Anda di halaman 1dari 12

KORELASI TATA JENJANG &

KORELASI POINT SERIAL

Widyastuti, S. Psi., M. Si., Psikolog


M. Ahkam, S. Pd., S. Psi., M. Si
Nur Afni Indahari A., S. Psi., M. Psi., Psikolog
Ahmad Ridfah, S. Psi., M. Psi., Psikolog

FAKULTAS PSIKOLOGI UNM


DESEMBER 2012
KORELASI TATA JENJANG

Korelasi ini disebut juga sebagai rank order


correlation atau rank difference correlation yang
dikembangkan oleh Charles Spearman. Korelasi
ini dimaksudkan untuk menghitung atau
menentukan tingkat hubungan (korelasi) antara
dua variabel yang kedua-duanya merupakan
data ordinal (Winarsunu, 2006).
Jika peneliti memiliki data yang jenisnya interval
atau rasio , maka data tersebut harus diubah dulu
ke dalam urutan rangking. Rangking dibuat dengan
cara mengurutkan data, dari data yang tertinggi
sampai yang terendah, data tertinggi di beri
rangking 1, dst. Apabila dalam urutan tersebut
terdapat skor yang dobel, maka rangkingnya harus
diambilkan dari nilai rata-rata rangking sebelumnya
(Winarsunu, 2006).
Rumus (Winarsunu, 2006)

Keterangan
rho = koefisien korelasi tata jenjang
D = beda antar rangking atau ordinal
N = jumlah individu
1 & 6 = bilangan konstan
Untuk menentukan taraf signifikansi maka r
empirik atau r hitung harus dibandingkan
dengan r tabel. Nilai r tabel dapat dilihat pada
tabel rho, dengan menggunakan banyaknya
jumlah individu (N). Jika r tabel 5% < r hitung,
maka dinyatakan signifikan, H0 ditolak dan Ha
diterima (Winarsunu, 2006).
SPSS (Santoso, 2012)
Analyze  Correlate  Bivariate  Pindahkan
variabel  Pilih Spearman  Ok.
Lihat Sig.  jika > 0.05 maka H0 diterima, jika <
0.05 maka H0 ditolak.
Kemudian lihat Correlationn Coefficient untuk
menetukan derajat hubungan.
KORELASI POINT SERIAL
Teknik ini digunakan untuk mencari koefisien
korelasi antara 2 variabel, dmn variabel X
berjenis ordinal dan variabel Y berjenis interval
atau rasio. Nama serial dalam korelasi ini
mengikuti banyaknya pembagian yang dilakukan
pada variabel X. Jika X dibagi dalam 2 jenjang,
maka disebut korelasi point biserial. Jika X dibagi
dalam 3 jenjang, maka disebut korelasi point
triserial. Jika X dibagi dalam 4 jenjang, maka
disebut korelasi point quartoserial (Winarsunu,
2006).
Rumus (Winarsunu, 2006)

Keterangan:
rbs = koefisien korelasi biserial
= mean pada jenjang 1 dan 2
SDt = standar deviasi
p = proporsi (n/N)
q = 1-p
O = angka ordinat dari p
Untuk menguji taraf signifikansi dari koefisien
korelasi, harus dilakukan konversi nilai rbs
terlebih dahulu ke dalam nilai t, rumus yg
digunakan adalah:
Nilai t hitung tersebut dibandingkan dengan nilai
t tabel, dengan terlebih dahulu menggunakan
rumus db=N-2. Jika t tabel 5% < t hitung, maka
dinyatakan signifikan, H0 ditolak dan Ha
diterima (Winarsunu, 2006).
Daftar Pustaka

Santoso, S. (2012). Aplikasi SPSS pada statistik


non parametrik. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Winarsunu, T. (2006). Statistik dalam penelitian
psikologi dan pendidikan. Malang: UMM
Press.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai