Anda di halaman 1dari 43

SYOK

&
OBAT EMERGENCY
Drg. RIZAL RIVANDI, SpBM,MM,MARS
RIWAYAT HIDUP
Nama : Drg.Rizal Rivandi, SpBM,MM,MARS
Tempat dan Tanggal Lahir : Surabaya, 18 Februari 1961
Alamat : Jl.Sebret No.8A Jati Padang
Pasar Minggu,Jakarta Selatan
Pekerjaan/Jabatan : SMF Bedah Mulut RSPAD GS
: Manajer Pemasaran RSPAD GS
Spesialis Bedah Mulut RSPP
Spesialis Bedah Mulut RSHC
: Pimpinan RITZ KLINIK GIGI SYARIAH
(Ritz Klinik Gigi Bintaro,Pasar Minggu,
Joglo dan Warung Buncit)
: Penggagas Jakarta Boutique Dental
Hospital (JBDH)
: Ketua Pembangunan Masjid RSPAD
Ketua Yayasan Masjid Ibadur Rahman
: Ketua RW 07
Pendidikan Umum : FKG UNPAD (1987)
: Magister Management ISM (2002)
ATLS (2001)
: Spes. Bedah Mulut FKG UI (2004)
MARS URINDO (2009)
PROGRAM DOKTOR UNJ
JAKARTA BOUTIQUE DENTAL HOSPITAL
ONE STOP DENTAL HEALTH & AESTHETIC PRIME SERVICE

JAKARTA BOUTIQUE DENTAL HOSPITAL

ONE STOP SHOPING FOR DENTAL TREATMENT


www.jakartaboutiquedentalhospital.com
Sebagai ketidak normalan
dari sistem peredaran darah
yang mengakibatkan perfusi
organ dan oksigenasi
jaringan yang tidak adekuat
Langkah kedua dalam
pengelolaan awal terhadap syok
adalah mencari penyebab syok,
yang untuk penderita trauma
berhubungan dengan mekanisme
cedera.
Kebanyakan penderita
trauma akan
mengalami syok
Hipovolemik,
kardiogenik, neurogenik
dan bahkan kadang-
kadang syok septik.
Pendarahan merupakan
penyebab syok yang
paling sering di temukan
pada penderita trauma
Kalau hanya mengandalkan
tekanan darah sistolik sebagai
tanda syok, maka akan timbul
keterlambatan dalam
mengetahui status syok.
Mekanisma kompensasi dapat
mencegah penurunan tekanan
darah sistolik walaupun sudah
sampai 30% dari volume darah
penderita yang hilang
Penderita dinyatakan takikardia
bila detak jantung lebih dari 160
pada bayi, 140 pada anak usia
sebelum sekolah, 120 pada anak
usia sekolah sampai masa
pubertas dan 100 pada orang
dewasa
- Pada fase awal, maka penentuan etiologi
syok tergantung pada anamnesis yang
tepat dan pemeriksaan jasmani yang teliti.

- Tes tambahan: tekanan vena sentral


(central venous pressure),pemasangan
kateter, di arteri pulmonalis, foto toraks dan
pelvis dan ultrasonografi dapat membantu
diagnosis syok, namun tidak boleh
mengakibatkan tertundanya penggantian
volume
DEFINISI PERDARAHAN

Adalah penyebab syok yang paling


sering terjadi pada penderita
trauma, kehilangan akut volume
peredaran darah
Walau dapat bervariasi, volume
darah orang dewasa normal adalah
kira-kira 7% dari berat badan
Perdarahan Kelas I
Mis: seseorang yang
menyumbang satu unit darah
Perdarahan Kelas II
Perdarahan tanpa komplikasi,
namun resusitasi cairan
kristaloid diperlukan
Perdarahan Kelas III
Keadaan perdarahan dengan komplikasi
dimana harus diberikan infus kristaloid dan
mungkin penggantian darah
Perdarahan Kelas IV
Harus dianggap sebagai kejadian
preterminal,dan kalau tidak di ambil
tindakan yang sangat agresif, penderita akan
meninggal dalam beberapa menit
Berbahaya menunggu sampai
tanda-tanda syok jelas, dan baru
setelah itu mulai pemulihan
volume dengan agresif.
Resusitasi cairan harus di mulai
bila tanda- tanda dan gejala
kehilangan darah nampak atau di
duga, bukan bila tekanan darah
menurun atau sudah tidak
terdeteksi
Diagnosis dan terapi syok harus
dilakukan secara simultan. Untuk
hampir semua penderita trauma,
penanganan dilakukan seolah-olah
penderita menderita syok
hipovelemi.

Prinsip pengelolaan dasar yang


harus dipegang ialah menghentikan
perdarahan dan mengganti
kehilangan volume.
Respon penderita terhadap terapi:

*Tanda-tanda vital
*Produksi urin
*Tingkat kesadaran
*Pemeriksaan penderita yang lebih rinci
akan menyusul bila keadaan penderita
mengizinkan.
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
KehilanganDarah( Sampai 750-1500 1500-2000 >2000
ml) 750
Kehilangan Darah Sampai 15%-30% 30%-40% >40%
(% Volume Darah) 15%
Denyut Nadi < 100 >100 >120 >140
Tekanan Darah Normal Normal Menurun Menurun
Tekanan Nadi Normal Menurun Menurun Menurun
Atau naik
Frekuensi 14-20 20-30 30-40 >35
Pernafasan
Produksi Urin >30 20-30 5-15 Tidak berarti
(ml/jam)
CNS/Status Mental Sedikit Agak Cemas,bingu Bingung, Lesu
Cemas cemas ng (Lethargic)
Penggantian Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan Kristaloid dan
Cairan darah darah
1 Untuk Laki-laki yang beratnya 70kg
(Hukum 3:1)
* Pulihnya tekanan darah ke normal, tekanan nadi
dan denyut nadi merupakan tanda positif yang
menandakan bahwa perfusi sedang kembali ke
normal

* Penggantian volume yang memadai seharusnya


menghasilkan keluaran urin sekitar 0.5 ml/kg/jam
pada orang dewasa, 1 ml/kg/jam pada anak-anak
dan 2 ml/kg/jam untuk bayi (dibawah umur 1
tahun)
Respon Cepat Respon Tanpa Respon
Sementara
Tanda Vital Kembali ke Perbaikan Tetap
normal sementara tensi abnormal
dan nadi kembali
turun
Dugaan Minimal (10%- Sedang,masih Berat (>40%)
Kehilangan 20%) ada
Darah (20%-40%)
Kebutuhan Sedikit Banyak Banyak
Kristaloid
Kebutuhan Sedikit Sedang- Banyak Segera
Darah
Persiapan Darah Type specific Type specific Emergensi
dan
1. Ringer Laktat 2000 crossmatch
cc pada dewasa,20cc/kgBB pada anak-anak
Operasi Mungkin Sangat mungkin Hampir pasti
Terapi inisial sebaiknya
menggunakan larutan
Ringer Laktat yang
dialirkan melalui dua
jalur intravena dengan
jarum infus berdiameter
besar
Pada pasien muda dan sehat,
awal syok terlihat berupa suatu
kegelisahan dan kekhawatiran
akibat pelepasan katekolamin.
Tanda klasik syok hipovolemia
belum tampak sampai
kehilangan 30%volume darah.
Komposisi Cairan Parenteral (Kadar Elektrolit, meq/L)

Kation Anion Osmolalitas


Larutan Na K Ca Mg Cl HC , mO
O3
Cairan ekstraselular 142 4 5 3 103 27 280-310
Ringer laktat 130 4 3 109 28* 273
Natrium klorida 0,9% 154 154 308
Natrium klorida D5 45% 77 77 407
D5W - 253
M/6 natrium laktat 167 167* 334
Natrium dalam
*Tersedia chlorida 3% laktat yang
larutan 513 dikonversi menjadi bikarbonat
513 1026
ANAPHYLACTIC SHOCK
Definisi
Kumpulan gejala yang segera timbul setelah pasien terpajan oleh
alergen atau faktor pencetus nonalergen. Reaksi tersebut merupakan
reaksi sistemik yang melibatkan beberapa organ sehingga merupakan
keadaan darurat yang potensial dapat mengancam jiwa.

Kriteria Diagnosis
Hipotensi, takikardia, vasokonstriksi perifer (akral dingin, keringat dingin)
oliguria.

Diagnosis Banding
Syok kardiogenik, syok hipovolemik

Pemeriksaan Penunjang
* Lab: darah dan urin
* EKG
* Analisis gas darah.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada dasarnya ditujukan untuk mengembalikan
sirkulasi yang adekuat dan memberikan ventilasi yang baik. Dapat
dibagi dalam 2 kategori utama, yaitu: terapi segera dan terapi suportif
yang harus ditambah dengan penyelidikan penatalaksanaan tindak
lanjut dan bila memungkinkan dilakukan tindakan pencegahan.

Tindakan Segera
1. Hentikan prosedur seperti memberi media kontras.
2. Pasang torniket, misalnya sesudah sengatan tawon.
3. Letakkan pasien terlentang pada dasar keras, horisontal dengan
kakiditinggikan 30-40 derajat. Posisi Trendelenburg tidak dianjurkan.
Bila pasien tidak sadar, lakukan gerakan Triple airway maneuver
(ekstensi kepala, dorong mandibula ke depan, buka mulut). Bila
pasien mengalami henti napas (apnea), segera lakukan 2 kali
ventilasi buatan, kalau mungkin dengan O2 murni (100%).
4. Bila pasien tidak mengalami henti jantung, terapi farmakologis
anafilaksis hendaknya dimulai dengan adrenalin sedini mungkin.
Reaksi yang hebat memerlukan suntikan IV 3-5 ml larutan 1:1000
sebanyak 0,3-0,5 mg untuk dewasa dan 0,01 mg/KgBB untuk anak-
anak.
5. Bila tidak ada respon terhadap terapi diatas, berikan adrenalin atau
noradrenalin (1 mg/ml diencerkan 10 kali untuk dewasa dan
diberikan pelan-pelan). Hendaknya disediakan defibrilator.
6. Intubasi trakeal/krikotirotomi/trakeostomi.
7. Lakukan resusutasi jantung-paru (RJP).
8. Beri adrnalin intrakardiak terutama bila terlihat jelas bendungan
vena.
9. Pertimbangkan kompresi jantung terbuka sebagai upaya terakhir.

Terapi suportif
1. Upayakan kembali menyeimbangkan cairan dan elektrolit. Koreksi
hipovolemia segera merupakan sasaran penting dalam terapi syok
anafilaksis. Terapi cairan meninggikan tekanan arterial dan curah
jantung dengan melawan asidosis laktat. Meskipun peninggian
mendadak pada permeabilitas vaskuler sering hanya berlaku
sebentar, pasien tetap hipovolemik dan sangat membutuhkan
cairan. Kehilangan plasma sebaiknya diganti dengan titrasi
pengganti plasma dalam jumlah yang sama, yaitu dengan cairan
koloid seperti albumin serum manusia 5% atau kanji hidroksietil 6%.
2. Teruskan pemberian O2 terutama bila pasien sianosis.

3. Beri kortikosteroid IV. Misal: hidroksikortison 100-200 mg (ekuivalen)


untuk dewasa rata-rata.

4. Beri antihistamin IV. Misal: prometazin 0,2 mg/KgBB. Antihistamin yang


menghambat efek perifer histamin melalui inhibisi kompetitif
reseptorhistamin dan kortikosteroid yang dapat meningkatkan reaksi
jaringan terhadap agonis beta dan menghambat sintesis histamin,
merupakan terapi sekunder yang tidak mempunyai peranan dalam
penatalaksanaan keadaan yang mengancam nyawa akut.

5. Hindari sedatif, narkotika, transquilizer dan obat hipotensi lainnya.


6. Pasien diobservasi minimal 4 jamsesudah anafilaksis.

7. Dua puluh empat jam berikutnya hindari vasodilator seperti alkohol,


panas (mandi air panas) dan sebagainya.

8. Pada paru edema membran jarang terjadi dan hendaknya diberi


terapi dengan ventilasi kendali tekanan positif (IPPV), tekanan akhir
ekspirasi positif (PEEP) dan pengisian volume.
Di rumah sakit terutama di ruangan khusus seperti UGD,
ICU, ICCU, OK seringkali kita memerlukan persediaan
obat-obatan emergency kepada pasien dengan
keadaan tertentu. mungkin masih ada sebagian diantara
kita yang belum mengetahui secara mendalam fungsi
dari obat-obatan tersebut

berikut ini adalah jenis-jenis obat yang digunakan untuk


resusitasi jantung paru dalam keadaan emergency yang
sering digunakan di lingkungan rumah sakit.
Bekerja di reseptor alfa adrenergic (diperlukan saat henti sirkulasi untuk
penyediaan cadangan oksigen otot jantung) dan reseptor beta adrenergic
(diperlukan saat mulai ada kontraksi jantung spontan)

Efek : Vasokontriksi (menciptakan diastolic > tinggi) terutama


vasokontriksi perifer, merangsang kontraksi jantung dengan
meningkatkan HR, memperbaiki tekanan perfusi koroner
Indikasi : Pada asystole, fibrilasi ventrikel, PEA
(Pulseless ElectricalActivity) dan EMD (Electro Mechanical
Dissociation)
Efek : Menekan aktivitas ektopik ventrikel dengan menekan /
menurunkan eksitabilitas otot jantung dan sistem konduksi
jantung
Indikasi : untuk mengurangi gangguan irama antara lain VF/VT
(ventrikel fibrilasi/ventrikel takikardi), PVC yang multipel,
multifokal, salvo R on T
Efek : menekan aktivitas ektopik ventrikel dengan menekan /
menurunkan eksitabilitas otot jantung dan sistem konduksi
jantung
Indikasi : Albuterol atau yang dikenal juga dengan salbutamol
digunakan untuk mencegah dan mengatasi bersin, hidung
meler, dan nafas pendek yang diakibatkan oleh gangguan
pernafasan seperti asma dan gangguan pernafasan kronik.
Efek Samping : - Gugup, Tremor (gemetar)
- Iritasi mulut dan tenggorokan
- Mulut dan tenggorokan terasa kering
- Batuk
- Pusing
- Susah tidur
- Mual dan muntah
- Jantung berdebar
Kontraindikasi : Perdarahan aktif, Ulkus gastrointestinal aktif, hati-hati pada
asma
Efek Samping : Dispepsia
Kontraindikasi : Kegagalan Kardiorespirasi Sistem saraf pusat(SSP) Depresi,
Efek Samping : Resiko : Mengantuk, kebingungan, pernapasan, depresi
Kontraindikasi : Pernapasan atau Depresi SSP
Efek Samping : Sedasi, Mual Muntah
Indikasi : Tendensi pendarahan disebabkan menurunnya resistensi
kapiler dan meningkatnya permeabilitas kapiler,
pendarahan di kulit, mukosa dan membran & membran
internal, nefrotik hemmorrhage & metrorrhagia, pendarahan
abnormal selama/paska operasi akibat penurunan resistensi
kapiler.

Efek Samping : Nafsu makan hilang dan perasaan tidak enak pada perut,
reaksi hipersensitifitas.
Indikasi : Perdarahan yang abnornal & gejala-gejalanya pada penyakit
perdarahan.
Dahak yang berdarah & batuk darah pada tuberkulosa paru, perdarahan
ginjal, perdarahan alat kelamin, perdarahan pada prostatomegali,
perdarahan abnormal selama operasi, eritema (kemerahan kulit karena
pelebaran pembuluh-pembuluh darah), bengkak dan gatal-gatal pada
eksim dan gejala-gejala yang serupa, urtikaria (biduran/kaligata),
toksikoderma, dan erupsi kering.
Faringodinia, panas setempat, bengkak, hiperemia (kelebihan darah)
pada tonsilitis, faringitis, dan laringitis, stomatodinia dan sariawan mukosa
bukal (antara gusi dan pipi) pada radang rongga mulut.

Efek Samping : Gangguan Saluran Pencernaan.

Anda mungkin juga menyukai