Anda di halaman 1dari 37

1.

Fifi Halimatus S (16670001)


2. Dwi Puspita (16670008)
3. Farida Rahma S (16670011)
4. Devara Widyana (16670013)
5. Khairiatul Wida (16670014)
6. Nibras Filiatno (16670017)
7. Eka Kartini Rahmawati (16670031)
8. Al Kautsar Gilang YP (16670034)
9. Hibbatullah (16670036)
10.Syarifah Ambami (16670037)
INTERAKSI OBAT DENGAN OBAT dan DENGAN MAKANAN

BUKAN INTERAKSI KAMU KE AKU


Ny. Dj adalah seorang ibu rumah tangga yang berusia 67 tahun (74 kg/157 cm).
Ny. Dj. sering mengeluhkan sesak napas, batuk, lemah, kesemutan, nyeri punggung,
kaki bengkak hilang timbul sejak 6 bulan yang lalu. Pasien dilarikan ke rumah sakit
karena napas makin sesak, batuk, dan BAK sedikit. TTV pasien : tekanan darah =
200/100 mmHg; HR = 90x/menit; RR = 28x/menit, T = 36,1 ºC; dan GDS = 452
mg/dL. Pemeriksaan penunjang menunjukkan ekstremitas bawah lebih berat
dibandingkan ekstremitas atas. Pasien bercerita telah menderita hipertensi dan DM
tipe 2 sejak usia 25 tahun dengan GDS rata-rata 300 mg/dL. Pasien mengaku rutin
kontrol di puskesmas dan mendapatkan obat rutin.
Diagnosis masuk : HT urgency, CHF fc III, DM tipe 2, efusi pleura bilateral.
Diagnosis kerja : HT stage II, CHF fc III, DM2NO, efusi pleura, anemia renal,
nefropati DM, hiponatremia,
Terapi :
Furosemide iv bolus 2 ampul/8jam dan continous infusion 5 mg/jam
Amlodipin 10 mg/24 jam
Aspirin 80 mg/12 jam
Neurodex 1 tab/8 jam Pemeriksaan Laboratorium 1/3 2/3 6/3 7/3
Metformin 500 mg/12 jam (satuan)
Leukosit (x103/UL) 7,74 - 12,45 7,28

Eritrosit (x106/µL) 3,82 - 3,42 3,60

Hb (mg/dL) 11 - 9,9 10,3


Hematokrit (%) 32,1 - 29,1 30,8
BUN (mg/dL) 31 31 40,70 54,2
SCr (mg/dL) 2,02 2,08 2,52 3,14
 Subject:
a) Ny. Dj. sering mengeluhkan sesak napas, batuk, lemah, kesemutan, nyeri
punggung, kaki bengkak hilang timbul sejak 6 bulan yang lalu.
b) Riwayat penyalit: hipertensi dan DM tipe 2 sejak usia 25 tahun dengan GDS rata-
rata 300 mg/dL

 Object:
a) TTV pasien : tekanan darah = 200/100 mmHg; HR = 90x/menit; RR = 28x/menit, T
= 36,1 ºC; dan GDS = 452 mg/dL
b) Diagnosis masuk : HT urgency, CHF fc III, DM tipe 2, efusi pleura bilateral.
c) Diagnosis kerja : HT stage II, CHF fc III, DM2NO, efusi pleura, anemia renal,
nefropati DM, hiponatremia,
 Assigment:
Dari data diatas, terdapat beberapa obat yang mengalami interaksi antara obat satu dengan obat yang
lain, yaitu :
1. Furosemide dan aspirin
Status : Monitor cloosely artinya pantau baik-baik
Golongan interaksi : Moderat dimana dapat mengakibatkan perubahan status klinis atau kerusakan
organ.
Mekanisme : farmakokinetik
Interaksi Obat : Aspirin menambah serum potasium sedangkan furosemid mengurangi serum
potasium. Respon diuretic dan furosemide dapat terhambat pada pasien dengan gangguan sirosis dan ascites.
Salisilat dalam dosis anti-inflamasi dapat menumpulkan respon diuretik dan natriuretik loop diuretik. Interaksi
telah ditunjukkan pada pasien dengan ascites sekunder untuk sirosis hati dan sukarelawan normal. Peneliti
berteori bahwa salisilat dapat menghambat efek ginjal diuretik loop yang dimediasi oleh prostaglandin,
termasuk peningkatan ekskresi natrium, aliran darah ginjal, dan aktivitas renin plasma. Karena prostaglandin
ginjal diyakini memainkan peran utama dalam pemeliharaan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus di
sirosis dengan ascites, interaksi mungkin sangat penting pada populasi ini. Tidak ada intervensi klinis umumnya
diperlukan, tetapi kemungkinan interaksi potensial harus dipertimbangkan pada pasien dengan ascites diobati
dengan diuretik lingkaran dan salisilat atau produk-salisilat terkait.
2. Amlodipine dan metformin
Status : Monitor cloosely artinya pantau baik-baik
Golongan interaksi : Moderat dimana dapat mengakibatkan perubahan status klinis atau
kerusakan organ.
Mekanisme : Farmakokinetik
Interaksi Obat : Amlodipine menurunkan efek metformin oleh antagonisme
farmakodinamik. Gunakan Perhatian / Monitor. Pasien harus
diamati dengan seksama karena kehilangan kontrol glukosa darah;
ketika obat ditarik dari pasien yang menerima metformin, pasien
harus diamati dengan cermat untuk hipoglikemia. Amlodipin dapat
meningkatkan absopsi metformin.
3. Aspirin dan amlodipin
Status : Moderate dimana dapat mengakibatkan
perubahan status klinis atau kerusakan organ.
Interaksi obat : Data yang terbatas menunjukkan bahwa beberapa inhibitor
siklooksigenase dapat melemahkan efek antihipertensi dari
beberapa calcium channel blocker. Mekanisme tampaknya terkait
dengan perubahan nada vaskular, yang bergantung pada
prostacyclins dan prostanoid vasodilatorik lainnya. Ketika obat
anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) ditambahkan ke rejimen pasien
yang sudah menggunakan calcium channel blocker, peningkatan
tekanan darah dapat terjadi. Selain itu, dokter harus menyadari
bahwa risiko hipotensi meningkat ketika NSAID ditarik dari
rejimen. Beberapa kalsium kanal bloker (amlodipin) dapat
menghambat siklooksigenase. Ketika NSAIDs dikombinasikan
dengan amlodipin, peningkatan tekanan darah dapat terjadi.
4. Metformin dengan aspirin:
Interaksi obat : Efek metformin meningkat dengan mekanisme yang
belum diketahui.

5. Metformin dengan cyanocobalamin (neurodex) :


Status :Minor dimana interaksi mungkin terjadi tetapi dipertimbangkan
signifikan potensial berbahaya terhadap pasien jika terjadi kelalaian.
Interaksi obat : metformin mengurangi level dari cyanocobalamin dengan mekanisme
interaksi yang tidak spesifik. Metformin mampu menurunkan kadar
vitamin B12 yang diperkirakan berkontribusi terhadap penurunan
fungsi kognitif pada pasien DM. Adanya interaksi antara pemberian
metformin dan reseptor pada bagian distal ileum yang menghambat
ambilan dari vitamin B12.
6. Furosemid dengan metformin :
Status : Minor dimana interaksi mungkin terjadi tetapi dipertimbangkan
signifikan potensial berbahaya terhadap pasien jika terjadi
kelalaian.
Interaksi obat : furosemid meningkatkan level metformin dengan mekanisme interaksi
yang tidak spesifik. Kombinasi kedua obat ini dapat
meningkatkan kadar serum dari metformin dan mengurangi kadar
serum furosemid. Furesomid meningkatkan kadar metformin dalam
darah saat penggunaan bersama sehingga menyebabkan
hipoglikemia.
7. Furosemid dengan thiamin (neurodex) :
Status : Minor dimana interaksi mungkin terjadi tetapi
dipertimbangkan signifikan potensial berbahaya terhadap pasien jika
terjadi kelalaian
Interaksi obat : furosemid mengurangi level tiamin dengan menambah renal clearance

8. Aspirin dengan cyanocobalamin (neurodex) :


Status : Minor dimana interaksi mungkin terjadi tetapi
dipertimbangkan signifikan potensial berbahaya terhadap pasien jika
terjadi kelalaian.
Mekanisme : farmakokinetik
Interaksi obat : aspirin mengurangi level dari cyanocobalamin (neurodex) dengan
menghambat absorbsi GI. Aspirin oral menurunkan tingkat
cyanocobalamin (vitamin b-12) sl dengan mengurangi penyerapan
obat dari lambung dan usus ke dalam tubuh ketika diminum.
9. Aspirin dengan furosemide :
Status : Minor dimana interaksi mungkin terjadi tetapi dipertimbangkan
signifikan potensial berbahaya terhadap pasien jika terjadi
kelalaian.
Interaksi obat : aspirin mengurangi efek dari furosemid dengan antagonis
farmakodinamik

10. Aspirin dengan makanan yang mengandung protein dan karbohidrat :


Interaksi obat: Absorbsi aspirin terhambat. Makanan juga menghambat pengosongan
lambung. Maka jika diperlukan efek analgesik cepat, aspirin harus
diberikan tanpa makanan, namun jika aspirin dibutuhkan untuk
jangka waktu lama, maka dengan adanya makanan dapat
membantu untuk melindungi mukosa lambung.
 Planning:
Pemberian jeda pada obat yang berinteraksi minimal 2 jam sesudah minum obat
tersebut. Pemberian aspirin sebelum atau sesudah makan, jangan sampai diberikan
bersama makanan terutama makanan yang mengandung protein atau karbohidrat.
Ny. M (52 tahun) masuk rumah sakit pada tanggal 7 maret 2018 dengan keluhan
gemetar sejak 3 jam yang lalu, mengalami mual muntah sejak berobat alternatif 2
hari yang lalu, nyeri perut bagian bawah, nyeri ketika buang air kecil. Pasien
mengaku DM sejak kurang lebih 5 tahun yang lalu tetapi tidak diterapi secara rutin,
tidak memiliki riwayat alergi obat. TTV pasien : tekanan darah = 160/100 mmHg, HR
= 82 x/menit; RR = 28 x/menit; T = 36,8 ºC.
Diagnosis : Diabetes melitus tipe 2, hipertensi stage 2, dispepsia, suspect ISK
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal No Nama Obat Regimen dosis Dosis Tanggal

Darah (frekuensi, dosis, (Maret 2018)

(7 Maret 2018) rute) 7 8 9 10 11

Na 116 mEq/L 135-145 1 NaCl 3% Infus NaCl 3 % 16 - v v - -


tpm
K 3,1 mEq/L 3,5-5
2 NaCl 0,9 % Infus NaCl 0,9% - - v v
Cl 78 mEq/L 98-106
30 tpm
GDS 667 mg/dl <100
3 Novorapid 10-10-10 sc 10 unit/ hari SC v v v v v
(atau 0,1-0,2
unit/kg/hr)
4 Amlodipin 1 x 10 mg p.o - v v v v
5 Pantoprazole 2 X 40 mg iv - v v v v

6 Ranitidine 2 X 150 mg po - v v v v

7 Ondansetron 4 mg iv prn - v v v v
8 Ceftriaxon 2 x 1 g iv - v v v v
• S : keluhan gemetar sejak 3 jam yang lalu, mengalami mual muntah sejak berobat
alternatif 2 hari yang lalu, nyeri perut bagian bawah, nyeri ketika buang air kecil.
Pasien mengaku DM sejak kurang lebih 5 tahun yang lalu tetapi tidak diterapi secara
rutin, tidak memiliki riwayat alergi obat.
• O : tekanan darah = 160/100 mmHg, HR = 82 x/menit; RR = 28 x/menit; T = 36,8
ºC. Diagnosis : Diabetes melitus tipe 2, hipertensi stage 2, dispepsia, suspect ISK.
• Assignment:
• Amlodipine dengan jeruk
Konsumsi jeruk dapat sedikit meningkatkan konsentrasi plasma amlodipine. Mekanisme adalah
penghambatan CYP450 3A4-dimediasi pertama metabolisme di dinidng usus dengan senyawa tertentu
hadir dalam grapefruit (Josesson M, Zackrisson Al,1996).
• Amlodipine dengan mineral dan vitamin
Menggunakan amlodipine bersama dennngan multivitamin dengan mineral dapat mengurngi efek
amlodipine. Seperti produk yang mengandung kalsium dapat menurunkan calsium channel blocker
dengan menjenuhkan saluran kalsium (Oszko MA, 1987).
• Ondansentron dengan Makanan
Adanya makanan dalam saluran cerna dapat meningkatkan ketersediaan hayati dari ondansetron,
sehingga kemungkinan efek antiemetic dari ondansetron dapat meningkat.Mekanisme peningkatan
ketersediaan hayati dari ondansetron oleh makan belum diketahui secara pasti (Baxter, 2008).
• Ondansentron dengan NaCl
Penurunan kadar ondansetron dalam larutan injeksi infus NaCl 0,9% dengan kondisi penyimpanan
pada suhu 25oC selama 48 jam (Bosso, 1992)
• Plan
• Amlodipine dengan jeruk
Tidak mengoonsumsi jeruk
• Amlodipine dengan mineral dan vitamin
Manajemen terdiri dari pemantauan efektivitas terapi blocker ssaluran kalsium
seelama coadministrasidengan produk kalsium.
• Ondansentron dengan NaCl
Kombinasi dengan campuran sisplatin dan ondansetron dalam larutn infus NaCl
0,9%
Seorang Ny. S (35 tahun) dengan BB 75 kg/ TB 170 cm, masuk rumah sakit dengan
keluhan nyeri pada saat urinasi, disertai mual. Pasien mengaki punya riwayat gagal
ginjal dan DM, namun saat ini sudah tidak minum obat antidiabetik maupun suntik
insulin. Pada observasi dijumpai data bahwa estimasi CrCl 18 ml/min, suhu 38 ºC, TD
170/100 mmHg,. Pasien didiagnosa dengan ISK dan mendapat terapi kotrimoksazol
2 x 2 tab, captopril 3 x 25 mg, diltiazem 3 x 30 mg, Aspilet 1 x 1 tab, Primperan 3 x
1 amp, antasida 3 x 1 C.
• Subjek:
Seorang Ny. S (35 tahun) dengan BB 75 kg/ TB 170 cm, masuk rumah sakit
dengan keluhan nyeri pada saat urinasi, disertai mual. Pasien mengaku punya
riwayat gagal ginjal dan DM. namun saat ini sudah tidak minum obat antidiabetik
maupun suntik insulin.
• Objek:
Pada observasi dijumpai data bahwa estimasi CrCl 18 ml/min, suhu 38 ºC, TD
170/100 mmHg.
• Assigment:
1. Captopril + Antasida
Satus : Minor
Mekanisme : Farmokinetik
Interaksi obat : Antasida dapat menurunkan absorpsi Captopril, sehingga Antasida dan
Captopril tidak boleh dikonsumsi bersamaan
2. Antasida + Aspilet
Status : Minor
Mekanisme : Farmakokinetik
Interaksi obat : Aspilet berpeluang interaksi dengan alkali urin dan antasida, Antasida dan
alkali dapat mempercepat ekskresi aspilet. Serta Antasida akan meningkatkan kelarutan
dari Asetosal.
3. Diltiazem + Aspirin (minor)
Status : Minor
Mekanisme : Farmakokinetik
Interaksi obat : Diltiazem meningkatkan efek aspirin tetapi mekanisme peningkatan efek belum
diketahui dan peningkatan efek tidak signifikan. Aspirin menurunkan kadar diltiazem.
4. Captopril + Aspirin (moderate)
Status : Moderat
Mekanisme : Farmakokinetik
Interaksi obat : Beberapa peneliti berpendapat bahwa pemberian bersama aspirin dapat
menurunkan efek vasodilator dan hipotensi ACE inhibitor. Selain itu, beberapa telah menemukan
bahwa manfaat dari ACE inhibitor pada morbiditas dan mortalitas pada infark miokard akut
pasca penyakit jantung koroner, dan gagal jantung kongestif sangat mungkin dikompromikan atau
bahkan dibatalkan oleh aspirin. Mekanisme yang diusulkan adalah aspirin penghambatan
siklooksigenase, sehingga menekan sintesis prostaglandin dan efek hemodinamik prostaglandin
dimensi inhibitor ACE. Namun, bukti dari interaksi negatif sebagian besar bertentangan dan
interpretasi data yang relevan telah sering dipersulit oleh beberapa elemen pengganggu serta
sifat retrospektif atau post hoc dari kebanyakan studi. Data yang tersedia tampaknya
menunjukkan bahwa aspirin dosis rendah (kurang dari 236 mg/hari, dan terutama kurang dari
100 mg/hari) tidak mungkin atau setidaknya secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk
mengganggu ACE inhibitor efek, meskipun kerentanan terhadap interaksi mungkin dikenakan
beberapa derajat variabilitas interpatient.
5. Kotrimoksazol + Captopril
Status : Mayor
Mekanisme : Farmakokinetik
Interaksi obat : Captopril meningkatkan kadar kalium serum
6. Kotrimoksazol + Aspirin (moderate)
Status : Moderat
Mekanisme : Farmakokinetik
Interaksi oabt : Aspirin meningkatkan efek kontrimoksazol
7. Captopril + Makanan
Status : Minor
Mekanisme : Farmakokinetik
Interaksi obat : Dapat menurunkan absorpsi obat Captopril
8. Aspirin + Makanan
Status : Minor
Mekanisme : Farmakokinetik
Interaksi obat : Makanan menurunkan kecepatan absorpsi tetapi tidak
mempengaruhi tingkat absorpsi, konsentrasi plasma puncak aspirin dan salisilat
mungkin menurun. Aspirin jika diminum tanpa adanya makananan dapat
menyebabkan pendarahan.
9. Diltiazem + Makanan
Status : Minor
Mekanisme : Farmakokinetik
Interaksi obat : Konsentrasi serum Diltiazem dapat meningkat jika dikonsumsi
dengan makanan
• Plan:
1. Antasida + Captopril
Interaksi dapat dihindari jika obat yang berinteraksi tersebut diberikan dengan
jangka waktu minimal 2 jam.
2. Antasida + Aspilet
Interaksi dapat dihindari jika obat yang berinteraksi tersebut diberikan dengan
jangka waktu minimal 2 jam.
3. Diltiazem + Aspirin
Interaksi dapat dihindari jika obat yang berinteraksi tersebut diberikan dengan
jangka waktu minimal 2 jam.
4. Captopril + Aspirin
Berdasarkan data saat ini, sulit untuk menentukan kemungkinan interaksi negatif
antara aspirin dan inhibitor ACE dan relevansi klinis selama jangka panjang terapi,
terutama pada gagal jantung kongestif. Rekomendasi saat ini umumnya tidak
menghalangi kombinasi digunakan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular
atau faktor risiko yang mungkin manfaat dari obat secara mandiri. Namun, pasien
yang menerima terapi jangka panjang dengan kombinasi harus menjalani tekanan
darah secara teratur dan pemantauan klinis lain yang sesuai seperti penilaian
fungsi ginjal. Dosis terapi terendah aspirin harus digunakan.
5. Kotrimoksazol + Captopril
Tidak boleh dikombinasikan karena menyebabkan kematian atau diganti dengan
obat lain.
6. Kotrimoksazol + Aspirin
Interaksi dapat dihindari jika obat yang berinteraksi tersebut diberikan
dengan jangka waktu minimal 2 jam.
7. Captopril + Makanan
Diminum berselang 2 jam saat perut kosong atau konsisten pada saat
yang sama setiap hari
8. Aspirin + Makanan
Diminum sesudah makanan
9. Diltiazem + Makanan
Diminum 2 jam sebelum makan
Ny. ET 32 th, 62 kg, 150 cm, MRS dengan keluhan mual, muntah, pusing, lemas. Pada pemeriksaan awal
dijumpai udema anasarka, BP 210/120 mmHg, suhu normal. Pengakuan keluarga sudah 2 hari terakhir minum
obat tidak teratur. Adapun obat yang terakhir diminum adalah captopril 3 x 12,5 mg. hasil pemeriksaan lab citto :
Cr 14,5 mg/dL; BUN 153 mg/dL; Na 143 meq/L; K 4,1 meq/L; Ca 2,0 meq/L. terapi yang diberikan adalah
captopril 3 x 25 mg; furosemid 3 x 40 mg; primperan 3 x 1 amp iv; infus D5% 1 x 1 flask. Berikut hasil
pemantauan tanda vitas dan kondisi klinik selama 3 hari pertama
Parameter 19/3 20/3 21/3

BP 210/120 190/100 200/110

BB 62 63 62

Mual ++ + -

Muntah ++ + -

Selesaikan soal berikut dengan menggunakan metode SOAP.


SUBJEKTIF
Ny. ET dengan keluhan mual, muntah, pusing, lemas. Pada pemeriksaan
awal dijumpai udema anasarka, BP 210/120 mmHg, suhu normal.
Pengakuan keluarga sudah 2 hari terakhir minum obat tidak teratur.
Adapun obat yang terakhir diminum adalah captopril 3 x 12,5 mg.

OBJEKTIF
Hasil pemeriksaan lab citto : Cr 14,5 mg/dL; BUN 153 mg/dL; Na 143
meq/L; K 4,1 meq/L; Ca 2,0 meq/L. Berikut hasil pemantauan tanda vitas
dan kondisi klinik selama 3 hari pertama

Parameter 19/3 20/3 21/3

BP 210/120 190/100 200/110

BB 62 63 62
Mual ++ + -
Muntah ++ + -
ASSESMENT

• Interaksi obat antara captopril dengan furosemide


• Jenis interaksi: moderate
• Mekanisme:
Mekanismenya tidak diketahui secara pasti. Efek hipotensi awal akibat
pemberian ACEI terutama disebabkan oleh penekanan sistem renin-angiotensin-
aldosteron (RAAS). ACEI menghambat pembentukan angiotensin II dan Antagonis-
Receptor-Angiotensin II memblok aksi angiotensin II menyebabkan rendahnya kadar
aldosteron yang diikuti oleh rendahnya Na+ dan air. Furosemid menyebabkan
kehilangan Na+ dan air yang dapat menyebabkan hipotensi.Efek klinis yang ditimbulkan
yaitu hipotensi postural dan faktor predisposisi seperti gangguan fungsi ginjal dan
diabetes melitus.Diperlukan penetapan dosis ACEI atau penghentian obat pada pasien
yang mengalami hipotensi (Fajriansyah, 2016).
PLAN

Pemantauan tekanan darah, diuresis, elektrolit, dan fungsi


ginjal dianjurkan seama coadministration. Kemungkinan efek
hipotensi pertama dosis dapat diminimalkan dengan memulai terapi
dengan dosis kecil dari inhibitor ACE, atau baik menghentikan
diuretic sementara atau meningkatkan asupan garam sekitar satu
minggu sebelum memulai inhibitor ACE. Atau pasien, mungkin tetap
berada di bawah pengawasan medis untuk setidaknya dua jam setelah
dosis pertama dari inhibitor ACE, atau sampai tekanan darah stabil
(Murphy, et all, 1984).
Referensi :

Cremer KF, Pieper JA, Joyal M, Mehta J "Effects of diltiazem, dipyridamole, and their combination on hemostasis." Clin Pharmacol Ther
36 (1984): 641-
Deleeuw PW "Nonsteroidal anti-inflammatory drugs and hypertension: the risks in perspective." Drugs 51 (1996): 179-87
Fradgley, S. 2003. Interaksi Obat, Dalam Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy) Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan
Pasien. PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta
Planas R, Arroyo V, Rimola A, Perez-Ayuso RM, Rodes J "Acetylsalicylic acid suppresses the renal hemodynamic effect and reduces the
diuretic action of furosemide in cirrhosis with ascites." Gastroenterology 84 (1983): 247-52
"Product Information. Arthrotec (diclofenac-misoprostol)." Searle, Skokie, IL.
Ring ME, Corrigan JJ, Fenster PE "Effects of oral diltiazem on platelet function: alone and in combination with "low dose" aspirin."
Thromb Res 44 (1986): 391-40
Tatro D.S. 2006. Drug Interaction Fact, fifth Edition, facts and comparisons A. California :Wolter Kluwer Company.
Tobert MB, Ostaszewski T, Reger B, Meisinger MA, Cook TJ "Diflunisal-furosemide interaction." Clin Pharmacol Ther 27 (1980): 289-90
Valette H, Apoil E "Interaction between salicylate and two loop diuretics." Br J Clin Pharmacol 8 (1979): 592-4
www.drugs.com/drug_interactions.
www.medscape.com/drug-interactionchecker
Bosso, 1992., Stability of Ondansetron Hydrochloride in injectatable
Solution-Induced Delayed Emesis., Annals of Oncology., 7(2232-2225)
Baxter, Karen ( Ed )., 2008., Stockley’s Drug Interaction. Pharmaceutical
Press., London pp 1 – 13
Josesson M, Zackrisson Al,1996. Effect of grapefruit juice on the
pharmacokinetics of amlodipine in healt volunnteers. Eur J Clin
Pharmacol. Vol 51 (198)
Oszko MA, 1987. Use of calcium salts during sardiopulmonary resuscitation
for reversingverapamil-associated hypotension. Clin Pharm. Vol 6
(448)
Nawarskas J.J. and Spinler S.A. 2000. “Update on the Interaction Between Aspirin and Angiotensin-
Converting Enzyme Inhibitors”. Journal Pharmacotherapy. Vol. 20
Silberbauer K. et al. 1982. “Acute Hypotensive Effect of Captopril in Man Modified by Prostaglandin
Synthesis Inhibition”. Journal Clin Pharmacol. Vol. 14
The Heart Outcomes Prevention Evaluation Study Investigators. 2000.“Effect of An Angiotensin-Converting-
Enzyme Inhibitor, Ramipril, on Cardiovascular Events in High-Risk Patients.” Journal Med.
Fajriansyah dkk. 2016. “Kajian Drug Relation Problem (Drps) Kategori Interaksi
Obat, Over Dosis dan Dosis Subterapi pada Pasien Gagal Jantung Kongestif
Di RSUP Universitas Hasanuddin”. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi. 5(1)
Murphy, BF, Whitworth JA, Kincaid-Smith P. 1984. “Renal Insufficiency with
Combinations of Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors and Diuretics”. Br
Med J 288.

Anda mungkin juga menyukai