Anda di halaman 1dari 36

Pembiayaan Berbasis

Akad Murabahah

Ilham Reza Ferdian, MSFIN


CCIT – FTUI
iref.468@gmail.com
PENGANTAR
 Jual-beli merupakan aktivitas yang banyak
dilakukan oleh IB
 CB: memberikan kredit secara langsung
IB: harus terlibat dalam proses jual-beli
 Jual beli pada IB umumnya dilakukan secara
kredit
 Jual beli kredit dalam Islam: Musawamah
(marjin IB tidak harus disampaikan) dan
Murabahah (marjin harus disampaikan)
PERSYARATAN VALIDNYA
KONTRAK BAI’
 Pihak-pihak yang melakukan kontrak;
 Jual-beli dilakukan tanpa adanya
keterpaksaan;
 Pada Ijab qabul: harga, waktu dan tempat
penyerahan, jatuh tempo pembayaran harus
disepakati;
 Mabi’ (barang) harus dapat dipindah-
tangankan dan ada pada saat kontrak
dilakukan;
PERSYARATAN VALIDNYA
KONTRAK BAI’

 Mabi’ harus dispesifikasikan secara


detail. Kepemilikan harus ada pada
penjual;
 Mabi’ harus dalam bentuk fisik atau
kepemilikan konstruktif;
 Mabi’ harus halal dan memiliki nilai;
 Mabi’ harus dispesifikasikan dengan
jelas dan diketahui oleh pembeli.
PERSYARATAN VALIDNYA
KONTRAK BAI’

 Jual-beli harus dilakukan dengan


segera dan absolut.
– 1 Jan: A mengatakan pada B: “Saya
menjual mobil saya pada Anda pada
tanggal 1 Feb”.  Kontrak ini tidak sah
karena tergantung pada kejadian di masa
depan.
– Yang dapat dilakukan oleh A pada tanggal
1 Jan hanya janji untuk menjual dan
bukan kontrak jual-beli.
MURABAHAH – BAI’ AL
AMANAH

 Murabahah termasuk dalam klasifikasi


Bai’ al-Amanah (jual-beli yang
mempersyaratkan adanya
penginformasian cost oleh penjual);
 Jenis-jenis Bai’ al-Amanah:
– Tawliyah: cost = price
– Wadhi’ah / Mohatah : cost > price
– Murabahah: cost < price
BAI’ MURABAHAH DALAM
LITERATUR KLASIK
 Murabahah berasal dari kata Ribh, artinya:
keuntungan, atau tambahan;
 Pada Murabahah, penjual harus
mengungkapkan cost + marjin jual beli yang
disepakati (hal ini disepakati oleh jumhur
ulama);
 Murabahah telah disebutkan dalam kitab Al-
Mu’watta (Imam Malik); ulama dari Mahzab
Hanafi (Al-Marghinani); ulama dari Mahzab
Hambali (Ibn Qudama);
BAI’ MURABAHAH DALAM
LITERATUR KLASIK
 Imam Malik tidak menyarankan adanya
kredit dalam murabahah, karena
banyaknya persyaratan yang terkait
dengannya; walaupun juga tidak
mengharamkannya;
 Namun, Imam Syafi’I dalam Kitabul
Umm memperbolehkan adanya
murabahah yang dilakukan dengan
penangguhan pembayaran.
KEBUTUHAN TERHADAP
MURABAHAH
 Menurut Al-Marghinani (ulama mahzab
Hanafi) dan Imam Ahmad, Murabahah
dilakukan untuk melindungi pembeli yang
tidak memiliki infomasi cukup tentang harga
dari kecurangan yang dilakukan oleh penjual
yang mungkin mempermainkan harga;
 Oleh karena itu, Murabahah
mempersyaratkan agar penjual jujur dalam
menyatakan cost yang ditanggungnya.
PERSYARATAN
MURABAHAH
 Barang yang diperjual-belikan harus
ada;
 Murabahah tidak berlaku bagi mata
uang maupun unit moneter lain yang
merupakan obyek bai’ al sarf; dan juga
dokumen kredit;
PERSYARATAN
MURABAHAH
 Penjual wajib menyatakan dengan jujur kepada
pembeli mengenai original cost dan biaya2 lain
terkait dengan pembelian Mabi’
– Hanafi: penjual diperbolehkan memasukkan semua beban
yang ditanggungnya terkait dengan Mabi’, dan
menjadikannya harga dasar.
– Maliki: membagi beban menjadi 3 kategori:
• Beban yang terkait dengan Mabi’  dapat ditambahkan
dengan cost
• Beban yang terjadi setelah kontrak dan tidak dapat dilakukan
oleh penjual (mis: beban transportasi & penyimpanan) 
dapat ditambahkan dengan cost
• Beban yang dapat ditanggung oleh penjual (mis: komisi
penjualan)  tidak dapat ditambahkan
PERSYARATAN
MURABAHAH
 Penjual wajib menyatakan dengan jujur kepada
pembeli mengenai original cost dan biaya2 lain
terkait dengan pembelian Mabi’
– Syafi’i: sama dengan Maliki
– Hambali: semua beban boleh ditambahkan ke original cost
selama diketahui oleh pembeli dan di-break down dengan
jelas.
PERSYARATAN
MURABAHAH
 Penjual wajib menginfomasikan semua hal terkait
barang yang akan dijual – termasuk kecacatan dan
jenis pembayaran yang dilakukannya pada supplier.
Jika penjual mendapatkan rabat dari supplier,
pembeli pun bisa menikmati rabat yang sama;
PERSYARATAN
MURABAHAH
 Marjin harus disepakati bersama. Setelah disepakati,
marjin tidak dapat ditingkatkan lagi, kecuali penjual
mendapatkan rabat dari supplier (marjin bisa
berkurang);
 Harga harus dinyatakan dalam mata uang atau unit
pengukuran tertentu;
 Jika penjual berbohong pada pembeli mengenai
original cost yang ditanggungnya:
– Maliki: pembeli boleh membatalkan kontrak, kecuali jika penjual mengembalikan
selisihnya.
– Hanafi: pembeli boleh membatalkan kontrak
– Hambali: kontrak tetap berlaku setelah penjual mengembalikan selisihnya
– Syafi’i: ada 2 versi: v.1: setuju dengan Hanafi; v.2: setuju dengan Hambali
PERSYARATAN
MURABAHAH
 Pembeli memiliki pilihan untuk meneruskan atau
membatalkan kontrak jika ia menyadari bahwa
penjual melakukan pelanggaran atas persyaratan
kontrak. Namun jika pembeli menyadarinya setelah
ia memakai Mabi’ atau Mabi’ tersebut rusak karena
kesalahannya
– Abu Hanifa: hak untuk memilih tidak lagi berlaku
– Abu Yusuf, Ibn-abi-Laila, dan Hanafi: pengurangan akan dilakukan walaupun Mabi’
telah rusak
STRUKTUR
MURABAHAH

 Perdagangan secara langsung yang


dilakukan oleh IB;
 Bank membeli melalui pihak ke-3;
 Murabahah melalui nasabah sebagai
agen.
SKEMA MURABAHAH

Sumber: http://www.ortax.org/ortax/?
mod=issue&page=show&id=5&q=&hlm=4
MURABAHAH TO PO
(MPO)
 Adalah suatu perjanjian dimana bank,
berdasarkan permintaan nasabah,
membeli suatu aset dari pihak ke-3 dan
menjual aset tsb kepada nasabah
dengan pembayaran tangguh;
 MPO banyak dipraktekkan oleh
mayoritas IB;
MURABAHAH TO PO
(MPO)
 MPO banyak menjadi pilihan IB, karena:
– IB tidak biasa menjalankan bisnis dimana mereka
harus menyimpan persediaan
– Hampir tidak memungkinkan bagi IB untuk
membeli persediaan sebelum adanya kontrak
Murabahah
– Nasabah mungkin menginginkan spesifikasi
barang yang tidak sesuai dengan yang dimiliki IB
– Regulator/Bank Sentral biasanya melarang IB
melakukan perdagangan selain core business-
nya.
MURABAHAH TO PO
(MPO)
 Klien boleh menunjuk supplier, namun harus yakin
bahwa supplier tsb memang layak dipercaya;
 Sebelum kontrak murabahah, klien tidak boleh
membeli barang yang dimaksud dari supplier yang
ditunjuk  menjurus ke bai’ al-’Inah;
 Dalam kasus nasabah sebagai agen, IB harus
melakukan pembayaran langsung kepada supplier.
Bukan menyerahkan kepada nasabah  menjurus
ke riba;
MURABAHAH TO PO
(MPO)
 Kontrak-kontrak dalam MPO:
– Janji nasabah kepada bank untuk membeli barang yang
disepakati (janji ini berbentuk unilateral, hanya mengikat
nasabah dan tidak mengikat bank)
– Kontrak keagenan, dimana nasabah akan bertindak sebagai
agen IB yang akan membeli barang dari supplier dan
menerima kepemilikannya atas nama IB
– Kontrak Murabahah yang sebenarnya
ISU-ISU DALAM
MURABAHAH
 Tidak boleh ada bai’ al-’Inah
– sebelum kontrak Murabahah, barang yang
diinginkan oleh nasabah bukanlah milik nasabah.
 Khiyar dalam Murabahah
– Dapat menambah risiko IB
– Jalan keluar:
• menjadikan nasabah sebagai agen
• Menyatakan di kontrak bahwa semua cacat yang ditemui
setelah nasabah melakukan cek, tidak menjadi
tanggungjawab bank
ISU-ISU DALAM
MURABAHAH
 Waktu pelaksanaan Murabahah
– Harus setelah bank memiliki penuh barang yang
akan diperjual-belikan.
 Nasabah gagal bayar
– Menyatakan di kontrak bahwa keterlambatan
pembayaran tanpa alasan yang dapat diterima
akan menjadikan seluruh cicilan yang tertunggak
menjadi jatuh tempo
– Mengenakan denda yang akan disalurkan ke
kegiatan sosial
ISU-ISU DALAM
MURABAHAH
 Rabat bagi nasabah melunasi lebih awal
– Mayoritas ahli syariah tidak memperbolehkan
adanya rabat pada kasus pelunasan lebih awal
– AAOIFI Shari’a Standard on Murabahah
menyatakan bahwa rabat bisa diberikan jika IB
tidak mempersyaratkannya di kontrak.

 Rollover dalam Murabahah


– Rollover tidak diperbolehkan oleh syariah
– Yang diperbolehkan hanyalah rescheduling,
tanpa adanya tambahan atas AR awal
ISU-ISU DALAM
MURABAHAH
 Murabahah Saham
– Diperbolehkan selama sahamnya adalah
saham yang lulus dari screening syariah
– IB harus membayar cost pembelian
langsung kepada broker
– Nasabah tidak boleh menunjuk agen lain
untuk melakukan pembelian
MITIGASI RISIKO PADA
MURABAHAH
 Risiko:
– Nasabah menolak untuk membeli barang
setelah bertindak sebagai agen.
 Mitigasi Risiko:
– Harus ada kontrak tertulis bahwa nasabah
harus membeli barang yang telah
disepakati.
– IB meminta hamish jiddan (uang yang
dibayar nasabah sebelum kontrak, sebagai
bukti keseriusannya menjalani kontrak)
MITIGASI RISIKO PADA
MURABAHAH
 Risiko:
– Bai’ al-’Inah (nasabah membeli kembali
barang yang telah dijualnya, dan meminta
pembiayaan IB untuk membayar supplier)
MITIGASI RISIKO PADA
MURABAHAH
 Mitigasi Risiko:
– IB melakukan pembayaran langsung pada
supplier (tidak melalui nasabah)
– Meminta invoice pembelian (tanggal invoice tidak
boleh lebih awal daripada kesepakatan agency
dan tidak boleh setelah kesepakatan pembelian)
– Meminta bukti lainnya, mis: dokumen pengiriman
– Inspeksi fisik atas barang yang menjadi obyek
jual-beli
MITIGASI RISIKO PADA
MURABAHAH
 Risiko:
– Nasabah menggunakan barang sebelum ijab-
qabul

 Mitigasi Risiko:
– Memperpendek waktu antara pembelian oleh
agen (nasabah) dengan waktu ijab-qabul
– Melakukan inspeksi fisik tanpa pemberitahuan
– Mengasuransikan barang tsb (karena IB yang
menanggung risiko atas barang tsb sebelum
akad dilakukan)
MITIGASI RISIKO PADA
MURABAHAH
 Risiko:
– Nasabah terlambat bayar

 Mitigasi Risiko:
– Mengenakan denda yang akan
disalurkan untuk dana sosial, dan bukan
dicatat sebagai pendapatan IB
MITIGASI RISIKO PADA
MURABAHAH
 Risiko:
– Gagal bayar

 Mitigasi Risiko:
– Meminta jaminan untuk meng-cover
risiko
MITIGASI RISIKO PADA
MURABAHAH
 Risiko:
– Supplier tidak menjalankan
kewajibannya

 Mitigasi Risiko:
– Agen, dengan kapasitas yang
dimilikinya, dapat menjamin kinerja
supplier
MITIGASI RISIKO PADA
MURABAHAH
 Risiko:
– Pembelian dari pihak terkait/anak perusahaan
nasabah
– Penjualan kembali ke pihak terkait/anak
perusahaan nasabah

 Mitigasi Risiko:
– Meminta laporan keuangan nasabah dan
mencari informasi mengenai pihak terkait/anak
perusahaan nasabah dimaksud.
MUSAWAMAH (TAWAR-
MENAWAR HARGA)
 Penjual tidak memiliki kewajiban
untuk memberikan informasi
mengenai cost dari obyek jual-beli.
 Penjual-pembeli bebas melakukan
tawar menawar atas harga obyek
jual-beli.
 Dapat berupa jual-beli tunai maupun
kredit (Pada kasus IB, biasanya
berupa jual-beli kredit)
MUSAWAMAH (TAWAR-
MENAWAR HARGA)
 Bisnis biasanya menggunakan
musawamah, sementara IB biasanya
menggunakan murabahah (alasan:
benchmark, penghindaran dari korupsi)
 Penggunaan agen juga diperbolehkan,
sebagaimana pada murabahah.
 Untuk aset yang besar & memiliki cost yang
tinggi, sebaiknya IB menangani secara
langsung & menggunakan Musawamah
dengan Order Pembelian.
TERIMA KASIH

WALLAHU’ALAM BIS
SHAWAB

Anda mungkin juga menyukai