0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
86 tayangan15 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang obat antiinfeksi lokal. Secara singkat, obat antiinfeksi digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan parasit. Obat antiinfeksi lokal seperti antiseptik dan desinfektan bekerja dengan merusak sel patogen melalui koagulasi atau denaturasi protein.
Dokumen tersebut membahas tentang obat antiinfeksi lokal. Secara singkat, obat antiinfeksi digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan parasit. Obat antiinfeksi lokal seperti antiseptik dan desinfektan bekerja dengan merusak sel patogen melalui koagulasi atau denaturasi protein.
Dokumen tersebut membahas tentang obat antiinfeksi lokal. Secara singkat, obat antiinfeksi digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan parasit. Obat antiinfeksi lokal seperti antiseptik dan desinfektan bekerja dengan merusak sel patogen melalui koagulasi atau denaturasi protein.
Obat antiinfeksi adalah senyawa yang digunakan untuk
pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan oleh spesies tertentu dari golongan serangga, metazoa, protozoa, jamur, bakteri, riketsia atau virus.
Berdasarkan kegunaannya obat antiinfeksi dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu ektoparasitisida, obat antiinfeksi setempat ( antiseptika dan desinfektan), anthelmintik, obat antimikobakteri ( antituberkulosis dan antilepra), antiseptik saluran seni, obat antijamur, obat antivirus dan obat antiprotozoa ( antiamuba, antileismania, antirikomonas, antitripanosoma dan antimalaria) Antiseptika dan desinfektan dapat merusak sel dengan cara koagulasi atau denaturasi protein protoplasma sel, atau menyebabkan sel mengalami lisis, yaitu dengan mengubah struktur membran sel sehingga menyebabkan kebocoran isi sel mikroorganisme.
Turunan fenol dan senyawa amonium kuarterner bekerja sebagai
antiseptik dan desinfektan dengan cara denaturasi dan koagulasi protein sel bakteri . Mekanisme Kerja 1. Denaturasi Protein
Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses
adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis.
Senyawa amonium kuarterner, merupakan kation aktif yang
dapat berinteraksi dengan gugus anion sel bakteri membentuk kompleks yang stabil, sehingga terjadi kekacauan membran sel, denaturasi protein dan penghambatan enzim. Pada kadar optimal senyawa menyebabkan sel mengalami lisis. Pada kadar yang tinggi senyawa tidak menyebabkan lisis tetapi terjadi denaturasi protein enzim bakteri. 2. Mengubah permeabilitas membran sel bakteri
Ini adalah model kerja turunan amin dan guanidin, turunan
fenol dan senyawa amonium kuarterner. Dengan mengubah permeabilitas membran sel bakteri, senyawa-senyawa diatas menimbulkan kebocoran konstituen sel yang esensial sehingga bakteri mengalami kematian. 3. Pembentukan Kelat
Beberapa turunan fenol, seperti heksaklorofen dan
oksikuinolin, dapat membentuk kelat dengan ion Fe dan Cu, kemudian bentuk kelat tersebut masuk ke dalm sel bakteri. Kadar yang tinggi dari ion-ion logam didalam sel menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim sehingga mikroorganisme mengalami kematian. Hubungan Struktur dan Aktivitas Senyawa Fenol Peningkatan sifat lipofil turunan fenol akan meningkatkan aktivitas antiseptiknya. Pemasukan gugus halogen, seperti klorin dan bromin, yang tersubstitusi pada cincin akan meningkatkan aktivitas antiseptik. Aktivitas ini lebih meningkat bila jumlah halogen yang dimasukkan bertambah. Pemasukkan gugus nitro dapat meningkatkan aktivitas antiseptik sampai derajat moderat Pemasukkan gugus asam karboksilat dan asam sulfonat menurunkan aktivitas antiseptik Pemasukkan gugus alkil kedalam struktur fenol, akan meningkatkan aktivitas antibakteri dan menurunkan toksisitas. Rantai n-alkil lebih efektif dibanding rantai isoalkil primer lebih efektif dibanding rantai alkil sekunder dan rantai alkil sekunder lebih efektif dibanding rantai alkil tersier. Pemasukkan gugus alkoksi meningkatkan aktivitas antiseptik OH OH OH CH3
setrimid, setilpiridium klorida, dequalinium klorida, domifen bromida dan benzoksonium klorida. Benzalkonium klorida CnH2n + 1-N+ (CH3)2- CH2 C6H5.Cl- (Zephiran klorida) merupakan campuran beberapa turunan amonium kuarterner, dengan n= 8-16 Setilpiridinium klorida, 1-heksadesilpiridium klorida; mengandung N-kuarterner pada cincin heterosiklik. Rantai samping setil menunjukkan aktivitas yang maksimal dibanding turunan alkil yang lain. Tidak adanya gugus benzil dapat mengurangi toksisitas senyawa.