KELOMPOK 4 1. DESHINTA EZA DAMAYANTI 2. ELIS CAYANINGTYAS 3. FAUZIYAH NECTARIA AZZAHRA 4. RIDHO DWIJI PRAYOGI 5. TITI NUR WAHYUNI TEORI DISSONANCE
Teori Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance Theory) adalah teori
yang berpendapat bahwa disonansi adalah sebuah perasaan tidak nyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan itu. ASUMSI TEORI DISSONANCE
Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan,
sikap , dan perilakunya. Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis. Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur. Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsistensi dan usaha untuk mengurangi disonansi. 3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISSONANCE
1. Tingkat kepentingan (Importane)
Faktor dalam menentukan tingkat disonansi merujuk pada seberapa signifikan masalah itu. 2. Rasio Disonansi ( Dissonance Ratio) Faktor dalam menentukan tingkat disonansi; merupakan jumlah kognisi konsonan berbanding dengan yang disonan. 3 Rasonalitas (rationale) Merujuk pada dasar yang dikemukakan untuk menjelaskan inkonsistensi. CONTOH TEORI DISSONANCE
Titi adalah seorang mahasiwa di Universitas Sumatera Utara. Titi
merupakan perokok aktif dan berat. Sebenarnya, Titi tahu bahwa merokok tidak baik apalagi bagi kalangan wanita, resiko yang dihadapi akan sangat besar. Namun, pikiran atau pendapat yang dipegang Titi tersebut tidak sejalan dengan apa yang dilakukannya. Karena Titi mengetahui dampak dari perilakunya dan ingin sekali mengakhirinya, maka dia termotivasi serta berusaha keras untuk lepas dari rokok. Cara Untuk Mengatasi Dissonance
Mengurangi pentingnya keyakinan disonan kita.
Menambah keyakinan yang konsonan. Menghapuskan disonansi dengan cara tertentu. Teori Driving Forces Menurut Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan- kekuatan penahan (restining forces). Faktor Merubahnya Perilaku
Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat.
Kekuatan kekuatan penahan menurun. Kekuatan pendorong meningkat. Kekuatan - Kekuatan Pendorong Meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk teijadinya perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa penyuluhan-penyuluhan atau informasi- informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan. Misalnya, seseorang yang belum ikut KB (ada keseimbangan antara pentingnya mempunyai anak sedikit dengan kepercayaan banyak anak banyak rezeki) dapat berubah perilakunya dengan mengikuti KB kalau kekuatan pendorong, yakni pentingnya ber-KB, dinaikkan dengan penyuluhan- penyuluhan atau usaha-usaha lain. Kekuatan Kekuatan Penahan Menurun Hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Dengan keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Misalnya pada contoh tersebut di atas. Dengan pemberian pengertian kepada orang tersebut bahwa banyak anak banyak rezeki banyak adalah kepercayaan yang salah, maka kekuatan penahan tersebut melemah dan akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut. Kekuatan pendorong meningkat kekuatan pendorong menurun. Dengan keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Seperti pada contoh di atas juga, penyuluhan KB yang memberikan pengertian terhadap orang tersebut tentang pentingnya ber-KB dan tidak benarnya kepercayaan banyak anak banyak rezeki akan meningkatkan kekuatan pendorong, dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan. Contoh Teori Driving Forces
Contoh : seseorang yang punya saudara dengan penyakit kusta
sebelumnya tidak mau memeriksakan saudaranya karena malu dikira penyakit keturunan, dapat berubah perilakunya untuk memeriksakan saudaranya ke puskesmas karena adanya penyuluhan dari petugas kesehatan terdekat tentang pentingnya deteksi dini kusta. pada contoh di atas , dengan memberi pengertian bahwa kusta bukan penyakit keturunan, maka kekuatan penahan akan melemah dan terjad perubahan perilaku