Anda di halaman 1dari 68

TUJUAN PEMBELAJARAN

• Memahami sistem dispersi, antara lain dispersi


molekular, dispersi koloid dan dispersi kasar.
• Membedakan berbagai tipe sistem koloid, sifat optis
koloid dan karakter utama sistem dispersi koloid.
• Memahami analisa mikroskopik koloid dan sifat kinetika
koloid.
• Memahami manfaat dan mengetahui tipe utama sistem
penghantaran obat koloid modern.
• Menjelaskan dispersi kasar dan memberikan contohnya.
• Menjelaskan keterkaitan sistem dispersi dan gunanya
dalam ilmu farmasi.
SISTEM TERDISPERSI

• Sistem terdispersi terdiri dari bahan partikulat (fase


terdispersi) yang terdistribusi di medium dispersi.
• Bahan terdispersi berupa partikel-partikel yang
berdimensi atom dan molekul.
• Pengetahuan tentang sistem dispersi dapat membantu
apoteker dalam menyelesaikan permasalahan proses
pembuatan emulsi, suspensi, salep, serbuk dan bentuk
sediaan kempa.
• Penggolongan sistem dispersi berdasar dari ukuran
partikel.
SISTEM DISPERSI
Dispersi Molekular Dispersi Koloid Dispersi Kasar

• Kurang dari 1 nm • Ukuran 1 nm – 0,5 • Ukuran lebih besar


• Tidak dapat terlihat μm. dari 0,5 μm
oleh mikroskop • Tidak dapat dianalisi • Dapat terlihat dengan
elektron dengan mikroskop mikroskop biasa
• Dapat melewati biasa • Tidak dapat melewati
membran • Dapat melewati kertas saring
semipermeabel kertas saring • Tidak berdifusi
• Mengalami difusi • Difusi sangat lambat • Contoh : butir pasir,
sangat cepat • Tidak dapat melewati emulsi dan suspensi
• Contoh : Molekul membran semi farmasetis, sel darah
oksigen, glukosa permeabel merah.
• Sol perak koloid,
polimer alam dan
sintesis, keju,
mentega, susu, krim
cukur, dll.
DISPERSI
KOLOID
UKURAN DAN BENTUK PARTIKEL KOLOID

Ukuran pertikel koloid lebih mudah dipisahkan dari partikel-partikel


molekular dengan cara dialisis menggunakan membran semipermeabel
kolodion/selofan. Ketika terjadi kesetimbangan, cairan akan berpindah
dari kompertemen A ke B.
TIPE DISPERSI KOLOID
BENTUK PARTIKEL KOLOID

Bentuk partikel koloid. (a). Bulatan dan bola. (b) batang pendek dan
elipsoid lonjong. (c) elipsoid pepat dan serpihan. (d). Batang dan
benang. (e).benang bergulung longgar. (f). Benang bercabang.
TIPE SISTEM KOLOID

KOLOID LIOFILIK KOLOID LIOFOBIK KOLOID AMFIFILIK

• Partikel kolid yang • Tarik menarik antara • Merupakan koloid


banyak berinteraksi fase dan medium gabungan atau disebut
dengan medium dispersi kecil. juaga zat aktif
dispers. • Tidak suka pelarut permukaan.
• Lebih mudah • Pembuatan kolid • Terbentuk dari molekul-
membentuk sistem liofobik dengan metode molekul atau ion-ion.
koloid dispersi (mereduksi • Mempunyai dua kutub
• Tarik menarik antara ukuran) dan yang berbeda yang
fase dan medium kondensasi (agregasi melawan afinitas
dispersi kuat sehingga sub koloid menjadi larutan dalam
terjadi solvasi. koloid). molekul/ion.
• Contoh : Albumin, • Contoh : Koloid emas, • Jika konsentrasi amfifil
gelatin, insulin (larut perak, belerang, Arsen ditingkatkan maka
air). Karet, polistiren (III) sulfida dan perak akan terjadi agregasi
(larut dalam pelarut iodida. yang disebut misel.
organik).
FENOMENA PEMBENTUKAN MISEL

• Dibawah CMC, konsentrasi amfifil yang mengalami


adsorbsi pada antar muka udara-air meningkat apabila
konsentrasi amfifil naik.
• Kenaikkan konsentrasi mencapai titik ketika antarmuka
dan fase bulk jenuh dengan monomer (titik CMC)
• Ketika amfifil dinaikkan maka monomer akan
beragregasi membentuk misel, jumlah monomer yang
beragregasi dikenal sebagai bilangan agregasi misel.
• Misel bulat akan terbentuk pada konsentrasi yang dekat
dengan CMC.
SIFAT SENYAWA AKTIF PERMUKAAN/
AMFIFIL
PROSES AGREGASI MONOMER MEMBENTUK MISEL

(a). Misel bulat dalam medium air, fase hidrokarbon menghadap ke dalam dan bagian
polar menghadap ke air. (b). Menggunakan pelarut non polar, bentu kebalikan dari a. (c).
Pada konsentrasi yang lebih tinggi akan membentuk misel berlapis
JENIS AMFIFILIK
PREDIKSI NILAI CMC

• Campuran dua amfifil atau lebihbisa digunakan dalam


formulasi farmasetis.
• Dengan menganggap sebagai campuran ideal, CMC
campuran dapat diprediksi dari nilai CMC murni dan
fraksi molnya dengan persamaan :
CONTOH SOAL

Hitunglah CMC suatu campuran yang terdiri atas n-dodesil


oktaoksietilen glikol monoeter (C12E8) dan n-dedosil β-D-
maltosida (DM). CMC C12E8 adalah CMC1 = 8,1x10‾⁵ M
(mol/liter) dan fraksi molnya adalah x1 = 0,75, CMC DM
adalah 15x10‾⁵ M. Hitung nilai CMC nya !

CMC = 9,3x10 ‾⁵ M
PERBANDINGAN SIFAT KOLOID
Jenis Koloid
Sifat
Liofilik Amfifilik Liofobik
Fase dispers Molekul organik Agregat/misel Partikel
anorganik
Interaksi antara fase Terjadi solvasi Bagian hidrofil dan Sedikit interaksi
dispers dan medium lipofil mengalami (solvasi)
solvasi, tergantung
medium dispersi

Pembentukan koloid Spontan Spontan jika kadar > Perlu prosedur


CMC khusus

Viskositas Fase dispers , Kadar amfifil , Tidak banyak


viskositas  viskositas  meningkat

Penambahan Stabil Kestabilan Tidak stabil


elektrolit, misalnya berkurang
NaCl
SIFAT OPTIS KOLOID

EFEK FARADAY-TYNDALL
 Bila berkas cahaya yang kuat melewati suatu sol koloid,
suatu kerucut kasat mata terbentuk sebagai akibat
penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Bintik terang
pada koloid dapat diamati dan dihitung menggunakan
ultramikroskop.
 Mikroskop elektron lebih efektif untuk mengukur dan
melihat bentuk dan struktur koloid karena memiliki
resolusi yang bagus. Mikroskop elektron dapat
merosolusi 2 partikel sejauh 20 nm (200 A⁰)
HAMBURAN CAHAYA
 Tergantung dari efek faraday-tyndall
 Untuk menentukan bobot molekul, bentuk dan ukuran partikel.
 Hamburan/turbiditas/kekeruhan merupakan penurunan
fraksional akibat penghamburan cahaya melewati 1 cm
larutan koloid (Ʈ)
 Molekul amfifil bergabung membentuk misel, tingkat
kekeruhan akan berubah karena misel berada dalam
kesetimbangan dengan spesi monomer.
 Bobot molekul misel bisa didapatkan dari persamaan :

M : Bobot molekul
B : Konstanta interaksi yg
diperoleh dari perpotongan dan
kemiringan plot H (c-c cmc)/(Ʈ-
Ʈcmc) versus (c-c cmc). Jika tidak
ada kemiringan dianggap 0
CONTOH SOAL :
Dengan menggunakan data berikut, hitunglah bobot
molekul misel dimetil alkil amino propana sulfonat yang
merupakan surfaktan zwiter ion yang di teliti oleh Herrmann

Plot terlebih dahulu

M = 60241 g/mol
SIFAT KINETIKA KOLOID

Kinetika koloid digolongkan menjadi beberapa sistem yang


berhubungan denga gerakan partikel :
 Gerakan partikel yang disebabkan oleh panas (Gerak
Brown, Difusi dan Osmosis)
 Gerakan partikel yang disebabkan oleh gravitasi
(sedimentasi)
 Gerak partikel yang diberikan secara eksternal
(viskositas)
 Gerakan partikel yang dipicu secara elektris.
GERAK BROWN

• Gerak acak yang ditemukan oleh Robert Brown(1827)


• Merupakan gerak partikel acak/ tidak beraturan yang
dapat diamati pada partikel-partikel sebesar kira-kira 5
μm.
• Gerak brown merupakan pemboman partikel-partikel
oleh molekul-molekul medium dispersi.
• Tidak dapat dilihat karena molekul tersebut kecil
• Kecepatan partikel meningkat dengan semakin kecilnya
ukuran partikel.
• Viskositas medium dapat diperoleh dengan
menambahkan gliserin untuk menurunkan dan
menghentikan gerak dari partikel.
DIFUSI

• Partikel berdifusi secara spontan dari konsentrasi tinggi


ke konsentrasi rendah. Difusi merupakan hasil langsung
dari gerak brown.
• Berdasarkan hukum Fick I, jumlah zat (dq) yang
berdifusi dalam waktu (dt), melalui bidang seluas (S)
berbanding lurus dengan perubahan konsentrasi (dc),
sesuai dengan jarak yang ditempuh (dx)
TEKANAN OSMOTIK

• Tekanan osmotik (π) larutan koloid encer yang


dijelaskan oleh persamaan Van`t Hoff :
𝜋 𝑅𝑇
=
𝐶𝑔 𝑀
• Untuk koloid dengan viskositas tertentu, semisal untuk
polimer dengan bobot molekul tertentu merupakan
fungsi linier dari Cg. Persamaan menjadi :
𝜋 1
= 𝑅𝑇 ( + 𝐵𝐶𝑔 )
𝐶𝑔 𝑀
R = Konstanta molar gas
T = Suhu absolut
Cg= Gram zat terlarut
M = Bobot molekul
B = Konstanta sistem pelarut
SEDIMENTASI
• Kecepatan sedimentasi (v) partikel bulat mempunyai densitas
(ρ) dalam medium yang memiliki densitas (ρₒ) dan viskositas
(ƞₒ) sesuai persamaan hukum stokes

• Gerak brown cenderung mengimbangi sedimentasi dan


mendorong terjadinya pencampuran akibatnya harus
diberikan gaya yang kuat untuk terjadinya sedimentasi
dengan ultrasentrifugasi.
• Dalam sentrifugasi percepatan gravitasi digantikan oleh ω²x.
ω merupakan kecepatan sudut sama dengan 2π dikalikan
kecepatan perputaran rotor per detik.
CONTOH SOAL
Suatu sentrifugasi berotasi dengan kecepatan 1500 rpm.
Titik tengah sel yang berisi sampel terletak pada 7,5 cm
dari pusat rotor (x = 7,5 cm). Berapakah percepatan sudut
rata-rata (cm/det²) dan bilangan g pada partikel
tersuspensi. Diketahui nilai gravitasi 981 (cm/det²).

Bilangan g = 188,7 g (188,7 kali gravitasi)


VISKOSITAS

• Merupakan tahanan sistem untuk mengalir pada suatu


tekanan yang diberikan. Makin kental cairan makin besar
gaya yang dibutuhkan untuk membuat cairan mengalir.
• Viskositas dispersi koloid dipengaruhi oleh bentuk
partikel fase dispers. Bentuk partikel bulat memiliki
viskositas yang rendah.
• Hubungan bentuk partikel dan viskositas mencerminkan
tingkat solvasi partikel.
• Viskositas lebih lanjut dibahas pada sistem reologi.
SIFAT-SIFAT ELEKTRIS KOLOID

• Sifat koloid dipengaruhi oleh adanya muatan pada


permukaan partikel yang berkaitan dengan fenomena
antarmuka.
• Zeta Potential adalah parameter muatan listrik antara
partikel koloid. Makin tinggi nilai potensial zeta maka
akan semakin mencegah terjadinya flokulasi/ (peristiwa
penggabungan koloid dari yang kecil menjadi besar).
• Potensi zeta menunjukkan tingkatan tolak menolak
antara partikel yang bermuatan sama yang saling
berdekatan.
• Untuk suatu sistem koloid dengan medium dispers air,
potensial zeta dapat dihitung dengan persamaan :
𝜗
ζ ≅ 141 E = kuat medan listrik (volt/cm)
𝐸
𝜗 = kecepatan migrasi partikel (cm/det)
ζ = Zeta potensial (volt)
𝜗
= mobilitas partikel (cm²/volt det)
𝐸
DIAGRAM POTENSIAL vs JARAK SUATU
PARTIKEL
CONTOH SOAL :
Kecepatan migrasi suatu sol koloid feri hidroksida dalam air
ditentukan pada suhu 20 derajat celsius menggunakan alat
zeta meter dan diperoleh hasil sebesar 16,5x10‾⁴ cm/det.
Jarak elektroda dalam sel adalah 20 cm dan gaya gerak
listrik 110 volt.
Berapakah potensial zeta sol tersebut ?

Potensial zeta = 0.042 volt


STABILITAS SISTEM KOLOID
• Stabilitas dapat diperoleh dengan 2 cara :
1. Memberikan muatan listrik pada partikel-partikel terdispersi.
2. Melapisi tiap partikel dengan suatu selubung pelarut
pelindung untuk mencegah saling melekatnya partikel ketika
partikel bertabrakan karena gerak brown.
• Sol liofobik secara termodinamika tidak stabil, partikel hanya
dapat di stabilkan dengan penambahan muatan listrik pada
permukaannya.
• Sol liofilik dan sol gabungan bersifat stabil secara
termodinamika. Penambahan elektrolit dalam jumlah sedang
pada sol tersebut tidak menyebabkan koagulasi seperti pada sol
liofobik. Penambahan dalam jumlah besar dapat terjadi
koagulasi.
SENSITISASI DAN KERJA KOLOID PELINDUNG
 Penambahan koloid hidrofilik/hidrofobik pada koloid hidrofobik
yang mempunyai muatan berlawanan cenderung
mensensitisasi/ mengkoagulasi partikel karena penurunan
zeta potensial.

 Penambahan koloid hidrofil/ liofil dalam jumlah besar akan


menstabilkan koloid tersebut dengan teradsorpsinya hidrofil
pada partikel hidrofob sehingga mampu berperan sebagai
pelindung.

 Sifat pelindung dinyatakan dengan bilangan emas yaitu :


berat minimum jumlah koloid pelindung (mg) yang dibutuhkan
untuk mencegah perubahan warna dari merah menjadi
lembayung dalam 10 ml sol emas pada penambahan 1 ml
NaCl 10%.
Contoh :
Bismut subnitrat disuspensikan dalam dispersi tragakan membentuk
gel yang mengeras dalam dasar wadah hal ini disebabkan oleh
koagulasi gom oleh ion 𝐵𝑖 3+ . Gom yang terflokulasi dan beragregasi
dengan bismut subnitrat membentuk gel keras. Penambahan fosfat/
sitrat/ tartrat melindungi gom dari pengaruh koagulasi ion 𝐵𝑖 3+ ..
PELARUTAN

• Koloid gabungan dalam larutan yaitu kemampuan misel


untuk meningkatkan kelarutan bahan yang susah larut
dalam medium dispersi.
• Molekul yang mengalami pelarutan dalam misel
berhubungan dengan sifat polar dan non polar.
• Molekul non polar dalam media air yang mengandung
zat aktif permukaan ionik akan berada pada inti
hidrokarbon misel.
• Zat terlarut polar akan cenderung teradsorpsi pada
permukaan misel.
MISEL SURFAKTAN NONIONIK : (A). Molekul nonpolar yang terlarut
dalam daerah nonpolar dari misel. (B). Molekul polar sebagian berada
didaerah pusat dan sebagian berada memanjang diluar. (C). Molekul polar
yang berada di luar lapisan ditarik oleh gaya dipolar ke rantai
polioksietilen.
DIAGRAM FASE SISTEM TERNER
(I) Sistem campuran homogen. (II)Sistem membentuk gel. (III) Sistem
larutan jernih. (IV) memisah membentuk 2 lapisan.
APLIKASI KOLOID DALAM
BIDANG FARMASI
• Obat-obat tertentu diketahui memiliki sifat terapetik
meningkat apabila di formulasi dalam bentuk koloid.
• Protein merupakan koloid alami yang penting dalam
tubuh sebagai komponen otot, tulang dan kulit. Protein
plasma da[at meningkatkan aktifitas farmakologis obat
tertentu.
• Koloid juga dapat digunakan sebagai sistem
penghantaran obat yang saat ini di gunakan antara lain :
Hidrogel, mikropartikel, mikroemulsi, liposom, misel,
nanopartikel dan nanokristal.
DISPERSI
KASAR
SUSPENSI

• Merupakan dispersi kasar yang didalamnya terdispersi


partikel padat yang tidak larut dalam medium air.
• Stabilitas suspensi didefinisikan sebagai kondisi saat
partikel-partikel tidak membentuk gumpalan dan tetap
terdistribusi homogen di seluruh sistem dispersi.
• Klasifikasi suspensi
– Suspensi untuk pemberian oral
– Suspensi untuk penggunaan eksternal
– Suspensi untuk injeksi
SIFAT ANTARMUKA PARTIKEL TERSUSPENSI
- Ukuran Partikel Terdispersi Kecil→ Energi Bebas Tinggi
→ Tidak Stabil → Terjadi Penggabungan Kembali
- Partikel dalam suspensi cair cenderung untuk
berflokulasi.
- Flokulat adalah gumpalan yang lunak dan ringan dari
partikel partikel yang bersatu karena gaya van der waals
lemah.
- Aggregat adalah partikel yang melekat pada suatu
lempeng yang padat dengan gaya yang lebih kuat.
- Caking terjadi karena pertumbuhan dan peleburan kristal
bersama- sama dalam endapan membentuk suatu
agregat padat.
• Peningkatan energi bebas permukaan (g) terjadi bila
zat padat dibagi menjadi partikel-partikel yang lebih kecil
sehingga luas permukaan total A meningkat,
digambarkan dengan:

G   SL .A
• SL = Tegangan antar muka antara medium cair dan
partikel padat.
• Supaya suspensi stabil, energi bebas permukaan harus
dikurangi G= 0
Caranya :
1. Pengurangan tegangan permukaan (SL) penambahan
surface active agent (surfactan)
2. Pengurangan luas permukaan partikel → flokulasi/
agregasi
PENGENDAPAN DALAM SUSPENSI
- Stabilitas fisika suspensi terjaga bila partikel tetap
terdistribusi secara merata ke seluruh media.

- Kecepatan pengendapan dinyatakan oleh hukum stokes:

d (  s  o ) g
2

18o

v : Kecepatan pengendapan akhir (cm/detik)


d : Diameter partikel (cm)
ρs dan ρo: Kerapatan dari fase terdispers dan medium pendispers
g : Percepatan karena gravitasi
ηo :Viskositas dari medium pendispers ( poise)
- Hukum stokes berlaku bila konsentrasi fase terdispers ±
2% ( 2 gram zat padat per 100 ml cairan)
→ terjadi pengendapan bebas

- Bila konsentrasi terdispers 5%, 10% atau >, partikel-


partikel saling mempengaruhi ketika terjadi pengendapan
→ pengendapan terhalang (hindered settling)
→ Diencerkan sampai konsentrasi terdispers 0,5- 2%
KECEPATAN PENGENDAPAN DIPENGARUHI OLEH :

 Ukuran partikel terdispers


→ Tentukan pada praformulasi
→ Hindari ukuran partikel terlalu besar atau terlalu kecil.
- Ukuran partikel besar akan cepat mengendap pada
dasar wadah.
- Ukuran partikel kecil akan mudah terbentuk caking
pada dasar wadah

 Viskositas Pendispersi.
Viskositas pada suspensi ditingkatkan dengan
menambah suspending agent. Contoh : Methyl
Cellulose, Carboxymethyl Cellulose, Sodium
Carboxymethyl Cellulose, Acacia, Tragacanth, Bentonith
 Ukuran partikel dapat dikurangi dengan :
- Menggunakan mortir dan stamper pada skala kecil.
- Pada skala besar dengan alat-alat tertentu yang
sesuai

 Density pendispers/pembawa :
Density pendispers pada suspensi dapat ditingkatkan
dengan menambah:
- Polyethylen glycol,
- polyvinyl pyrolidone,
NERNST DAN POTENSIAL ZETA
Perbedaan potensial elektrik antara permukaan partikel
dan media pendispers.
Perbedaan potensial elektrik antara permukaan partikel
dan media pendispers dalam sistem.

Potensial nernst mempunyai sedikit pengaruh pada


formulasi suspensi yang stabil
PENGARUH GERAK BROWN
Gerak brown dapat melawan pengendapan dalam
suspensi.
Terjadi pada :
- Partikel dengan diameter 2 - 5µm
- Kerapatan dan viskositas medium
pendispers tertentu
- Temperatur kamar

Gerak brown dapat dihilangkan bila terdispers


berada dalam larutan gliserin 50% yang
mempunyai viskositas 5 cps
PENGENDAPAN PARTIKEL TERFLOKULASI

Partikel terflokulasi : terikat lemah, mengendap dengan


cepat, tidak membentuk lempengan (cake) dan mudah
untuk disuspensikan kembali

Pada sistem terflokulasi:


- Pengendapan jatuh bersama-sama
- Batas antara endapan dan supernatan jelas
- Cairan diatas endapan jernih
Laju pengendapan ditentukan oleh ukuran flokulat dan
porositas dari massa agregat.
Cara membuat sistem terflokulasi dengan menggunakan :
 Elektrolit → memperkecil barier elektrik, zeta
potensial turun
 Surfaktan
 Polimer → adsorpsi permukaan (terjadi jembatan
antar partikel)
Partikel terdeflokulasi : mengendap perlahan-
lahan,membentuk suatu endapan dimana terjadi agregasi
yang akhirnya membentuk lempengan keras (hard cake)
yang sulit disuspensikan kembali

Pada sistem terdeflokulasi:


- Partikel yang besar mengendap lebih cepat dari pada
partikel kecil
- Tidak ada batas yang jelas antara endapan dan
supernatan
- Cairan berwarna keruh
EVALUASI SUSPENSI
Suspensi dievaluasi dengan menentukan stabilitas fisiknya.
2 parameter yang penting pada evaluasi suspensi adalah :
- Volume sedimentasi
- Derajat flokulasi

VU
F
F : Volume sedimentasi;
VU : Volume akhir endapan

VO V0 : Volume awal suspensi

NILAI VOLUME SEDIMENTASI < 1 - > 1→ VOLUME AKHIR DARI


ENDAPAN < VOLUME AWAL SUSPENSI
DERAJAT FLOKULASI ()

Pada sistem deflokulasi :


V
F  
V0
F : Volume sedimentasi suspensi yang terdeflokulasi
V  : Volume akhir endapan suspensi yang terdeflokulasi

 FF

 : derajat flokulasi

Vu
V0 Vu
 
V0
V
V0

Volume akhir endapan suspensi yang terflokulasi


 = ----------------------------------------------------------
Volume akhir endapan suspensi yang terdeflokulasi
CONTOH SOAL
Hitunglah volume sedimentasi suatu suspensi magnesium
karbonat 5% b/v dalam air. Volume awal V0= 100 ml dan
volume akhir sedimen Vu = 30 ml. Jika derajat flokulasi (β)
adalah 1,3. Berapakah volume sedimentasi terdeflokulasi
(F∞) ?

F∞ = 0,23
FORMULASI SUSPENSI

PEMBASAH PARTIKEL

- Penting dipertimbangkan pada proses pembuatan


suspensi sebab partikel serbuk mengadsorpsi udara
→ sulit terbasahi → mengambang

- Wettability (daya membasahi) dari suatu serbuk


ditentukan dengan mengamati sudut kontak serbuk
dengan cairan.

- Mendekati 90 partikel mengambang. Serbuk yang


sulit terbasahi → hidrofobik
- < 90 partikel serbuk melayang di bawah permukaan
cairan.

- Bahan yang bisa dipakai sebagai pembasah:


surfaktan, gliserin, propilen glikol, alkohol.

ELEKTROLIT
- Bekerja sebagai zat yang memflokulasi dengan
mengurangi barier elektrik antara partiker-partikel
SURFAKTAN

-Digunakan untuk menghasilkan flokulasi dari patikel


yang tersuspensi.

-Surfaktan yang dipakai bisa nonionik maupun ionik

-Konsentrasi yang dipakai merupakan faktor penentu


bisa sebagai pembasah atau pensuspensi
POLIMER

- Merupakan suatu senyawa yang berantai panjang dan


mempunyai bobotmolekul tinggi dan mengandung
gugus –gugus aktif disepanjang rantainya.

- Bekerja sebagai zat pemflokulasi karena sebagian


dari rantai tersebut diadsorpsi pada permukaan
partikel.

- Polimer hidrofilik juga berfungsi sebagai koloid


pelindung.
PERTIMBANGAN REOLOGI

- Zat pensuspensi yang ideal harus bebas


mengalir selama pengocokan, penuangan dan
penyebaran

CARA PEMBUATAN
- Dalam skala kecil dibuat dengan menghaluskan
bahan yang tidak larut dalam mortir, campur
dengan penstabil dispersi, ditambah sisa air.

- Dalam skala besar digunakan alat-alat tertentu

Anda mungkin juga menyukai