Anda di halaman 1dari 35

* PAD ad BUERGER

DISEASE
Kelompok V :
Mushadi
Muhammad
Bella suriza
Ozada rasifa
Rima fitriani
*Pengertian
PAD (peripheal arterial diseaase) adalah suatu
gangguan pada pembuluh darah, dimana terdapat
sumbatan pada arteri yang berukuran besar hingga
sedang dan biasanya menyerang tungkai kaki paling
bawah.
Sedangkan penyakit buerger adalah suatu keadaan
dimana arteri serta vena ukuran sedang dan kecil
mengalami inflamasi berulang ( rekuren) terutama pada
entremitas bawah dan atas (jarang) dan juga
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah.
*Etiologi
Penyebab penyakit buerger belum di ketahui,
namun di percaya merupakan suatu vaskulitis
autoimun. Kebanyakan terjadi pada pria 20 dan 35
tahun dan di laporkan pada semua rd di wilayah
dunia. Ada banyak bukti bahwa merokok dapat
merupakan faktor penyebab atau faktor yang
memperberat.
*Manifestasi klinis
1. Nyeri pada anggota tubuh
2. Pelebaran pembuluh darah bali (vena) serta
berwarna agak kemerahan
3. Berkurang suplai darah arteri
4. Kekuatan pada anggota gerak berkurang
5. Rasa kesemutan dan panas pada tangan atau kaki
6. Ada luka pada jari jari
7. Mengenai dua atau lebih anggota tubuh
*
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.K
DENGAN KASUS PAD ad BUERGER DISEASE

IDENTITAS
Nama Paien : Tn.K
Umur : 23 tahun
Suku : Aceh, Indonesia
Agama : Islam
Alamat : simpang kemili
Sumber Biaya :BPJS

Keluhan Utama :
Tn.K mengatakan sakit pada kaki sebelah kiri

Riwayat Penyakit Sekarang :

awalnya pasien telah di lakukan amputasi kaki sebelah kiri pada bulan 10
tahun 2019 di rumah sakit daerah Duta Beru takengon, pasien di rujuk ke RSUDZA
untuk di lakukan tindak lanjut, pasien di recanakan untuk angiografi angroplasty.
1. Riwayat penyakit Dahulu
a. Pernah dirawat : ya
b. Riwayat operasi : ya
c. Jenis operasi : amputasi jari kaki sebelah kanan
d. Perilaku yang mempengaruhi kesehayan : merokok

2. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


a. Tanda tanda vital : TD : 100/700 MMHG , N :80 x/MNT, RR:
20 X/MENIT, S: 36.5 C
Kesadaran delirium
b. Sistem Pernapasan
a. RR : 20 X/MNT
b. keluhan : tidak ada
c. batuk : tidak produktif
d. penggunaaan otot bantu napas : tidak ada
3. Sistem kardiovaskular
a. TD : 100 / 70 MMHG
b. N : 80 X/ MNT
c. Keluhan nyeri dada : tidak ada
d. irama jantung : Reguler
e. Suara jantung : Normal
f. Ictus cordis : tidak tampak
g. CRT : < 2 detik

4. Sistem persyarafan
h. GCS : E4 M6 V5
i. Reflek patologis : babynsky (+)
j. Keluhan pusing : tidak ada
k. Pupil : isokor diameter : 3mm/3mm
l. Sclera : anikterus
m.Konjungtiva : ananemis
n. Istirahat/ tidur : 6-7 jam ( tidak ada gangguan tidur )
*5. Sistem perkemihan
a. Kebersihan genetalia : bersih
b. Sekret : tidak ada
c. Ulkus : tidak ada
d. Kebersihan meutus uretra : bersih
e. Keluhan kencing : tidak ada
f. Kemampuan berkemih : spontan
g. Nyeri tekan : tidak ada
6. Sistem pencernaan
a. TM : 160 BB : 50
b. IMT : 20
c. Mulut : bersih
d. Membran mukosa : lembab
d. nyeri tekan : tidak
e. peristaltik : 20 x/mnt
f. nafsu makan : baik frekuensi : 3x/hari
g. porsi makan : habis keterangan : 150 cc
7. Sistem muskuloskeletal
a. Pergerakan sendi : terbatas
b. Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5530
c. Kelainan ekstermitas : ya
d. Kelainan tulang belakang : tidak
e. Fraktur : tidak
f. Traksi : tidak
g. Kulit : ikterik
h. Turgor : jelek
I . Keluhan nyeri : ada
p : di kaki sebelah kiri
q: seperti di iris
r : hanya di sekitar kaki hingga lutut
s : 6 ( nrs)
t : sering
i. Luka operasi : ada
j. Tgl operasi : keluarga tidak ingat
k. Jenis operasi : amputasi
l. Lokasi : ektremitas bawah
m. Keadaan : compos mentris
* Masalah keperawatan : hambatan mobilitas
fisik
Sistem endokrin

a. luka ganggren : ada


b. Warna : hitam kemerahan
c. Luas luka : 5-6 cm
d. Kuku kaki : di amputasi
e. Jari kaki : di amputasi
f. Jenis luka : basah ( darah bercampur nanah)
Masalah keperawatan ( kerusakan integritas
jaringan )
a. Pemeriksaan laboratorium
* Pemeriksaan penunjang
HEMATOLOGI :
* Heoglobin : 11,3
* Hematokrin : 35
* Eritrosit : 4,5
* Leukosit : 11,4
* Tromobosit : 708
KIMIA KLINIK
* HATI & EMPEDU
* Albumin : 3,31
* GINJAL – HIPERTENSI
* Ureum : 19
* Kreatiin : 0,58
ELEKTROLIT –serum
* Natrium : 141
* Kalium ; 4,7
* Klorida : 105

b. Pemeriksaan radiologi
jenis pemeriksaan : Anggiografi ( tanggal 13 november 2019 )
Hasil pemeriksaan : stenosis a. tabialis anterior dextra
*Terapi

* Cefaroxim 1,5 g/12 jam ( iv)


* Paracetamol 1 g/8 jam (iv)
* Omeprazol 40 g /12 jam (iv)
* Heparin 15.00/12 jm (iv)
* Anatrapin 1g/12 jm (drip)
* Metil prolisolin 125 g/12 jam (iv)
* Analtrapin 1/12 jam (iv)
* ANALISA DATA
DATA MASALAH
Ds : pasien mengatakan kakinya sakit NYERI AKUT
sekali
Do :
• Wajah meringis
• Td : 110/80 mmhg
• N : 80 x/i
• RR : 20 X/i
• T : 36,5
• P : pada kaki sebelah kiri
• Q: rasanya seperti di iris
• R : kaki yang luka hingga lutut
• S : 6 (NRS)
• T : sering
• Luka amputasi pada kaki sebelah
kiri
• k/u lemas
• Pasien tampak melindungi kaki
yang sakit
DATA MASALAH
Ds : pasien mengatakan sebelum Kerusakan integritas jaringan
masuk RSUDZA kakinya sudah di
operasi di rsud duta beru takengon

Do :
• Luka ganggren
• Jenis luka : basah ( darah
bercampur nanah )
• Warna hitam kemerahan
• Kuku kaki tidak ada
• Jari kaki tidak ada
• Telapak kakai ; ½ di amputasi
• Nyeri luka pada kaki
• Jaringan rusak
Data Masalah

Ds : pasien mengatakan kakinyan Hambatan mobilitas fisik


tidak dapat di geser

Do :
• Pergerakan terbatas
• Kekuatan otot :
5555 5555
5555 5530
• Kelainan ektremitas :ya
• Luka operasi : ada
• Jenis operasi : amputasi
• Lokasi : kaki sebelah kiri
RENCANA INTERVENSI

no diagnosa noc nic


1 Nyeri akut Setelah di lakukan 1. Kaji skala nyeri
tindakan 2. Kaji tanda –tanda
keperawatan di vital
harapkan nyeri 3. Anjurkan tekhnik
tidak ada lagi/ manajemen non-
terkontrol dengan farmakologi :
kriteria hasil : • Atur posisi
• Pasien • Pemijatan
mengatakan • Teknik distraksi
nyeri berkurang mendengar
• Ada penurunan murotal
skala nyeri 4. Kolaborasi
• Skala nyeri 0 analgetik
• Tanda –tanda
vital normal
no Diagnosa Noc Nic
2 Kerusakan Setelah di lakukan 1. Monitor
integritas tindakan ekstremitas
jaringan keperawatan di bawah
harapkan terjadi 2. Monitor TTV
perbaikan jaringan 3. Atur posisi
pada pasien dengan 4. Perawatan
kriteria hasil : luka / steril
• Temperatur kulit 5. Perlindungan
sekitar luka luka
dalam rentang 6. Inspeksi luka
normal setiap
• Perfusi jaringan penggatian
adekuat perban
• Integritas kulit
membaik
• Tidak ada
pigmentasi yang
abnormal
No Diagnosa Noc Nic
3 Hambatan Setelah di lakukan 1. Monitor kekuatan
mobilitas tindakan otot
fisik keperawatan di 2. Monitor TTV
harapkan pasien 3. Bantu pasien saat
dapat melakukan ( mobilisasi dan
ADLs) secara bantu pemenuhan
mandiri dengan ADLs pasien
kriteria hasil : 4. Bantu perawatan
• Klien diri pasien
meningkat 5. Anjurkan pasien
dalam aktivitas untuk merubah
fisik posisi dan beri
• Meningkatkan bantu jika di
kekuatan dan perlukan
kemampuan
berpindah
• Memperagakan
alat bantu
untuk
mobilisasi
* IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari Jam Implementasi Jam Evaluasi


/tanggal/shif
t
Kamis /14- 20.10 • Memonitor tanda-tanda vital 20.20 S : pasien mengatakan kakinya sakit sekali karna
10-19 • Mengkaji skala nyeri baru diganti verban
Malam • Mengatur posisi O:
• Kolaborasi analgetik • TD : 120/80 mmhg
• N : 80 X/I
• RR : 20 X/I
• T : 36,6
• Nyeri kaki :
• P: kaki kiri
• Q : rasanya di iris
• R : hanya kaki kiri yang di amputasi hingga
lutut
• S : skalanya nyeri 6 ( NRS )
• T : sering
• Posisi semifowler
• Kaki terbalut verban
• Kaki terbalut verban
• Obat yang di berikan :
• Cefaromix 1,5 g/12 jam (IV)
• Omeprazol 1 g/8 jam (IV)
• Metil prousolon 125 g/12 jam (IV)
• Analtropin 1/12 jam (drip)
• Paracetamol 1 g/8 jm (iv)
A : nyeri akut
P : intervensi di lanjutkan :
• Monitor TTV
• Kaji skala nyeri
• Atur posisi
• Anjurkan pemijatan masase
• Kolaborasi analgetik
Hati/tan Jam Implementasi Jam Evaluasi
ggal/shi
ft
Kamis / 20.20 • Memonitoring 20.25 S:
14-10- ekstremitas bawah • pasien mengatakan saat di gant verban
19/ • Memonitoring TT kakinya sakit sekali
malam • Mengatur posisi • Pasien mengatakan luka kakinya merah
• Membandingkan dan kehitaman dan darah bercampur
mencatat perubahan nanah.
luka O:
• TD : 120x/i
• N : 80 x/i
• RR : 20 X/I
• T : 36,6
• Kaki kiri terbalut verban dan tampak
basah
• Posisi semifowler
• Luka di bersihkan oleh dokter dan di
tutupi dengan verban
• Skala nyeri : 6 (NRS)
A : kerusakan integritas jaringan
P : intervensi di lanjutkan :
• Monitor ekstremitas bawah
• Monitor TTV
• Atur posisi
• Bandingkan dan catat perunaham luka
Hari/tan Jam Implementasi Jam Evaluasi
ggal/
shift
Kamis / 20.15 • Menjaki kekuatan otot 20.20 S:
14-11- • Menkaji tanda-tanda vital • Pasien mengatakan kakinya sebelah kiri
19/ • Membantu pasien dalam sangat sakit
malam pemenuhan ADLs • Pasien mengatkan keluarga yang membantu
iya kekamar mandi
O:
• TD : 120/80 mmhg
• N : 80 x/i
• RR : 20 x/i
• T : 36,6
• k/u lemas
• Kekuatan otot :
5555 5555
5555 5530
• Wajah meringis
• Kaki kiri terbalut verban
• Pasien tampak aktif
• Kesadaran : compos mentris
• GCS : E4 M6 V 5
A: hambatan mobilitas fisik
P : intervensi di lanjutkan
• Monitor kekuatan otot
• Monitor TTV
• Bantu ADLs pasien
Hari/tangg Jam Implementasi Jam Evaluasi
al/shift
Sabtu /16- 14.10 • Memonitoring TTV 14.20 S:
10- • Mengkaji skala nyeri • Pasien mengatakan jika kaki nya tidak di
19/siang • Mengatur posisi yang nyaman brsihkan dan di ganti verban kakiny tidak
• Menganjurkan untuk melakukan terlalu sakit
pemijatan/masase pada tn. K • Paien mengatakan semalam sulit tidur
• Kolaborasi analgetik karena kakinya sakit
O:
• TD : 120/80 mmhg
• N : 80 x/i
• RR : 20 x/i
• T : 36,2
• P : kaki sebelah kiri
• Q : rasa teriris
• R : hanya kaki yang di amputasi
• S : skala nyeri 4 (NRS )
• T : sesekali
• Posisi semifowler
• Kaki terbalut verba
• Verban belum di ganti (yang mengganti
dokter )
• Obat yang di berikan :
• Cefaromix
• Omeprazol
• Paracetamol
• Heparin 1500 yt kr dlam nacl 0,9 %
A : nyeri akut
P : intervensi di lanjutkan :
• Pantau TTV
• Kaji skala nyeri
• Atur posisi nyaman
• Anjurkan keluarga masase
• Anjurkan pasien untuk mendengarkan
murotal jika nyeri dan sulit tdr
• Kolaborasi analgeti
Hari/ Jam Implementasi Jam Evaluasi
tangg
al/shi
ft
Sabtu 14.15 • Memonitoring TTV 14.25 S:
/16- • Memonitoring ekstremitas • Pasien mengatakan tidak mau di
10- bawah ganti verban hari ini
19/si • Mengatur posisi • Pasien mengatakan semalam tidak
ang tidur krna kakinya sakit Ssetelah di
ganti verban kemarin
O:
• TD : 120/80 mmhg
• N : 80 x/i
• RR : 20 x/i
• T : 36,2
• Skala nyeri 4 ( NRS)
• Posisi semifowler
• Kaki kiri tebalut verban dan
tampak basah
• Verban belum di ganti oleh dokter
A : kerusakan integritas jaringan
P : intervensi di lanjutkan :
• Monitor TTV
• Monitor ekstremitas bawah
• atur posisi
Hari/ Jam Implementasi Ja Evaluasi
tangg m
al/shi
ft
Sabtu 14.20 • Memonitor 14. S :pasien mengatakan ibunya
/16- kekuatan otot 31 yang membantu iya kekamar
11- • Memonitor TTV mandi
2019 • Membantu pasien O:
siang memenuhi ADLs • TD : 120/80 mmhg
• N : 80 X/I
• RR : 20 X/I
• T : 36,2
• Kekuatan otot :
5555 5555
5555 5550
• Kaki kiri terbalut verban
• Pasie tampak aktif
• k/u sedang
• Kesadaran : compos mentris
• GCS : E4 M6 V 5
A : hambatan mobilitas fisik
P : intervensi di hentikan
Hari/tang Jam Implementasi Jam Evaluasi
gal/shift
Minggu / 08.20 • Mengkaji tanda-tanda vital 08. S:
17-11- • Mengkaji skala nyeri 35 • Pasien mengatakan sakit kakinya mulai
2019/ • Mengatur posisi berkurang
pagi • Menganjurkan keluarga O:
masase dan mendegarkan • TD : 110/80 mmhg
muratal saat nyeri pada tn.k • N : 80 x/i
• Kolaborasi analgetik • RR : 20 X/I
• T : 36,6
• Nyeri kaki sebelah kiri
• P : kaki kiri
• Q : rasanya di tusuk
• R : hanya kaki yang di di amputasi
• S : skala nyeri 3 ( NRS )
• T : sesekali
• Posisi semifowler
• Kaki terbalut verban perban belum di ganti
oleh dokter
• Obat yang di berkan :
• Ceforomix
• Paracetamol
• Omeprazol
• Cilostazol
• Anatropen
• Clopidogrel
A : nyeri akut
P : inervensi di lanjutkan :
• Pantau ttv
• Kaji skala nyeri
• Atur posisi
• Kkolaborasi analgetik
Hari/ Jam Implementasi Jam Evaluasi
tangg
al/shi
ft
mingg 08 • memonitor TTV 08.4 S: pasien mengatakan verban
u/ 30 • Memonitor 0 belum di ganti
17- ekstemitas bawah O:
11- • Mengatir posisi • TD : 110/80 mmhg
2019 • N : 80 X/I
/ • RR : 20X/I
Pagi • T : 36,6
• Skala nyeri 3 (NRS )
• Posisi semifowler
• Kaki kiri terbalut verban
sedikit kotor
• Verban belum di ganti oleh
dokter
A : kerusakan integritas
jaringan
P : intervensi di lanjutkan
• Monitor TTV
• Monitor ekstremitas bawah
• Mengatur posisi
TERAPI MUROTTAL EFEKTIF
MENURUNKAN TINGKAT NYERI
DIBANDING TERAPI MUSIK PADA
PASIEN PASCA BEDAH
*ABSTRAK
Tindakan pembedahan dapat menimbulkan nyeri dan perubahan tanda-tanda
vital. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbandingan
efektivitas terapi musik dan terapi murottal terhadap penururunan tingkat
nyeri dan kestabilan tanda-tanda vital pada pasien pascabedah. Penelitian
kuasi eksperimen dengan pendekatan Pretest-Posttest Control Group ini
melibatkan 36 responden. Pengukuran tingkat nyeri menggunakan Numerik
Rating Scale. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan antara terapi
murottal dan terapi musik pada penurunan tingkat nyeri. Rerata penurunan
nyeri pada kelompok terapi murottal lebih besar dibandingkan dengan
penurunan nyeri dengan pada kelompok terapi musik. Akan tetapi, penelitian
ini tidak menemukan perbedaan pada kestabilan tanda-tanda vital antara
kelompok yang diberikan terapi murottal dan terapi musik. Terapi murottal
dapat menjadi pertimbangan sebagai terapi non farmakologis untuk
menurunkan tingkat nyeri pada pasien muslim setelah tindakan pembedahan.
* Efektivitas Terapi Murottal terhadap Penurunan Tingkat
Nyeri dan Kestabilan Tanda-Tanda Vital. Faradisi (2012) di
Jawa Tengah menemukan bahwa terapi murottal lebih efektif
dibanding terapi musik dalam menurunkan tingkat kecemasan
pada pasien pra-bedah. Nurliana (2011) pada penelitian di
Medan menemukan bahwa terapi murottal berpengaruh pada
penurunan nyeri pada ibu yang dilakukan tindakan kuret.
Terapi murottal juga berpengaruh besar pada respon nyeri
pada pasien pascabedah hernia di Cilacap (Sodikin, 2012).
Sokeh, Armiyati, dan Chanif (2013) menemukan pengaruh yang
signi-fikan pada rerata intensitas nyeri sebelum dan sesudah
terapi murottal pada pasien yang ter-pasang ventilator
mekanik.
Melalui terapi pembacaan Al Quran terjadi perubahan arus
listrik di otot, perubahan sirkulasi darah, perubahan detak
jantung dan kadar darah pada kulit (Asman, 2008). Perubahan
tersebut menunjukan adanya penurunan ketegangan saraf
reflektif yang mengakibatkan terjadinya vasodi-latasi dan
peningkatan kadar darah dalam kulit, diiringi dengan
penurunan frekuensi detak jantung. Pemberian Terapi bacaan
Al Quran terbukti mengaktifan sel-sel tubuh dengan mengubah
getaran suara menjadi gelombang yang ditangkap oleh tubuh,
menurunkan rangsangan reseptor nyeri sehingga otak
mengeluarkan opioid natural endogen. Opioid ini bersifat
permanen untuk memblokade nociceptor nyeri.
* Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa terapi murottal
lebih efektif menurunkan nyeri diban-dingkan terapi
musik. Ini dapat terjadi karena terapi murottal
membantu individu untuk me-ngembangkan koping
mengatasi nyeri. Koping diperlukan sebagai antisipasi
terhadap kecemasan dan stres akibat kondisi nyeri.
Lantunan ayat Al-Quran mengandung aspek spiritualitas
yang membuat individu mengingat Tuhan sehingga
menimbulkan rasa cinta atau keimanan. Kecintaan
kepada Tuhan ini dapat membangkitkan semangat dalam
mengembangkan koping yang positif untuk menghadapi
nyeri (Qadri, 2003).
*KESIMPULAN
Terapi musik dan terapi murottal memiliki efek
terhadap penurunan tingkat nyeri tetapi tidak
memiliki efek yang signifikan terhadap kestabilan
tanda-tanda vital pada pasien pascabedah.
Terapi murottal memiliki efektivitas lebih baik
di-bandingkan terapi musik terhadap penurunan
tingkat nyeri tetapi tidak memiliki efek terhadap
kestabilan tanda-tanda vital pasien pascabedah
(YS, INR).
TERIMAKA
SI

Anda mungkin juga menyukai