• Cedera kepala salah satu penyebab kematian utama dikalangan usia produktif .
• Mobilitas yang tinggi di kalangan usia produktif adalah penyebabnya.
• Sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih rendah
• Penanganan pertama yang belum benar dan rujukan yang terlambat. Dengan
kemajuan di bidang kedokteran penegakan diagnosis dan prognosis dapat di
temukan melalui pemeriksaan klinis, GCS, CT SCAN, MRI kepala. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan darah rutin. Termasuk didalamnya pemeriksaan kadar gula
darah dan pemeriksaan hematokrit.
TRAUMA KAPITIS
• a. Fraktur Kranium
• Fraktur kranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak, dapat berbentuk garis/linear
atau bintang/stelata, dan dapat pula terbuka ataupun tertutup. Fraktur dasar tengkorak
biasanya memerlukan pemeriksaan CT scan dengan teknik “bone window” untuk
memperjelas garis frakturnya. Adanya tanda-tanda klinis fraktur dasar tengkorak
menjadikan petunjuk kecurigaan untuk melakukan pemeriksaan lebih rinci.
• Fraktur kranium terbuka dapat mengakibatkan adanya hubungan antara laserasi kulit
kepala dengan permukaan otak karena robeknya selaput dura. Adanya fraktur tengkorak
tidak dapat diremehkan, karena menunjukkan bahwa benturan yang terjadi cukup berat.
LESI INTRA KRANIAL
1. Pemeriksaan kesadaran
• GCS 3 - 8 : cedera kepala berat
• GCS 9 – 12 : cedera kepala sedang
• GCS 13 - 15 : cedera otak ringan
• 2. Pemeriksaan Pupil
• 3. Pemeriksaan Neurologis
• 4. Pemeriksaan Scalp dan Tengkorak
• Pupil harus diperiksa untuk mengetahui ukuran
dan reaksi terhadap cahaya. Perbedaan diameter
antara dua pupil yang lebih besar dari 1 mm
adalah abnormal. Pupil yang terfiksir untuk
dilatasi menunjukkan adanya penekanan
terhadap saraf okulomotor ipsilateral. Respon
yang terganggu terhadap cahaya bisa merupakan
akibat dari cedera kepala.
3. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Cairan Intravena
• Cairan intravena harus diberikan sesuai dengan kebutuhan untuk resusitasi dan mempertahankan
normovolemia. Diajurkan untuk resusitasi
• Hiperventilasi
• Fenitoin berguna dalam menurunkan angka insidensi kejang. Dosis awal 1 gram secara intravena
dan pemberian tidak lebih cepat dari 50 mg per menit. Dosis pemeliharaan biasanya 100 mg / 8
jam.
• Management tekanan intrakranial (TIK) meninggi2
• Peninggian tekanan intrakranial terjadi akibat edema serebri dan/atau hematoma
intrakranial. Bila ada fasilitas, sebaiknya dipasang monitor TIK.
• TIK normal adalah 0-15 mm Hg. Di atas 20 mmHg sudah harus diturunkan dengan cara:
• Posisi tidur: Bagian kepala ditinggikan 20-30 derajat dengan kepala dan dada padasatu bidang.
• Terapi diuretik:
• Diuretik osmotik (manitol 20%) dengandosis 0,5-1 g/kgBB, diberikan dalam 30menit. Untuk mencegah
rebound, pemberian diulang setelah 6 jam dengandosis 0,25-0,5/kgBB dalam 30 menit. Pemantauan:
osmolalitas tidak melebihi 310 mOsm.
• Loop diuretic (furosemid). Pemberiannya bersama manitol, karena mempunyai efek sinergis dan
memperpanjang efek osmotik serum manitol. Dosis:40 mg/hari IV. dengan cairan Ringer Laktat atau
garam fisiologis.
MANNITOL
• Maninitol merupakan 6- karbon alkohol, yang tergolong sebagai obat diuretik osmotik.
Diuretik adalah obat yang menambah kecepatan pembentukan urin dengan
pengeluaran natrium dan diuresis.
• Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstraselkembali
menjadi normal.Secara umum diuretik dapat dibagi
2 golongan besar yaitu: (1) diuretik osmotik;(2) penghambat mekanisme transport elek
trolit di dalam tubuli ginjal.
FARMAKODINAMIK
• Adanya manitol dalam sirkulasi akan meningkatkan tekanan osmotik sehigga jumlah
elektrolit dan air yang dieksresi bertambah besar.
Tempat kerja utama manitol adalah(1) tubuli proksimal menghambat
reabsorpsi natrium dan air; (2) ansa henle, yaitu dengan penghambatan reabsorpsi
natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun; (3) duktus
koligentes, yaitu dengan penghambatan reabsorpi natrium dan
air akibat adanya papillary wash out , kecepatan aliran filtrat yang tinggi.
FARMAKOKINETIK
• Pada penderita payah jantung pemberian manitol berbahaya, karena volume darah
yang beredar meningkat sehingga memperberat kerja jantung.
Pemberian manitol juga dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anuri
a,kongesti atau udem paru yang berat, dehidrasi hebat, dan perdarahan intra
kranial,kecuali bila akan dilakukan kraniotomi, serta pada pasien yang hipersensitivi
tasterhadap manitol.
SEDIAAN
• Manitol tersedia dalam berbagai kemasan dan konsentrasi, yaitu: Manitol 10%
dalam kemasan plabottle 250 ml (25gr) dan 500 ml (50 gr). Manitol 20% dalam
kemasan plabottle 250 ml (50 gr) dan 500 ml (100 gr).
DOSIS SERTA CARA PEMBERIAN
• b. Perdarahan epidural (hematoma epidural/EDH) dengan volume perdarahanlebih dari 30mL/44mL dan/ataupergeseran
garis tengah lebih dari3 mm serta ada perburukan kondisipasien
• c. Perdarahan subdural (hematoma subdural/SDH) dengan pendorongan garistengah lebih dari 3 mm atau
kompresi/obliterasi sisterna basalis
• a. Perlukaan kranioserebral dengan ditemukannyaluka kulit, fraktur multipel, durayang robek disertai laserasi otak
• c. Pneumoencephali
• d. Corpus alienum
• e. Luka tembak
Proteksi serebral (neuroproteksi)