator kuat. (HOPE 6th

itas
Keteranga

2009, hal. 446)


Kegunaan: Laksativum/ obat pencahar. (FI III

n lain

hal. 475)
Stabil dalam wadah tertutup baik dan

Penyimpan

terlindung dari cahaya. (FI III hal. 475)

an

Terlindung dari cahaya. (British Pharmacopoeia


hal. 4503)

ANALISIS ZAT TAMBAHAN


Cc
Sinonim

Kelarutan

Acacia
Acaciae gummi; acacia gum; arabic gum;
E414; gum acacia; gummi
africanum; gum arabic; gummi arabicum;
gummi mimosae; talha gum.

(6th Hand Book Of Pharmaceutical


Excipients, hal 1)

Larut 1 : 20 bagian glycerin


Larut 1 : 20 bagian propylene glycol
Larut 1 : 12,7 bagian air
Praktis tidak larut dalam ethanol 95%
(6th Hand Book Of Pharmaceutical

Stabilitas

Excipients, hal 1)
Larutan berair yang mengalami degradasi
bakteri atau enzimatik tetapi dapat
dipertahankan oleh awalnya mendidih solusi
untuk pendek waktu untuk melumpuhkan
enzim ini
(6th Hand Book Of Pharmaceutical
Excipients, hal 2)

ANALISIS ZAT TAMBAHAN


Zat

Methylparaben
Etanol 95% 1 : 3

Kelarutan

Eter

1 : 10

Gliserin

1 : 60

Propilenglikol
Air

1:5

1 : 400

(HOPE 6 2009, hal. 443)


Larutan metil paraben pH 3-6 dapat disterilkan dan
th

Stabilitas

autoclave pada 120oC selama 20 menit tanpa


penguraian. Pada pH 8 atau lebih mengalami
hidrolisis 10%. (HOPE 6th 2009, hal. 443)
Aktifitas antimikroba metilparaben dan paraben
lainnya sangat berkurang dengan adanya

Inkompabilit
as

surfaktan nonionic. Tidak kompatibel dengan


bahan lain seperti bentonit, magnesium trisilakat,
tragakan metil paraben berubah warna dengan
adanya besi dan terhidrolisis oleh basa lemah dan

Keterangan
lain
Penyimpana
n

asam kuat. (HOPE 6th 2009, hal. 443)


Kegunaan : Sebagai pengawet anti mikroba. (HOPE
6th 2009, hal. 442)
Dalam wadah tertutup baik. (FI III hal. 378)
Methylparaben (0,18%) bersama-sama dengan

Kadar

propil paraben (0,02%) telah digunakan untuk

penggunaan pelestarian berbagai formulasi. (HOPE 6th 2009,

ANALISIS ZAT TAMBAHAN


Zat

Prophylparaben
Mudah larut dalam aseton; larut dalam
etanol 95% dengan perbandingan 1:1,1 dan
etanol 50% dengan perbandingan 1:5,6;
mudah larut dalam eter 1:10; gliserin 1:250;

Kelarutan

larut dalam minyak mineral 1:3330; larut


dalam minyak kacang 1:70; propilenglikol
1:3,9; air 1:2500 dan 1:4350(dalam suhu
15oC) serta 1:225 (dalam suhu 80oC). (HOPE
6th 2009, hal. 597)
Larutan propel paraben cair pada pH 3-6
dapat disterilkan dengan autoklaf tanpa
dekomposisi. Pada pH 3-6 larutan cairnya

Stabilitas

stabil (kurang dari 10% dekomposisi).


Sementara pada pH 8 atau lebih maka akan
cepat mengalami hidrolisis. (HOPE 6th 2009,
hal. 597)

ANALISIS ZAT TAMBAHAN


Zat

Gliserin
Larut 1:4 dalam air 25oC;
Larut 1:1,5 dalam air 100oC;

Kelarutan

Larut 1:1254 dalam etanol 95%;


Sangat mudah larut dalam eter.
(HOPE 6th 2009, hal. 284)
Stabil pada pH 5,6 - 6,6. (Japan
Pharmacopoeia 15th, hal. 719)

Stabilitas

Terurai pada suhu 233oC, harus disimpan


dalam wadah tertutup rapat. (HOPE 6th
2009, hal. 284)
Mengalami reaksi dengan asam amino

Inkompabi

sehingga menghasilkan warna yang

litas

kekuningan atau kecoklatan. (HOPE 6th


2009, hal. 284)
Berat jenis dari gliserin adalah 1,16

Keteranga
n lain

1.2656g/cm3 pada 150C; 1.2636g/cm3 pada


200C; 1.2620g/cm3 pada 250C

ANALISIS ZAT TAMBAHAN


Zat

Propilenglikol

Kelarutan

Larut

dengan

aseton,

kloroform,

etanol

(95%), gliserin, dan air; larut pada 1: 6


bagian eter. (HOPE 6th 2009 hal. 592)
Stabilitas

Stabil saat dicampur dengan etanol 95%,


gliserin, higroskopis, terlindung dari cahaya.
(HOPE 6th 2009 hal. 592)

Inkompabi
litas

Tidak kompatibel dengan reagen oksidasi


seperti kalium permanganat. (HOPE 6th 2009
hal. 593)

Keteranga
n lain

Kegunaan:

Pengawet

anti

mikroba,

desinfektan, ko-solven. (HOPE 6th 2009 hal.


592)

Penyimpa
nan

Stabil

dalam

dingin

dan

wadah
bila

tertutup,

di

tempat

terbuka,

cenderung

teroksidasi. (HOPE 6th 2009 hal. 593)


Kadar
pengguna
an

10-25% sebagai kosolven pada sediaan oral.


(HOPE 6th 2009 hal. 592)

ANALIS ZAT TAMBAHAN


Zat

Butil Hidroksi Toluen

Kelarutan

Praktis

tidak

larut

dalam

air,

gliserin,

propilenglikol, solusi hidroksida alkali, dan asam


mineral

berair.

Bebas

larut

dalam

aseton,

benzena, etanol (95%), eter, methanol, toluene,


minyak tetap, dan minyak mineral. Lebih larut
dari butylated hydroxyanisole dalam minyak
Stabilitas

dan lemak makanan. (HOPE 6th 2009, hal. 75)


Paparan cahaya, kelembaban, dan panas
menyebabkan perubahan warna dan hilangnya

aktivitas. (HOPE 6th 2009, hal. 76)


Inkompabili Butylated hydroxytoluene adalah fenolik dan
tas
mengalami reaksi karakteristik fenol. Hal ini
tidak kompatibel dengan oksidator kuat seperti
peroksida dan permanganates. Kontak dengan
agen oksidasi dapat menyebabkan pembakaran
spontan. Garam besi menyebabkan perubahan
warna dengan hilangnya aktivitas. Pemanasan
dengan jumlah katalitik asam menyebabkan
dekomposisi

yang

cepat

dengan

rilis

dari

isobutene gas yang mudah terbakar. (HOPE 6 th


2009, hal. 76)
th

ANALISIS ZAT TAMBAHAN


Zat

Sirupus simplex

Kelarutan

Kelarutan dalam air 1 : 0,2 pada suhu 100 0C,


1 : 400 dalam etanol pada suhu 20 0C, 1 : 170
dalam etanol 95% pada suhu 200C, 1 : 400
dalam propan-2-ol, tidak larut dalam

Stabilitas

kloroform. (HOPE 6th 2009 hal. 703)


Stabilitas baik pada suhu kamar dan pada
kelembaban yang rendah. Sukrosa akan
menyerap 1% kelembaban yang akan
melepaskan panas pada 90oC. Sukrosa akan
menjadi karamel pada suhu di atas 160oC.
Sukrosa yang encer dapat terdekomposisi
dengan keberadaan mikroba. (HOPE 6th 2009

Inkompabili

hal. 703)
Bubuk sukrosa dapat terkontaminasi dengan

tas

adanya logam berat yang akan berpengaruh


terhadap zat aktif seperti asam askorbat.
Sukrosa dapat terkontaminasi sulfit dari hasil
penyulingan. Dengan jumlah sulfit yang
tinggi, dapat terjadi perubahan warna pada
tablet yang tersalut gula. Selain itu, sukrosa
dapat bereaksi dengan tutup aluminium.
th

ANALISIS ZAT TAMBAHAN


Pemeria

Cair, berwarna hijau muda, aroma melon,

rasa manis.

Kelaruta
n

Larut dalam air.

Kegunaa
n

Flavouring agent dan Pewarna.

ANALISIS SEDIAAN
Alasan dibuat emulsi :
Untuk dipergunakan sebagai obat dalam atau per oral.
Umumnya emulsi tipe O/W.
Mendapat sediaan yang stabil.
Memperlambat efek obat karena ukuran sangat kecil.
Menutup rasa minyak.
Memperbaiki penampilan karena merupakan campuran
yang homogen

FORMULASI
No.

Nama Bahan

Jumlah

Kegunaan

1.

Paraffin Liquid

30%

Zat aktif

2.

PGA
Aqua corpus emulsi

= paraffin
liq.
= ..

Emulgator
Aqua corpus emulsi

3.

Metilparaben

0,08%

Pengawet, anti mikroba

4.

Propilparaben

0,05%

Pengawet, anti mikroba

5.

Gliserin

10%

Anticaplocking agent

6.

Propilenglikol

10%

Pengental

7.

BHT

0.75%

Antioksidan

8.

Sirupus simpleks

22,5%

Pemanis

9.

Aquadest

Ad 120 ml

Pelarut

10.

Pasta melon

10 ml

Perasa, pewarna dan


pengaroma

PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN


1. Paraffin liquidum

= 36 gram

2. PGA

= 18 gram

3. Aqua untuk corpus emulsi

= x . gram = 18 gram

4. Gliserin

= 12 gram

5. Propilenglikol

= 12 gram

6. Methylparaben

= 0,096 gram

7. Prophylparaben

= 0,06 gram

8. Sirupus simpleks

= 27 gram

9. BHT

=0,9 gram

Aquadest

= 56,52 ml

CARA PEMBUATAN

Berdasarkan Metode Kontinental / Kering :


Pembuatan fase luar

Dilarutkan Methylparaben dan Prophylparaben ke dalam Propilenglikol seberat 1 ml, aduk sampai larut, kemudian
campurkan kedua zat tersebut kedalam beaker glass utama, aduk sampai homogen.
Lalu ditambahkan Sirupus Simpleks sebanyak 112,5 gram kedalam beaker glass utama, aduk hingga homogen.
Ditambahkan Gliserin sebanyak 63 gram kedalam beaker glass utama, diaduk hingga homogen.
Pembuatan fase dalam
Dilarutkan Butil Hidroksi Toluen sebanyak dengan Propylengglikol di dalam beaker glass, aduk sampai larut.
(Campuran 1)
Dimasukkan PGA kedalam Paraffin Liquid dalam mortar gerus homogen, tambahkan aqua untuk corpus emulsi gerus
homogen ad terbentuk corpus emulsi. (Campuran 2)
Dimasukkan campuran 1 dan campuran 2 kedalam beaker glass utama, kemudian aduk hingga homogen.
(Campuran 3)
Pembuatan Emulsi Paraffin Liquid 30%
Dimasukkan fase dalam kedalam fase luar yang ada di beaker glass utama. Diaduk hingga homogen.
Kemudian ditambahkan sisa Aquadest sebanyak 56,52 ml. Diaduk homogen.
Ditambahkan pasta melon sebanyak 10 tetes kedalam beaker glass utama. Diaduk hingga homogen.
Dimasukkan emulsi ke dalam botol coklat yang telah ditara sebanyak 60 ml, tutup rapat.
Diberi etiket dan kemas.

EVALUASI
1.

Uji Organoleptik

2.

Uji Ph

3.

Uji Viskositas

4.

bj

5.
Homogenitas

DOKUMENTASI EVALUASI
1. Evaluasi sebelum uji suhu

DOKUMENTASI EVALUASI
2. evaluasi sesudah uji suhu

PERMASALAHAN FARMASETIKA

Permasalahan

Penyelesaian

o.
Maka perlu ditambahkan emulgator setengah
1

Zat aktif merupakan minyak mineral dan akan dibuat

berat paraffin liq. untuk menyatukan/

sediaan cair, sediaan harus stabil.

menurunkan tegangan permukaan antara air

dan minyak mineral yaitu PGA


Dibuat sediaan cair yang ditujukan untuk dewasa dan lansia, Maka perlu ditambahkan pemanis yaitu sirupus
sediaan dibuat manis.

simplex sebanyak 22,5%.

Maka ditambahkan pengawet campuran antara

Sediaan dibuat untuk multiple dose dan pembawanya cair,

metilparaben (sebanyak 0,08%) dan

mka rentan terhadap pertumbuhan mikroorganisme.

propilparaben(sebanyak 0,02%).

Sediaan mengandung sejumlah pemanis dari gulasehingga

Maka perlu ditambahkan anticaplocking agent

dapat menyebabkan pengkristalan pada leher botol.

yaitu gliserin sebanyak 10%.

Sediaan harus menarik

Maka ditambahkan perasa melon.


Maka ditambahkan antioksidan BHT sebanyak

Sediaan mudah terurai dan tidak tahan cahaya.

0.001% serta dikemas dengan botol berwarna

coklat.
7.

Karena zat aktif bersifat minyak dan dibuat di fase


dalam karena harus terlindung dari cahaya.

Maka suspense dibuat tipe o/w.

PEMBAHASAN

Evaluasi organoleptik

Dalam evaluasi ini dilakukan uji warna, rasa, dan bau dan sediaan kami menunjukan
hasil uji yang sesuai dg keinginan.
Evaluasi viskositas
Sediaan kami merupakan emulsi yang bersifat o/w sehingga viskositasnya relative
rendah karena memang dimaksud kan agar mudah dituang dan stabil.
Evaluasi pH
Penetapan pH yang diuji ini, dilakukan agar mengetahui nilai pH pada masing-masing
botol larutan emulsi. Dengan syarat nilai pH harus sama pada masing-masing botol
yang diuji sehingga pH merata dan sama dan juga dapat mempertahankan
keseragamannya. Menurut standar,pada sediaan emulsi ph yang baik adalah 5-7
penetapan pH dengan menggunakan pH meter. Dari hasil uji sebelum dan sesudah uji
suhu ph sediaan relative stabil menunjukan angka 5.
Bj
Menurut standar SNI thn 2006 untuk BJ sediaan emulsi sediaan oral dengan range 12cm, untuk sebelum dan sesudah pengujian suhu sediaan BJ sediaan kai termasuk
dalam standar hanya ada perubahan sedikit itu dikarenakan pengaruh suhu uji,
semakin tinggi suhu maka BJ semakin berkurang.
Homogenitas
Sediaan kami menunjukan kehomogenitasan yang stabil ini menunjukan emulsi
mengandung zat yang terdispersi rata.

KESIMPULAN
Formulasi yang kita buat menunjukan hasil yang baik
dengan beberapa hasil uji yang termasuk dalam range
dan standar. Sehingga diyakini sediaan kami dapat
memberikan efek terapi jika digunakan sesuai dosis.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III.


Jakarta : Departemen Kesehatan Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.
Jakarta : Departemen Kesehatan Indonesia
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Departemen Kesehatan, 2009. British Pharmacope ed 1 & II. London: Departemen
Kesehatan
Rowe, Raymond,. 2009. Hand Book Of Pharmaceutical Excipients 6th. London:
Pharmaceutical Press
Lasy, C. F,. L. L. Amstrong, M. P. Goldman, L. L. Lance. 2004. Drug Informations
Hand Book 12th Edition. Ohio: Lexi Comp
C, Sean,. 2009. Martindale The Extra Pharmacopeia. London: Pharmaceutical
Press
Wiryatini, N.M., 2010, jurnal awal formulasi sediaan non steril sediaan sirup
kering amoxicillin I-MOX, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Udayana
Anonim, 2007. United States Pharmacopeia-National Formularyn(USP 30NF25). Amerika: The United State Pharmacopiea
http://raisyarani.blogspot.co.id/2013/04/laporan-semsol.html

Anda mungkin juga menyukai