Anda di halaman 1dari 32

Keselamatan pasien

(patient safety)

Ferry fadzlul SKM, MH.Kes


Latar Belakang
• Tuntutan atas dugaan malpraktek menjadi topik berita

• Berita malpraktek yang disiarkan dan ditulis tidak


selalu benar, terbentuk opini publik tiap hasil pengobatan yang tidak
memuaskan (cacat atau mati) disebabkan malpraktek

• Hasil pengobatan yang tidak memuaskan itu dapat terjadi karena resiko
penyakit atau resiko tindakan pengobatan dan tidak selalu
karena kelalaian dokter atau rumah sakit.

• Di sisi lain erosi pelaksanaan etika (baik oleh dokter maupun


rumah sakit) akan berpeluang menimbulkan hasil pengobatan yang tidak
memuaskan yang kemudian menimbulkan resiko untuk tuntutan malpraktek.
Kasus DHF
• Tahap awal
– Gejala belum jelas – Dokter mengira radang
– Panas tenggorok  Persepsi keluarga
 DOKTER SALAH
• Tahap berikut DIAGNOSIS
– Gejala jelas (a.l. – Diagnosis pasti DHF
trombositopenia)

• Tahap akhir
– Sembuh – Pasien meninggal  Persepsi keluarga
– Meninggal (walau  SALAH PENGOBATAN
pengobatan benar) (MALPRAKTEK)
Permasalahan
• Saat ini Indonesia telah krisis malpraktek, dengan dampak
yang berat baik bagi dokter, rumah sakit, namun juga bagi
masyarakat karena akan meningkatnya biaya pengobatan.
• Pasien (diwakili pengacara) cepat menuduh dokter
melakukan malpraktek dengan tuntutan ganti rugi yang tinggi,
hubungan dokter-pasien tidak lagi berdasar atas trust melainkan
cenderung sejak awal diliputi iklim saling curiga. Dokter
menerapkan defensive medicine, bahkan
mengasuransikan diri.
• Dampak krisis malpraktek, pertama tuntutan malpraktek
meningkat sehingga dokter takut salah, kemudian dokter
menjaga diri dengan mengadakan pemeriksaan yang “lengkap”
dan pengobatan/tindakan yang “canggih” sehingga akhirnya
biaya pelayanan kesehatan menjadi meningkat.
Kasus 1: Amputasi di Jawa Timur
• Bagaimana Puskesmas anda
membuktikan bahwa:
– Telah menyusun prosedur
baku untuk sebuah
tindakan
– Telah memastikan bahwa
prosedur baku tersebut
sesuai dengan bukti
terkini?
– Telah memastikan bahwa
prosedur baku tersebut
telah dilaksanakan setiap
saat

tjahjono-hanevi file
Kasus 2: Polio Liar di Jawa Barat
• Bagaimana Puskesmas anda
membuktikan bahwa:
– Telah menyimpanan dan
mengirim vaksin dengan
baik
– Telah mengumpulkan
sasaran imunisasi dengan
baik
– Telah menyuntikan vaksin
dengan baik
– Telah menjelaskan tentang
efek samping dengan baik
– Mengurangi angka drop out
pemberian vaksin
berikutnya

tjahjono-hanevi file
Kasus 3: Penggunaan AB di Puskesmas
untuk ISPA

tjahjono-hanevi file
Hasil studi ttg adverse event di berbagai
negara
• - New York (1991) : 3.7 %
• - Canada (2004) : 7.5 %
• - Colorado (1999) : 3.3 %
• - UK (2000) : 11 %
• - France (2004) : 8.9 %
• - Denmark (2001) :9%
• - N Zealand (2001) : 13 %
• - Australia (1994) : 13 %
• - Indonesia (1999) : 1,8 % – 88.9 %.

tjahjono-hanevi file
Terapi cairan:
-Flabot infus yang dicoblos dg jarum
-Spooling ketika infus macet

Safety dalam pemberian


Dosis dan monitoring treatment
Pada terapi oksigen &
medication ????
Pemberian obat yang
rasional tjahjono-hanevi file
Safety selama berada di
Sarana pelayanan kesehatan

Kondisi gedung yang dapat


menimbulkan cedera

tjahjono-hanevi file
Safety dalam
penggunaan & pemeliharaan
peralatan ???

Keselamatan lingkungan kerja

tjahjono-hanevi file
Pembuangan limbah
Di laboratorium

Safety
pelayanan
Kesalahan pemberian obat Instalasi penunjang
dan Pelayanan obat
yang benar
tjahjono-hanevi file
Risiko yang mungkin terjadi pada sarana
pelayanan kesehatan
(McCaffrey & Hagg-Rickert, Risk Management Handbook, pp 100-104, 2004)

• Patient care related risk


• Medical staff related risk
• Employee(karyawan) related risk
• Property related risk
• Financial risk
• Other risk (e.g: property & liability losses
related to operation of automobiles, trucks,
vans, ambulances)
tjahjono-hanevi file
Seberapa sering?
• 69% cedera di sarana pelayanan kesehatan
diakibatkan oleh errors

Harvard Medical Practice Study


Reviewed medical charts of 30.121 patients admitted to 51 acute
care hospitals in New York state in 2008

tjahjono-hanevi file
Seberapa sering?
• Adverse event terjadi pada 16%
pendaftaran
– 14% mengakibatkan cacat tetap
– 5% mengakibatkan kematian
– 51% dapat dicegah
Australian study
Investigators reviewed the medical records of 14 179 admissions
to 28 hospitals in New South Wales and South Australia in
2009

tjahjono-hanevi file
Seberapa sering?
• Error terjadi antara 2% s/d 88%

Indonesian Study
Dilakuan oleh PMPK FK-UGM tahun 2009 di Jawa Tengah
terhadap 15 rumah-sakit dan 11 Puskesmas

tjahjono-hanevi file
Seberapa sering dibandingkan dg hal
membahayakan yang lain ?

tjahjono-hanevi file
Terminologi
Error:
• Adalah kesalahan yang mengakibatkan atau
berpotensi menyebabkan cedera kepada
pasien karena kesalahan proses yang dapat
dicegah

tjahjono-hanevi file
Terminologi
Adverse event:
• Atau KTD (Kejadian Tak Diharapkan) adalah
kejadian yang mengakibatkan cedera yang
tidak diharapkan karena tindakan
(commission) atau karena tidak melakukan
tindakan (ommission) ketimbang karena
“underlaying disease”/kondisi pasien

tjahjono-hanevi file
Error
Process of Care (Dapat dicegah) Karena:
(Tdk dpt dicegah) Efek tidak timbul (Chance)
Dibatalkan (Prevention)
Diberi antinya (Mitigation)

Pasien Cedera Pasien Tidak Cedera

Adverse Event Near Miss

tjahjono-hanevi file
Mengapa terjadi ?
Adverse event
Dissatisfaction

You are taking care of your patients


but
You do not care your patients

tjahjono-hanevi file
Whom do you care?

Yourself Your patient

Kita lebih peduli terhadap diri Patient needs ?


Your needs
kita sendiri ketimbang pasien Patient expectations ?
Your expectations
Your value of money
Patienttjahjono-hanevi
value ? file
First do no harm = Patient Safety
Kenapa error terjadi?
• Setiap manusia memiliki
“Kita juga kemampuan untuk
manusia..punya rasa melakukan kesalahan
punya hati” • Kesehatan komplekls
dan tidak tentu
(uncertainty)
• Pelayanan kesehatan
belum berusaha kuat
agar pelayanannya
aman

tjahjono-hanevi file
Faktor manusia
Active failures
a.
• Suatu tindakan yang dapat membahayakan pasien,
atau setiap bentuk tindakan medik yang langsung
berisiko untuk terjadinya efek samping:
• action slips (keliru melakukan sesuatu misalnya akibat
kelelahan bukan karena memori, misal mengambil
syringe injeksi yang salah)
• lapses/cognitive failures (lupa atau keliru membaca
hasil)
• violations (tindakan menyimpang dari prosedur
standard Berbeda dengan error, violations ini lebih
berkaitan dengan motivasi, moralitas, atau contoh yang
buruk dari staf senior)

tjahjono-hanevi file
Faktor sistem
b. Latent failure
• Kesalahan terjadi akibat sistem yang keliru, atau tidak
langsung diakibatkan oleh petugas yang
bersangkutan.
• Bisa terjadi akibat beban kerja yang tinggi,
terbatasnya pengetahuan dan pengalaman,
lingkungan yang tidak nyaman (stressful), sistem
komunikasi yang tidak berjalan, dan pemeliharaan alat
dan fasilitas secara tidak memadai.

tjahjono-hanevi file
Organisasi dan
manajemen
Lingkungan
pekerjaan
Individu Tim
Tugas
dan pelaksanaan
Karakteristik tugas
pasien

tjahjono-hanevi file
Keselamatan pasien di puskesmas
• Suatu sistem di puskesmas yang menjamin bahwa asuhan
pasien dilakukan dengan lebih aman (do no harm)
• Sistem tersebut meliputi:
– Kajian risiko
– Identifikasi dan pengelolaan hal-hal yang berhubungan dengan risiko
pasien
– Pelaporan dan analisis jika terjadi insiden atau accident
– Kemampuan belajar dari insiden/accident dan tindak lanjut serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
• Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan dalam melakukan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan

tjahjono-hanevi file
Tujuan adanya upaya keselamatan pasien
di puskesmas
• Terciptanya budaya keselamatan pasien di
puskesmas
• Meningkatnya akuntabilitas
• Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD)
• Terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
yang tidak diharapkan

tjahjono-hanevi file
TerimaKasih

Anda mungkin juga menyukai