Anda di halaman 1dari 49

Soil Transmitted Helminth

dr. N.G. Hikmet, M.Kes


PROGRAM P2 CACINGAN DINKES PROV.SU 2019
Cacingan
• Ascaris lumbricoides (cacing gelang)

• Trichuris trichiura (cacing cambuk)

• Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (cacing tambang)


Faktor resiko cacingan

1. Higiene sanitasi yang kurang baik


• Air bersih sukar didapat
• Jamban keluarga tidak tersedia
• Higiene perorangan kurang baik : tidak cuci tangan, jarang mandi, tidak
memakai alas kaki
2. Status gizi kurang baik
3. Sosial ekonomi keluarga kurang baik
Ascaris lumbricoides

• Dapat menghinggapi semua umur tetapi paling


banyak pada anak balita
• Cacing hidup di rongga usus halus
• Ukuran :
- Cacing jantan: 10 – 30 cm
- Cacing betina: 22 – 35 cm
- Jumlah telur: 100.000-200.000/hari
Ascaris lumbricoides
Di dalam usus, cacing bertelur  telur
keluar bersama tinja  jika telur
kontak dengan tanah, telur menjadi
matang/infektif (3-5 mgg)  jika
manusia kontak dg tanah yang
tercemar atau telur terbawa angin dan
hinggap di makanan  telur tertelan
manusia  menetas di usus halus
Sumber : CDC
SIKLUS HIDUP
telur tertelan manusia 
menetas di usus halus 
larva menembus dinding
usus halus  masuk
peredaran darah  paru 
trakea  tenggorokan 
batuk  larva tertelan 
masuk usus dan menetap
lalu menjadi cacing
Sumber : PMK 15 th 2017
- Tanah yang cocok: tanah liat
- Waktu yg dibutuhkan: dua bulan
Gejala
• Larva (anak cacing):
- demam
- perdarahan kecil di paru
- batuk
- sesak napas
Gejala
•Cacing di dalam usus
- ringan (jumlah cacing sedikit): mual, tidak
napsu makan, diare
-berat (jumlah cacing banyak): kurang gizi, sulit
konsentrasi, kecerdasan menurun,
pertumbuhan terhambat.
-Usus tersumbat  operasi
-Cacing masuk saluran empedu dan usus buntu
 harus dioperasi  jika tidak  meninggal
Diagnosis
• Menemukan telur dalam tinja pada pemeriksaan mikroskopis
• Cacing keluar sendiri melalui mulut atau muntah atau pada waktu buang air besar
Pengobatan
Obat cacing
- pirantel pamoat 10 mg/kgBB atau
- mebendazol 500 mg atau
- albendazol 400 mg
 dosis tunggal (hanya sekali minum)
Trichuris trichiura
• Bentuk seperti cambuk
• Ukuran cacing betina 5 cm, jantan 4 cm
• Jumlah telur 3000 - 10.000 per hari  keluar bersama tinja 
kontak dengan tanah  tertelan  masuk ke usus  hidup di
usus besar
Siklus Hidup Trichuris trichiura
 Bila telur matang tertelan, larva akan keluar
melalui dinding telur dan masuk ke dalam
usus halus.
Sesudah menjadi dewasa cacing akan turun
ke usus bagian distal dan masuk ke daerah
kolon, terutama sekum. Cacing dewasa
hidup di kolon asendens dan sekum dengan
bagian anteriornya yang seperti cambuk
masuk ke dalam mukosa usus.
T. trichiura tidak mempunyai siklus paru.
Masa pertumbuhan mulai dari telur tertelan
sampai cacing dewasa betina bertelur ± 30 -
90 hari
 Pada infeksi berat terutama pada
anak, cacing tersebar di seluruh
kolon dan rektum sehingga dapat
menimbulkan prolapsus rekti
(keluarnya dinding rektum dari
anus)
 Bagian anterior cacing yang masuk ke dalam
mukosa usus menyebabkan trauma yang
menimbulkan peradangan dan perdarahan
ANEMIA
Gejala klinis
•Kurang dari 10 cacing  tanpa gejala
•infeksi berat:
-diare, disentri, nyeri perut hebat, nyeri
anus
-usus besar keluar  menonjol di anus
•Anemia
-cacing mengisap darah
-cacing menggigit/melukai usus 
perdarahan usus
Trichuris trichiura
• Diagnosis: menemukan telur di tinja
• Keluar cacing pada waktu BAB
Pengobatan
• Mebendazol
- 100 mg dua kali sehari selama tiga hari
• Albendazol
- 400 mg satu kali sehari selama tiga hari
• tidak dapat diobati dengan obat cacing yang ada di pasaran
(pirantel pamoat)
Cacing Tambang
• Cacing betina: 1 cm
• Cacing jantan: 0,8 cm
• N.americanus: menyerupai huruf S
A.duodenale: menyerupai huruf C
mempunyai 2 pasang gigi
Gigi Cacing Tambang

Necator americanus Ancylostoma duodenale


1 pasang benda kitin 2 pasang gigi
Morfologi
Telur
• Ukuran: 60x40 mikron
• Jumlah telur
- A.duodenale 20.000/hari
- N.americanus 10.000/hari
• Telur mati pada suhu 45oC
Larva
• Rhabditiform: 250 mikron
- Makan bakteri dan bahan organik
• Filariform: 600 mikron, tidak makan
- Larva hidup di tempat lembab, berpasir, humus dan
terlindung sinar matahari
- Tidak tahan kering dan basah
- Mati dalam 1 jam pd suhu 45oC
- Mati dlm 6 minggu kecuali ada reinfeksi
Larva rhabditiform Larva filariform

 Bentuk: halus panjang dengan


 Esofagus: 1/3 panjang badan panjang: 600 mikron
 Mulut sempit panjang  Esofagus: ¼ panjang badan
 Mulut tertutup
 Ekor: lancip
Siklus Hidup
•Telur menetas di tanah  larva rhabditiform 
larva filariform  larva menembus kulit 
pembuluh darah kapiler  jantung  paru
bronkus  trakea  laring  usus halus
•Larva menembus kulit sampai ke usus:
1 minggu, sampai dewasa 5-6 minggu
•A.duodenale dapat menetap di usus
6-8 tahun
•N.americanus dapat menetap di usus 4-5 tahun
o Infeksi A. juga dapat terjadi dengan menelan larva filariform.
o larva filariform menembus kulit, larva akan masuk ke kapiler darah
dan terbawa aliran darah ke jantung dan paru.
o Di paru larva menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding
alveolus, kemudian masuk rongga alveolus, dan naik ke trakea
melalui bronkiolus dan bronkus menuju ke faring.
o Di faring larva akan menimbulkan rangsangan sehingga penderita
batuk dan larva tertelan masuk ke esofagus. Dari esofagus, larva
menuju ke usus halus dan akan tumbuh menjadi cacing dewasa
Gejala
• Akibat Larva:
- Kulit: gatal hebat infeksi sekunder
- Paru: batuk, sesak napas, radang paru bronkhitis

• Akibat cacing:
- Gejala tergantung jumlah cacing, status gizi
- Gastroenteritis: 6 minggu setelah infeksi 
mual, muntah, nyeri epigastrium, diare, melena, anemia
 Akibat anemia
Anemia - Pusing, lemah, napsu makan
 Anemia: berkurang,
- Daya tahan menurun
- Cacing mengisap darah
- Edema/bengkak
- Cacing menggigit/melukai
- Kecerdasan menurun
dinding usus  perdarahan
- Lemah, malas
usus
- Perkembangan fisik terhambat

STUNTING
Diagnosis
• menemukan telur dalam tinja segar
• menemukan larva dalam tinja lama
Pengobatan
• pirantel pamoat 10 mg/kg bb selama 3 hari
• mebendazol 2x100 mg, selama 3 hari
• albendazol 400 mg dosis tunggal
• Atasi anemia
Pencegahan cacingan

- Makanan & minuman selalu


ditutup
- Minum air yang sudah dimasak
sampai mendidih
- Gunting kuku secara teratur
Pencegahan Cacingan
- Cuci tangan sebelum makan
- Cuci tangan sesudah memegang
tanah
- Cuci bersih dengan air mengalir
sayuran mentah/lalap
Peran Cuci Tangan
• menghilangkan secara mekanik kotoran, bakteri, dan
parasit yang melekat di tangan
• Anak sering terinfeksi melalui tangan yang tercemar
tanah yang mengandung telur cacing karena:
- anak sering memasukkan jari ke mulut
- makan tanpa mencuci tangan
7 Langkah Mencuci Tangan
Pencegahan dan Pengendalian

- Buang air besar di WC  septic tank  jangan dialirkan ke


got atau kali
- Pakai sandal/sepatu, sarung tangan ketika berkebun
- Penyuluhan kesehatan
Stop Buang Air Besar Sembarangan = BASNo (Buang
Air Besar Sembarangan No
Penanggulangan
Stunting
Latar Belakang
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat
kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya
Riskesdas 2013, stunting di Indonesia sebanyak 37%  no.5 di dunia
Penyebab Stunting :
1. Praktek pengasuhan kurang baik
2. Keterbatasan layanan kesehatan (termasuk ANC dan PNC)
3. Kurangnya akses RT/keluarga ke makanan bergizi
4. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi
Prevalensi Balita Stunting di Indonesia (Riskesdas 2013)
Prevalensi stunting di Indonesia 37,2% merupakan masalah yang sangat serius, jauh di atas batas ambang
60,00 yang diperkenankan di setiap negara (20%). Terdapat 15 provinsi >40%, hanya 5 provinsi <30%, dan tidak
% ada provinsi yang
<20%
50,00
%
43% Angka nasional
40,00 (37,20%)
%

30,00
%

20,00
%

10,00
%

0,00
%

7
Pemilihan 100 Kabupaten/Kota dan 1000 Desa
Indikator Pemilihan 100 Kabupaten/Kota Indikator Pemilihan 1000 Desa

1. Jumlah Balita Stunting: jumlah balita pendek dan sangat 1. Jumlah Penduduk Desa: merupakan jumlah populasi dalam satu desa pada
pendek. Sumber data Riskesdas 2013 tahun 2015. Sumber data BPS dan Kemendagri

2. Prevalensi Stunting: Persentase jumlah balita pendek dan sangat 2. Jumlah Penduduk Miskin Desa: merupakan 25% penduduk dengan kondisi
pendek. Sumber data Riskesdas 2013 sosial ekonomi terendah. Sumber data Basis Data Terpadu BPS/TNP2K.
3. Tingkat Kemiskinan: merupakan persentase jumlah penduduk
3. Tingkat Kemiskinan Desa: merupakan persentase jumlah penduduk miskin
miskin Kabupaten/Kota. Sumber data Susenas 2013
desa terhadap jumlah penduduk dalam satu desa. Data tersebut merupakan hasil
perhitungan BPS dan TNP2K secara proporsional terhadap tingkat kemiskinan
kabupaten/kota tahun 2014.

4. Penderita Gizi Buruk Desa: merupakan jumlah kejadian warga penderita gizi
buruk (marasmus dan kwashiorkor) sebagai proxy dari indikator balita sunting.
Sumber data Potensi Desa 2014
LOKUS 100 KABUPATEN PENURUNAN STUNTING
2018

TOTAL COVERAGE 100 % PELAKSANAAN PERCEPATAN PERBAIKAN


GIZI di masing-masing Kabupaten 10 DESA

41
Intervensi Gizi Sensitif
Intervensi Gizi Sensitif meliputi :
1. Akses air bersih
2. Akses sanitasi
3. Fortifikasi bahan pangan
4. Pelayanan kesehatan dan keluarga berencana
5. JKN
6. Jampersal
7. Pendidikan pengasuhan pada orang tua
8. PAUD Universal
9. Pendidikan Gizi Masyarakat
10. Pendidikan Seksual dan Reproduksi pada Remaja
11. Bantuan dan Jaminan Sosial untuk warga miskin
12. Ketahanan Pangan
Intervensi Gizi Spesifik
Intervensi Gizi Spesifik pada sasaran :
1. Ibu hamil
Pemberian makanan tambahan, mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat,
mengatasi kekurangan iodium, menanggulangi cacingan, melindungi ibu hamil dari
malaria.
2. Ibu menyusui dan balita 0-6 bulan
Mendorong inisiasi menyusui dini dan pemberian ASI Eksklusif
3. Ibu menyusui dan balita 7-23 bulan
Mendorong meneruskan pemberian ASI hingga 23 bulan, penyediaan obat cacing dan
suplementasi zink, fortifikasi zat besi pada makanan, perlindungan pada malaria,
pemberian imunisasi lengkap, danpencegahan dan pengobatan diare.
Kebijakan Penanggulangan Cacingan di 100
Kab/Kota Intervensi Stunting
1. Pemberian Obat Pencegahan Massal pada penduduk sasaran usia 1-12 tahun dilaksanakan 2x setahun, dengan interval

6 bulan

2. Pemeriksaan cacingan kepada ibu hamil dengan gejala anemia

3. Pemberian obat cacing pada trimester kedua usia kehamilan pada bumil yang hasil pemeriksaan cacingannya positif

telur cacing.
STRATEGI INTEGRASI PROGRAM CACINGAN DALAM
INTERVENSI STUNTING 2018

Integrasi Pemberian Obat Integrasi Pemberian Obat


Cacing Massal pada Anak Cacing pada Bumil
Usia 1-12 Tahun
1. POPM Filariasis Program Kesehatan Ibu
2. Program Kesehatan Lingkungan
3. Program Kesehatan Anak Usia
Sekolah Dasar
4. Program Kesehatan Anak Balita
5. Program Gizi
Strategi Integrasi POPM
• Usia 12-23 bulan
Filariasis dan Cacingan mendapat: Albendazole
• Usia 2-12 tahun mendapat:
Usia 1-12 tahun
Albendazole & DEC
mendapat Albendazole

DAERAH
ENDEMIS FEB APR AGS OKT
FILARIASIS

DAERAH NON
ENDEMIS
FILARIASIS
Pemberian Obat Cacing
pada usia 1-12 tahun
berintegrasi dengan
kegiatan: bulan Vit. A & UKS
Daerah Penanggulangan Stunting
Daerah penanggulangan stunting :
2018  100 kabupaten/kota
2019  160 kabupaten/kota
2020  390 kabupaten/kota
2021  514 kabupaten/kota

Pemberian obat cacing di daerah penanggulangan stunting


sebanyak 2 kali dalam setahun
KESIMPULAN
• Integrasi program dan kegiatan merupakan strategi pencapaian
target yang efektif dan efisien
• Percepatan pencapaian reduksi cacingan harus melibatkan
lintas sektor  diperlukan regulasi
• Inovasi daerah sangat diperlukan sesuai spesifik lokal untuk
percepatan, tidak hanya BAU (business as usual)
• Perlu adanya sharing best practices dan lesson learn antar
daerah
• Strategi percepatan harus sinkron antara pusat dan daerah
48
Keluarga Sehat
Indonesia Sejahtera
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai