Anda di halaman 1dari 48

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PADA FLEBOTOMI

Oleh:
Dr. Muhamad Firman Wahyudi

1
Learning Objective

1. Mengetahui pengertian flebotomi


2. Memahami Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit
3. Memahami Kesehatan dan Keselamatan Kerja
pada flebotomi
4. Memahami cara penanganan K3 pada Flebotomi
2
 Flebotomi : bahasa Yunani, phleb berarti pembuluh darah
vena dan tomia berarti mengiris/memotong (cutting).
 Flebotomis : seorang tenaga medis yang telah mendapat
latihan untuk mengeluarkan dan menampung spesimen
darah dari pembuluh darah vena, arteri atau kapiler (Lavery,
2005).

12/9/2019 3
 Tahun 100 SM dilakukan
oleh dokter-dokter dari Syria
dengan menggunakan lintah

 Lanset digunakan pertama


kali sebelum abad ke 5 SM

 Akhir abad 19, teknologi


mengambil alih peran
“lintah artifisial” sebagai alat
bantu flebotomi
12/9/2019 4
 Lingkungan RS tempat yang berbahaya baik bagi
flebotomis /pasien.
 Faktor biologi (virus, bakteri, jamur, parasit)
 Faktor kimia (antiseptik, reagen, gas anestesi)
 Faktor ergonomi (Iingkungan kerja, cara kerja, dan posisi
kerja yang salah)
 Faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi)
 Faktor psikososial (kerja bergilir, beban kerja, hubungan
sesama pekerja dan atasan) dapat mengakibatkan penyakit
dan kecelakaan akibat kerja.

12/9/2019 5
12/9/2019 6
12/9/2019 7
 Hati-hati dalam membawa bahan biologis seperti darah,
urin dan bahan lainnya yang diambil dari tubuh manusia
 Jarum alat utama yang digunakan flebotomis maka
diperlukan kehati-hatian untuk mengindari kejadian
tertusuk jarum dan terpapar penyakit menular melalui
darah

12/9/2019 8
 800.000-1.000.000 insiden tertusuk jarum telah dilaporkan
di Amerika serikat setiap tahunnya.
 “Pilot Study of Needlestick Prevention Devices”, :
>20 kuman ditularkan melalui jarum suntik. yang paling
serius adalah hepatitis C (HCV), hepatitis B (HBV) dan HIV
 Occupational Safety and Health Admnistration (OSHA):
8.700 tenaga kesehatan tertular HBV, 200 orang berakhir
dengan kematian. sebagian lainnya akan menjadi carrier

12/9/2019 9
12/9/2019 10
 Universal Body Substance Precautions (USBP) sebagai
rujukan standar sistem pencegahan yang direkomendasikan
oleh OSHA, sistem ini mengasumsikan bahwa semua darah
dan bahan tubuh pasien potensial infeksius.
 Sistem UBSP berhasil mengurangi risiko pada petugas
kesehatan

12/9/2019 11
1. Buka-tutup (recapping) jarum menggunakan dua tangan
2. Recapping tabung vakum dan pemegang (holder)
3. Menggunakan kembali torniket dan pemegang tabung
vakum yang mungkin terkontaminasi bakteri dan kadang-
kadang darah
4. Bekerja sendirian dan kurang terlatih, terlebih pada
penderita yang dapat bergerak tiba- tiba dan
mengakibatkan tertusuk jarum.
(WHO, 2010)

12/9/2019 12
 Untuk mengurangi risiko perlu dilatih tentang prosedur
pengumpulan spesimen, prosedur pencegahan dan
pengendalian infeksi.
 Petugas harus menerima pelatihan dan menunjukkan
kemampuan khusus, misalnya: sampling orang dewasa dan
anak-anak dan pengambilan darah vena, arteri dan kapiler.
 Pelatihan rutin internal dan pengawasan harus dilakukan.

12/9/2019 13
 Pralatan pelindung yang digunakan untuk melindungi diri
dari kontaminasi lingkungan.
 Dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Personal
Protective Equipment (PPE).
 Dengan melihat kata "personal" pada kata PPE terebut, maka
setiap peralatan yang dikenakan harus mampu memperoteksi
si pemakainya

12/9/2019 14
 Alat pelindung diri Ini termasuk sarung tangan karet,
kacamata, gaun dan masker wajah.
 Flebotomis harus menggunakan peralatan ini karena sangat
berisiko terpapar darah
 Harus memakai sarung tangan non-steril saat mengambil
darah dan juga harus melakukan hand hygiene sebelum dan
sesudah setiap prosedur pasien, sebelum memakai dan
setelah melepas sarung tangan.
 Sarung tangan non-steril bisa berupa lateks atau bebas lateks,
sarung tangan diganti untuk setiap pasien.

12/9/2019 15
 Masker dan pelindung mata juga diperlukan sebagai
antisipasi terjadi paparan darah, misalnya selama
pengambilan sampel darah arteri (WHO, 2010).

12/9/2019 16
12/9/2019 17
12/9/2019 18
Perangkat pengambilan sampel darah seperti jarum suntik,
syringe, evacuated needle dan tube holder, winged butterfly
harus segera dibuang setelah digunakan sebagai satu
kesatuan dan harus ditempatkan dalam wadah benda tajam
yang tahan bocor, kedap udara yang dapat ditutup, terlihat
jelas dan ditempatkan pada tempat yang terjangkau tangan
petugas kesehatan

12/9/2019 19
12/9/2019 20
 Flebotomis tidak boleh menyentuh kontainer benda tajam
dengan tangan
 bila kontainer sudah ditutup tidak boleh dibuka kembali atau
dipindahkan ke kontainer yang lain.
 Sebanyak 1/3 kasus cedera benda tajam terjadi saat proses
pembuangan sampah medis.
 Cedera tersebut diakibatkan oleh desain yang kurang baik
atau penyimpanan kontainer benda tajam yang tidak benar,
isi kontainer melebihi wadah, dan praktek yang tidak tepat
saat membuang jarum

12/9/2019 21
 Semua fasilitas pelayanan kesehatan harus memiliki
prosedur tetap tentang penanganan kecelakaan tertusuk
jarum dan paparan darah dan cairan tubuh
 Protokol profilaksis pasca paparan juga harus tersedia di
semua area layanan kesehatan dan area flebotomi, harus
terdapat instruksi yang jelas untuk diikuti bila terjadi paparan
secara tidak disengaja terhadap cairan darah atau cairan
tubuh.

12/9/2019 22
Profilaksis pasca paparan HIV :
 Optimal jika dimulai sesegera mungkin, paling lambat 72 jam
setelah terpapar. Baik sumber pasien maupun individu yang
terpapar harus menjalani rapid test
 Profilaksis terapi antiretroviral harus diajukan sesegera
mungkin, idealnya dalam jam pertama, dan tentunya
selambat-lambatnya 72 jam setelah terpapar).

12/9/2019 23
 Apabila terpapar darah pada permukaan kulit atau mukosa,
segera cuci luka dengan sabun dan air, bila terjadi percikan ke
hidung, mulut, atau kulit segera guyur dengan air, irigasi
mata dapat dilakukan dengan air bersih, normal saline, atau
irrigant steril.
 Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa
menggunakan antiseptik atau meremas luka akan
mengurangi risiko penularan patogen darah.

12/9/2019 24
 Dilaporkan dalam sistem yang memungkinkan pengelolaan
medis dan pelacakan individu yang terpapar
 Dilakukan analisis terhadap insiden, untuk dapat
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat dimodifikasi untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
 Pelaporan yang cepat sangat penting karena, dalam beberapa
kasus, perawatan paska paparan mungkin direkomendasikan
dan sebaiknya dimulai sesegera mungkin.
 Diskusikan kemungkinan risiko terkena HBV, HCV, dan HIV
dan perlunya penanganan paska paparan tim kesehatan dan
keselamatan kerja

12/9/2019 25
 Imunisasi hepatitis penting untuk semua orang yang bekerja
di fasilitas kesehatan, khususnya flebotomis.
 1-2 bulan setelah menyelesaikan tiga seri imunisasi, petugas
kesehatan harus diuji untuk memverifikasi seroproteksi.
 Tindak lanjut termasuk pengujian serologi berulang setelah
terpapar pasien positif hepatitis B tidak perlu dilakukan jika
orang yang terpapar diketahui telah merespon vaksin
tersebut. Titer akan menurun seiring berjalannya waktu,
namun orang yang divaksinasi tetap terlindungi (WHO,
2010).

12/9/2019 26
 Prosedur dan pelaksanaan flebotomi yang tepat merupakan
kunci penting untuk menciptakan dan meningkatkan
keselamatan baik bagi pasien dan juga flebotomis.
 Beberapa hal yang penting untuk dilaksanakan pada saat
melakukan flebotomi adalah sebagai berikut:

12/9/2019 27
1. Persiapan alat
 Alat diletakkan di tempat yang aman dan mudah
dijangkau
 Menggunakan tourniquet yang bebas lateks untuk
menghindari alergi pada pasien
 Menggunakan tabung darah plastik agar tidak mudah
pecah dan dapat mengenai pasien.
 Menyiapakan wadah khusus untuk pembuangan jarum

12/9/2019 28
2. identifikasi dan persiapan pasien
 Menggunakan 2 sistem identitas.
 Menayakan secara verbal nama pasien dan tanggal lahir, atau
nama dan nomer rekam medik, serta meminta pasien untuk
mengeja namanya.
 Bandingkan selalu identitas pasien di label sampel dan
lembar pemeriksaan.
 Pemberian label sebaiknya dilakukan saat pengambilan
sampel tepat di sisi pasien untuk rawat inap (bedsite).
 Menanyakan riwayat alergi, riwayat pingsan dan kesediaan
pasien untuk dilakukan flebotomi demi menghindari
kejadian yang tidak diinginkan

12/9/2019 29
3. Cara memilih vena
 Pilih vena yang dapat dilihat dengan jelas untuk dapat
membantu menentukan ukuran jarum yang tepat bagi
pasien.
 Melakukan eksplorasi vena saat jarum di dalam dapat
merusak jaringan sehingga terjadi hematoma, kerusakan
saraf dan kontamnasi sampel oleh jaringan.
 Pilih vena yang tidak bercabang untu mengurangi
komplikasi terjadinya hematoma.
 Hindari vena pada jalur infus cairan (pasien rawat inap)
agar tidak terjadi kesalahan hasil pemeriksaan bagi
pasien
12/9/2019 30
4. Mencuci tangan dan mengganti sarung
tangan setiap kali prosedur
 Desinfeksi dilakukan untuk mengurangi kontaminasi sampel,
khususnya untuk pemeriksaan kultur darah.
 Alkohol lebih disukai daripada povidone iodine sebab darah
yang terkontaminasi iodin menyebabkan kadar kalium, fosfor
dan asam urat meningkat sehingga terjadi kesalahan hasil dan
menyebabkan pemberian terapi yang tidak perlu bagi pasien.
 Biarkan alkohol mengering sebelum dilakukan vena pungsi,
sebab alkohol basah dapat menyebabkan sampel hemolisis.
 Jangan menyentuh bagian yang sudah dibersihkan untuk
menghindari kontaminasi.

12/9/2019 31
5. Pengambilan darah berkaitan dengan
patient safety
 Pilih jarum dengan ukuran sesuaia usia pasien untuk
menghindari komplikasi hematoma, vena kolaps, dan
lain-lain.
 Fiksasi vena dengan memegang lengan pasien dan
letakkan jempol di bawah sisi venapungsi, tujuannya agar
untuk menghindari vena bergeser (khususnya pada orang
tua), mengurangi eksplorasi berlebihan, kerusakan
jaringan dan saraf.
 Memasukkan jarum pada sudut 15-300 dari permukaan
kulit dan posisi jarum harus tepat untuk menghindari
hemolisis.
12/9/2019 32
 Longgarkan ikatan tourniquet setelah darah mengalir ke
tabung dan lepaskan sebelum mencabut jarum.
 Cabut jarum dan tekan bekas tusukan dengan kapas atau
kasa kering dan bersih.
 Minta pasien untuk menekan bekas tusukan dan
mengekstensikan serta mengangkat lengannya

12/9/2019 33
12/9/2019 34
12/9/2019 35
12/9/2019 36
12/9/2019 37
12/9/2019 38
12/9/2019 39
12/9/2019 40
12/9/2019 41
12/9/2019 42
12/9/2019 43
 Flebotomi (phlebotomy) berasal dari kata Yunani phleb dan
tomia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti
mengiris/memotong (cutting). Flebotomis adalah seorang
tenaga medis yang telah mendapat latihan untuk
mengeluarkan dan menampung spesimen darah dari
pembuluh darah vena, arteri atau kapiler.

12/9/2019 44
 Lingkungan RS dapat menjadi tempat yang berbahaya baik
bagi flebotomis maupun bagi pasien. Bahaya-bahaya
potensial di Rumah Sakit dapat disebabkanoleh faktor
biologi, faktor ergonomi, faktor fisik, faktor psikososial dan
dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
 Prosedur dan pelaksanaan flebotomi yang tepat merupakan
kunci penting untuk menciptakan dan meningkatkan
keselamatan baik bagi pasien dan juga flebotomis.

12/9/2019 45
Thank you

12/9/2019 46
12/9/2019 47
12/9/2019 48

Anda mungkin juga menyukai