Keterangan
rho = koefisien korelasi tata jenjang
D = beda antar rangking atau ordinal
N = jumlah individu
1 & 6 = bilangan konstan
Untuk menentukan taraf signifikansi maka r
empirik atau r hitung harus dibandingkan
dengan r tabel. Nilai r tabel dapat dilihat pada
tabel rho, dengan menggunakan banyaknya
jumlah individu (N). Jika r tabel 5% < r hitung,
maka dinyatakan signifikan, H0 ditolak dan Ha
diterima (Winarsunu, 2006).
SPSS (Santoso, 2012)
Analyze Correlate Bivariate Pindahkan
variabel Pilih Spearman Ok.
Lihat Sig. jika > 0.05 maka H0 diterima, jika <
0.05 maka H0 ditolak.
Kemudian lihat Correlationn Coefficient untuk
menetukan derajat hubungan.
KORELASI POINT SERIAL
Teknik ini digunakan untuk mencari koefisien
korelasi antara 2 variabel, dmn variabel X
berjenis ordinal dan variabel Y berjenis interval
atau rasio. Nama serial dalam korelasi ini
mengikuti banyaknya pembagian yang dilakukan
pada variabel X. Jika X dibagi dalam 2 jenjang,
maka disebut korelasi point biserial. Jika X dibagi
dalam 3 jenjang, maka disebut korelasi point
triserial. Jika X dibagi dalam 4 jenjang, maka
disebut korelasi point quartoserial (Winarsunu,
2006).
Rumus (Winarsunu, 2006)
Keterangan:
rbs = koefisien korelasi biserial
= mean pada jenjang 1 dan 2
SDt = standar deviasi
p = proporsi (n/N)
q = 1-p
O = angka ordinat dari p
Untuk menguji taraf signifikansi dari koefisien
korelasi, harus dilakukan konversi nilai rbs
terlebih dahulu ke dalam nilai t, rumus yg
digunakan adalah:
Nilai t hitung tersebut dibandingkan dengan nilai
t tabel, dengan terlebih dahulu menggunakan
rumus db=N-2. Jika t tabel 5% < t hitung, maka
dinyatakan signifikan, H0 ditolak dan Ha
diterima (Winarsunu, 2006).
Daftar Pustaka