Anda di halaman 1dari 20

KAIDAH

PRAGMATIK
IMPLIKATUR
Sam Mukhtar Chaniago
Menurut Grice (1975) dalam sebuah tuturan
dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan
merupakan bagian dari tuturan tersebut.
Proposisi yang diimplikasikan itu disebut
dengan Implikatur Percakapan.

Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik. Jakarta:Erlangga Hal.43


 Di dalam implikatur hubungan antara tuturan yang
sesungguhnya dengan maksud yang tidak dituturkan
bersifat tidak mutlak

 Interferensi maksud tuturan harus didasarkan pada


konteks situasi tutur yang mewadahi munculnya
tuturan tersebut

Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik. Jakarta:Erlangga Hal.43


DALAM PERTUTURAN, PENUTUR DAN
MITRA TUTUR DAPAT LANCAR
BERKOMUNIKASI KARENA :

Terdapat semacam
Terdapat kesamaan latar
kontrak percakapan tidak
belakang pengetahuan
tertulis bahwa yang
tentang sesuatu yang
sedang dipertuturkan
dipertuturkan
saling dimengerti

Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik. Jakarta:Erlangga Hal.43


Contoh :
Bapak datang, jangan menangis !

 Tuturan tersebut tidak semata-mata dimaksudkan untuk


memberitahukan bahwa sang ayah sudah datang dari tempat
tertentu

 Si penutur bermaksud memperingatkan mitra tutur bahwa


sang ayah yang bersikap keras dan sangat kejam itu akan
melakukan sesuatu terhadapnya apabila ia masih terus
menangis.

Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik. Jakarta:Erlangga Hal.43


Contoh :

[1] [Tempat di kantor]


A : [Saya mau ke belakang]. Ada WC di sini?
B : Ada, di rumah.
[2] [Tempat di kantor]
A : [Saya agak pusing]. Ada decolgen ?
B : Ada, di rumah.
[3] [Tempat di kantor]
A : [Saya agak pusing]. Ada decolgen ?
B : Ada, di laci meja saya.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran


Bahasa. Yogyakarta : Kanisius. Hal 20
• Prinsip kerja sama dilanggar pada contoh [1] dan [2],
tetapi tidak dilanggar pada contoh [3].
• Kadar pelanggaran pada [2] masih dapat diterima .
Jawaban si B pada contoh [2] dapat ditafsirkan
sebagai tindakan si B untuk mengajak bergurau di A.
Keterkaitan di antara kalimat si B dan kalimat si A
pada [2] masih dapat direka-reka adanya.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran


Bahasa. Yogyakarta : Kanisius. Hal 21
Contoh :

A : Wah panas sekali ya, sore ini ! Kamu kok tidak berkeringat;
apa nggak kegerahan ?

B : Nggak ! Aku sudah mandi tadi.

 Jawaban B ‘Aku sudah mandi tadi’ pada di alog di atas secara


literal memang tidak bersangkut-paut dengan kalimat lawan
bicaranya sebelumnya.

 Tetapi, yang tersirat pada kalimat jawaban itu dapat dipakai


sebagai pengait bagi kelancaran dialog ini. Dengan jawaban
itu si B mengajak bergurau si A, yakni dengan menawarkan
implikasi bahwa “si A merasa panas karena belum mandi”
Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran
Bahasa. Yogyakarta : Kanisius. Hal. 21
Contoh :

1 Minumannya sudah (1) Silakan diminum


tersedia, Pak!

2 Bukumu itu bersih sekali, (1) Pujian (realita +)


Bud!
(2) Ejekan (realita -)
3 Saya punya buku baru, (1) Kamu boleh meminjamnya.
Lisa!
(2) Membanggakan diri
4 Pak, itu buah pear saya! (1) Jangan dimakan

Chaniago, Sam Mukhtar. 2007. Pragmatik. Jakarta :


Universitas Terbuka. Hlm 4.21
Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam percakapan
pada umumnya dari ucapan yang dikeluarkan oleh pelaku
tindak berbahasa mengandung implikator. Oleh karena itu,
pendengar harus mampu menetapkan bahwa ada makna
atau maksud lain di balik ucapan ucapan yang telah
dikeluarkan oleh pembicara. Dengan demikian secara efektif
pendengar dapat memberi respon atau tanggapan yang
sesuai dengan implikator yang muncul

Chaniago, Sam Mukhtar. 2007. Pragmatik. Jakarta :


Universitas Terbuka. Hlm 4.21
no Kalimat Implikatur Kaidah pragmatik
5 Guru: Mana spidolnya? Murid diminta untuk Kita dapat meminta pertolongan
mengambilnya di pendengar untuk mengambil
kantor sesuatu benda kalau kita
bertanya tentang pengetahuan
pendengar mengenai letak
benda tersebut
6. Tamu: (mengangkat Tuan rumah dengan Kita dapat meminta pertolongan
gelas kosong yang cepat dan berpura- pendengar untuk mengerjakan
telah diminum) pura hendak mengisi sesuatu dengan
Wah, gelasnya kembali gelas itu. menginformasikan sesuatu
bocor realitas yang tak sebenarnya.
7. Lelaki: (seorang lelaki Mengharapkan orang Kita dapat mengharapkan orang
terinjak) Mas, orangnya yang menginjak lain mengehentikan
sedang pergi! kakinya segera perbuatannya dengan
menghentikan menggunakan pernyataan yang
perbuatannya. berbentuk informatif.
8. Panitia: Ini kursi Pak Harap anda segera Kita dapat meminta orang lain
Direktur! pindah dari kursi untuk tidak melakukan sesuatu
tersebut dengan cara menggunakan
pernyataan informatif.
Jika ditinjau dari sudut pandang pendengar, maka pendengar
memerlukan kemampuan untuk dapat menangkap apa
implikatur setiap ucapan yang didengarnya dengan
memahami konsep TIR :
 Kebenaran Topik
 Intuisi  Evaluasi
 Respon/Tanggapan

Chaniago, Sam Mukhtar. 2007. Pragmatik. Jakarta :


Universitas Terbuka. Hlm 4.22
• Suatu permintaan dapat direspon dengan memperlakukan hal yang diminta
dan diikuti oleh ucapan yang menyatakan kesanggupan perlakuan itu.
Contoh : kalimat (7) : lelaki : mas, orangnya sedang pergi!
Respon: (memindahkan kakinya) oh, saya tidak melihat.
Kalimat (8): panitia : ini kursi Pak Direktur.
Peserta: (respon) oh, baiklah saya akan pindah ke kursi lain
• Suatu kemarahan dapat direspon dengan memperlakukan sesuatu yang dapat
mengubah keadaan yang menyebabkan kemarahan tersebut dan sebaiknya
diikuti oleh ucapan yang menyatakan penyesalan.
Contoh : kalimat (7) : lelaki : mas, orangnya sedang pergi!
Respon: (mengangkat kakinya segera) maaf, saya tidak tahu,
Pak!
Kalimat (8): panitia : ini kursi Pak Direktur.
Peserta: maaf, saya tidak tahu kalau ini kursi Pak Direktur

Chaniago, Sam Mukhtar. 2007. Pragmatik. Jakarta : Universitas Terbuka. Hlm 4.23
Jenis
Implikatur
Pada jenis implikatur ini, tidak ada latar belakang pengetahuan khusus
dan konteks tuturan yang diminta untuk membuat kesimpulan yang
diperlukan.
Contoh:
(1) Santi : “Apakah Anda mengundang Bella dan Cathy?”
Feni : “Saya mengundang Bella.” .
Jika pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan untuk memperhitungkan
makna tambahan yang disampaikan, seperti pada contoh di atas, maka
hal ini disebut implikatur percakapan umum.

Yule, George. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 70-71


Informasi tertentu selalu disampaikan dengan memilih sebuah kata yang
menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai. Ini secara khusus tampak jelas
dalam istilah-istilah untuk mengungkapkan kuantitas. Seperti istilah semua,
sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit, selalu, sering, dan kadang-kadang.
Ketika sedang bertutur, seorang penutur memilih kata dari skala itu yang paling
informatif dan benar (kualitas dan kuantitas).
Contoh:
(2) A : “Saya sedang belajar ilmu bahasa dan saya telah melengkapi beberapa
mata pelajaran yang dipersyaratkan.”
Dengan memilih kata beberapa dalam contoh di atas, penutur menciptakan suatu
implikatur (tidak semua). Inilah yang disebut sebagai implikatur berskala.

Yule, George. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 71-72


Pada contoh-contoh sebelumnya, seluruh implikatur telah diperhitungkan
tanpa adanya pengetahuan khusus terhadap konteks tertentu. Akan tetapi,
seringkali percakapan kita terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana
kita mengasumsikan informasi yang kita ketahui secara lokal.
Contoh:
(4) Riki : “Hei! Apakah kamu akan datang di pesta nanti malam?”
Tomi : “Orang tuaku akan mengunjungiku.”
Untuk membuat jawaban Tomi relevan, Riki harus memiliki persediaan sedikit
pengetahuan yang diasumsikan bahwa salah satu orang dalam percakapan ini
mengharapkan sesuatu hal yang akan dikerjakan. Tomi akan menghabiskan
malam itu bersama orangtuanya, dan tentunya Tomi tidak bisa datang ke
pesta.

Yule, George. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 74


Kebalikan dari seluruh implikatur percakapan yang dibahas sejauh ini,
implikatur konvensional tidak didasarkan pada prinsip kerja sama atau
maksim-maksim. Implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam
percakapan, dan tidak bergantung pada konteks khusus untuk
menginterpretasikannya.
Contoh:
(5) a. Kemarin, Mary senang dan siap untuk bekerja
b. Dia mengenakan bajunya dan berangkat
Pernyataan (a) mengandung dua pernyataan statis sehingga mengandung
implikatur dan yaitu ‘bertambah’. Sementara itu, pernyataan (b)
mengandung dua pernyataan dinamis, sehingga implikatur dan yaitu ‘dan
kemudian’ yang menunjukkan tata urutan.

Yule, George. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 80


Memberikan penjelasan fungsional yang
bermakna terhadap fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangkau
oleh teori-teori linguistik .

Memberikan penjelasan eksplisit terhadap adanya perbedaan antara


tuturan dengan pesan yang dimaksud penutur sehingga dapat saling
dimengerti dan dipahami

Menyederhanakan pemerian semantik dari perbedaan


antarklausa meskipun klausa-klausa tersebut dihubungkan
dengan kata-kata hubung yang sama

Menjelaskan berbagai fenomena kebahasaan yang


Tampak tidak berhubungan dan saling berlawanan.

Lubis, Hamid Hasan. 2011. Analisis Wacana Pragmatik. Angkasa: Bandung. Hlm 73
DAFTAR PUSATAKA

Chaniago, Sam Mukhtar. 2007. Pragmatik. Jakarta : Universitas


Terbuka
Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan
Pengajaran Bahasa. Yogyakarta : Kanisius
Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik. Jakarta:Erlangga
Yule, George. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lubis, Hamid Hasan. 2011. Analisis Wacana Pragmatik. Angkasa:
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai