KASUS:
PERIKONDRITIS
ANDIKA SATYA PUTRA 15710
ISMAIL IHSAN 16008
Keluhan Utama:
Pasien mengeluhkan telinga
bengkak sejak 3 minggu sebelum
masuk rumah sakit
ANAMNESIS
Resume Anamnesis
▪ Trauma pada daun telinga (+)
▪ Otalgia (+)
▪ Tanda-tanda inflamasi (+) (Kalor (Panas), Dolor (Nyeri), Rubor
(Kemerahan), Tumor (+))
▪ Penurunan pendengaran (-)
▪ Durasi inflamasi sekitar 2 minggu
STATUS LEGALIS (PEMERIKSAAN)
Tanda-tanda Vital
▪ Keadaan Umum : Baik, sadar
penuh (compos mentis) ▪ Laju Respirasi : 16 x/ menit,
nafas thoracoabominal
▪ Tekanan darah : 120/80 mmHg
dengan pengukuran posisi ▪ Suhu : 37,2 derajat celcius
supinasi (termometer axial)
▪ Denyut nadi : 84 x/ menit, isi
cukup, kuat angkat cukup
STATUS LEGALIS (PEMERIKSAAN)
Pemeriksaan Fisik:
▪ Kepala :
▪ Persebaran rambut baik
▪ Conjungtiva anemis (-/-)
▪ Sclera ikterik (-/-)
▪ Ditemukan adanya pembengkakan pada auricula
dextra (helix & antihelix)
▪ Nyeri tekan (+), terdapat fluktuasi cairan pada
pembengkakan, vulnus (-), cairan keluar (-), hidung dan
mulut dalam batas normal
PEMERIKSAAN FISIK
Hematoma
D S
D S D S
PEMERIKSAAN FISIK
Diagnosis :
Perikondritis akut pada Auris Dextra dd.
Hematoma pada Auris Dextra
TERAPI
Terapi:
Pro insisi perikondritis
PROGNOSIS
Prognosis:
▪ Ad vitam : Bonam
▪ Ad fungsionam : Dubia
▪ Ad sanguinam : Dubia ad malam
REFLEKSI
KASUS
ANATOMI
Telinga:
▪ Telinga secara anatomis dibagi telinga luar, telinga tengah,
dan telinga dalam
▪ Secara garis besar, telinga luar dibagi menjadi auricula
(pinna), canalis auditorius eksternus, dan membran timpani.
▪ Telinga tengah dibagi menjadi cavum timpani, tulang-tulang
auditori (maleus, incus, stapes), dan tuba eustachius.
▪ Telinga dalam dibagi menjadi cochlea dan canalis
semisirkularis.
ANATOMI
Auricula/ Pinna:
▪ Terdiri dari kartilago elastic
berbentuk pipih ireguler yang
ditutupi kulit yang tipis.
▪ Memiliki beberapa depresi dan
elevasi.
ANATOMI
Penyebab:
▪ Trauma tumpul dengan
hematoma subsekuen dan
infeksi sekunder.
▪ Trauma yang berpenetrasi pada
struktur tulang rawan auricula
▪ Tindik
▪ Tindakan manipulatif lainnya
seperti akupuntur
PERIKONDRITIS
Agen mikrobial:
▪ Pseudomonas aeruginosa, yang
diyakini memiliki afinitas khusus
pada kartilago yang mengalami
trauma
▪ Staphylococcus aureus
▪ Escherichia coli.
PERIKONDRITIS
▪ Penggunaan cephalosporin
generasi ke-3 sering dijumpai
karena memiliki spektrum yang
lebih luas sebagai terapi empiris.
▪ Membahayakan keselamatan
pasien karena akan
mempercepat resistensi pasien
terhadap antibiotik golongan
cephalosporin terutama jika
terjadi infeksi yang disebabkan
oleh pathogen yang serupa
(Pseudomonas aeruginosa)
REFLEKSI KASUS:
PEMILIHAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PERICHONDRITIS
Pseudomonas aeruginosa
▪ Memiliki kemampuan mencapai
resistensi yang cukup cepat
▪ Berkontribusi terhadap terjadinya
pneumonia nosokomial.
▪ Penggunaan kombinasi
antibiotik anti-pseudomonas
selain cephalosporin lebih
disarankan
REFERENSI
MOHON ASUPAN