(patient safety)
• Hasil pengobatan yang tidak memuaskan itu dapat terjadi karena resiko
penyakit atau resiko tindakan pengobatan dan tidak selalu
karena kelalaian dokter atau rumah sakit.
• Tahap akhir
– Sembuh – Pasien meninggal Persepsi keluarga
– Meninggal (walau SALAH PENGOBATAN
pengobatan benar) (MALPRAKTEK)
Permasalahan
• Saat ini Indonesia telah krisis malpraktek, dengan dampak
yang berat baik bagi dokter, rumah sakit, namun juga bagi
masyarakat karena akan meningkatnya biaya pengobatan.
• Pasien (diwakili pengacara) cepat menuduh dokter
melakukan malpraktek dengan tuntutan ganti rugi yang tinggi,
hubungan dokter-pasien tidak lagi berdasar atas trust melainkan
cenderung sejak awal diliputi iklim saling curiga. Dokter
menerapkan defensive medicine, bahkan
mengasuransikan diri.
• Dampak krisis malpraktek, pertama tuntutan malpraktek
meningkat sehingga dokter takut salah, kemudian dokter
menjaga diri dengan mengadakan pemeriksaan yang “lengkap”
dan pengobatan/tindakan yang “canggih” sehingga akhirnya
biaya pelayanan kesehatan menjadi meningkat.
Kasus 1: Amputasi di Jawa Timur
• Bagaimana Puskesmas anda
membuktikan bahwa:
– Telah menyusun prosedur
baku untuk sebuah
tindakan
– Telah memastikan bahwa
prosedur baku tersebut
sesuai dengan bukti
terkini?
– Telah memastikan bahwa
prosedur baku tersebut
telah dilaksanakan setiap
saat
tjahjono-hanevi file
Kasus 2: Polio Liar di Jawa Barat
• Bagaimana Puskesmas anda
membuktikan bahwa:
– Telah menyimpanan dan
mengirim vaksin dengan
baik
– Telah mengumpulkan
sasaran imunisasi dengan
baik
– Telah menyuntikan vaksin
dengan baik
– Telah menjelaskan tentang
efek samping dengan baik
– Mengurangi angka drop out
pemberian vaksin
berikutnya
tjahjono-hanevi file
Kasus 3: Penggunaan AB di Puskesmas
untuk ISPA
tjahjono-hanevi file
Hasil studi ttg adverse event di berbagai
negara
• - New York (1991) : 3.7 %
• - Canada (2004) : 7.5 %
• - Colorado (1999) : 3.3 %
• - UK (2000) : 11 %
• - France (2004) : 8.9 %
• - Denmark (2001) :9%
• - N Zealand (2001) : 13 %
• - Australia (1994) : 13 %
• - Indonesia (1999) : 1,8 % – 88.9 %.
tjahjono-hanevi file
Terapi cairan:
-Flabot infus yang dicoblos dg jarum
-Spooling ketika infus macet
tjahjono-hanevi file
Safety dalam
penggunaan & pemeliharaan
peralatan ???
tjahjono-hanevi file
Pembuangan limbah
Di laboratorium
Safety
pelayanan
Kesalahan pemberian obat Instalasi penunjang
dan Pelayanan obat
yang benar
tjahjono-hanevi file
Risiko yang mungkin terjadi pada sarana
pelayanan kesehatan
(McCaffrey & Hagg-Rickert, Risk Management Handbook, pp 100-104, 2004)
tjahjono-hanevi file
Seberapa sering?
• Adverse event terjadi pada 16%
pendaftaran
– 14% mengakibatkan cacat tetap
– 5% mengakibatkan kematian
– 51% dapat dicegah
Australian study
Investigators reviewed the medical records of 14 179 admissions
to 28 hospitals in New South Wales and South Australia in
2009
tjahjono-hanevi file
Seberapa sering?
• Error terjadi antara 2% s/d 88%
Indonesian Study
Dilakuan oleh PMPK FK-UGM tahun 2009 di Jawa Tengah
terhadap 15 rumah-sakit dan 11 Puskesmas
tjahjono-hanevi file
Seberapa sering dibandingkan dg hal
membahayakan yang lain ?
tjahjono-hanevi file
Terminologi
Error:
• Adalah kesalahan yang mengakibatkan atau
berpotensi menyebabkan cedera kepada
pasien karena kesalahan proses yang dapat
dicegah
tjahjono-hanevi file
Terminologi
Adverse event:
• Atau KTD (Kejadian Tak Diharapkan) adalah
kejadian yang mengakibatkan cedera yang
tidak diharapkan karena tindakan
(commission) atau karena tidak melakukan
tindakan (ommission) ketimbang karena
“underlaying disease”/kondisi pasien
tjahjono-hanevi file
Error
Process of Care (Dapat dicegah) Karena:
(Tdk dpt dicegah) Efek tidak timbul (Chance)
Dibatalkan (Prevention)
Diberi antinya (Mitigation)
tjahjono-hanevi file
Mengapa terjadi ?
Adverse event
Dissatisfaction
tjahjono-hanevi file
Whom do you care?
tjahjono-hanevi file
Faktor manusia
Active failures
a.
• Suatu tindakan yang dapat membahayakan pasien,
atau setiap bentuk tindakan medik yang langsung
berisiko untuk terjadinya efek samping:
• action slips (keliru melakukan sesuatu misalnya akibat
kelelahan bukan karena memori, misal mengambil
syringe injeksi yang salah)
• lapses/cognitive failures (lupa atau keliru membaca
hasil)
• violations (tindakan menyimpang dari prosedur
standard Berbeda dengan error, violations ini lebih
berkaitan dengan motivasi, moralitas, atau contoh yang
buruk dari staf senior)
tjahjono-hanevi file
Faktor sistem
b. Latent failure
• Kesalahan terjadi akibat sistem yang keliru, atau tidak
langsung diakibatkan oleh petugas yang
bersangkutan.
• Bisa terjadi akibat beban kerja yang tinggi,
terbatasnya pengetahuan dan pengalaman,
lingkungan yang tidak nyaman (stressful), sistem
komunikasi yang tidak berjalan, dan pemeliharaan alat
dan fasilitas secara tidak memadai.
tjahjono-hanevi file
Organisasi dan
manajemen
Lingkungan
pekerjaan
Individu Tim
Tugas
dan pelaksanaan
Karakteristik tugas
pasien
tjahjono-hanevi file
Keselamatan pasien di puskesmas
• Suatu sistem di puskesmas yang menjamin bahwa asuhan
pasien dilakukan dengan lebih aman (do no harm)
• Sistem tersebut meliputi:
– Kajian risiko
– Identifikasi dan pengelolaan hal-hal yang berhubungan dengan risiko
pasien
– Pelaporan dan analisis jika terjadi insiden atau accident
– Kemampuan belajar dari insiden/accident dan tindak lanjut serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
• Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan dalam melakukan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan
tjahjono-hanevi file
Tujuan adanya upaya keselamatan pasien
di puskesmas
• Terciptanya budaya keselamatan pasien di
puskesmas
• Meningkatnya akuntabilitas
• Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD)
• Terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
yang tidak diharapkan
tjahjono-hanevi file
TerimaKasih