Anda di halaman 1dari 12

APOTE

K
RAKYAT
KELOMPOK 5

 KHOFIFATUR ROHMA (1802050205)


 LINA NURNA KHUMAIRO (1802050194)
 MELANA RINI SUTRA WARNI (1802050241)
ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts
DEFINISI
Apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian,

penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, tetapi tidak melakukan peracikan. Dalam pelayanan
kefarmasian, apotek rakyat harus mengutamakan pelayanan obat generik dan dilarang menyedia
kan narkotika, psikotropika, meracik obat dan menyerahkan obat dalam jumlah yang besar. Serupa
dengan apotek pada umumnya, apotek rakyat harus memiliki 1 orang apoteker sebagai penanggun
g jawab dan dibantu oleh asisten apoteker.
TATA CARA MEMPEROLEH IZIN APOTEK RAKYAT

a. Permohonan Izin Rakyat diajukan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggun
akan contoh Formulir Model APR-1.
b. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah men
eria permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melalukan
pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek untuk melakukan kegiatan.
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-lambatnya 6 (enam) h
ari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mel
aporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir Model APR-2
d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dan 3 tidak dilaksanakan, Apo
teker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Di
nas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi de
ngan menggunakan contoh Formulir Model APR-3
e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan seb
agaimana dimaksud angka 3, atau pernyataan dimaksud angka 4, Kepala Dinas Kesehatan Ka
bupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek dengan menggunakan contoh Form
ulir Model APR-4
f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dima
ksud angka 3 masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan co
ntoh Formulir Model APR-5 terhadap Surat Penundaan sebagai mana dimaksud dalam ayat 6, ap
oteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatn
ya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan.
g.Terhadap permohonan izin Apotek Rakyat yang ternyata tidak memenuhi persyaratan, atau loka
si Apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sete
mpat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Sur
at Penolakan disertai dengan alasan-alasannya dengan menggunakan contoh Formulir Model A
PR-6.
CONTOH KASUS
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pelanggaran praktik kefarmasian dilakukan pengelola
apotek rakyat di beberapa tempat. Selain menjual bebas obat-obatan yang seharusnya memakai
resep dokter, apotek rakyat juga menjadi tempat peredaran obat ilegal. Untuk itu, keberadaan
apotek rakyat diusulkan ditiadakan.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto, Jumat (9/9), mengatakan,
usulan apotek rakyat dibubarkan dan pencabutan peraturan menteri kesehatan (permenkes)
tentang apotek rakyat sudah disampaikan kepada Gubernur DKI Jakarta. ”Usulan pencabutan akan
disampaikan kepada Menteri Kesehatan,” ujarnya.
Usulan pencabutan permenkes itu disebabkan pelaku apotek rakyat melakukan banyak
pelanggaran aturan. Selain menjual bebas obat yang seharusnya menggunakan resep dokter,
ditemukan pula obat kedaluwarsa dan obat ilegal yang dijual.
Apotek rakyat, kata Koesmedi, dulu diadakan karena belum ada sistem Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Karena obat-obatan sudah ada dalam layanan JKN yang dikelola Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, apotek rakyat sebaiknya dihapus.
Saat dihubungi secara terpisah, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang mengatakan, pemerintah sudah merencanakan
penghapusan status apotek rakyat. Selama ini, apotek rakyat diizinkan dan diatur Permenkes
Nomor 284/Menkes/SK/III/2007 tentang Apotek Rakyat.
Nantinya, pemilik apotek rakyat diminta meningkatkan status jadi apotek atau
menurunkan jadi toko obat sesuai ketentuan. Jadi, tempat layanan farmasi yang bisa menjual obat
keras (harus dengan resep dokter) nantinya yang berstatus apotek, tak ada lagi apotek rakyat.
Toko obat hanya boleh menjual obat bebas dan obat bebas terbatas.
”Penghapusan akan diatur dalam permenkes,” ujar Linda. Targetnya, peraturan itu terbit
tahun ini. Perubahan dari apotek rakyat menjadi apotek atau toko obat butuh masa transisi 3-6
bulan.
Pengawasan tak jalan
Menurut Koesmedi, pengawasan perdagangan obat-obatan di apotek rakyat dilakukan
suku dinas kesehatan. Pengawasan mutu dan izin edar dilakukan Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM), sedangkan izin apoteker, administrasi, dan pengadaan ada di dinas kesehatan.
Ia mengingatkan pedagang besar farmasi agar tak asal menjual obat kepada pedagang tak jelas.
Sementara pengelola rumah sakit dan klinik dokter diminta mengadakan obat-obatan
secara benar sesuai permenkes.
Ketua Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka Ridwan mengatakan, pengawasan
obat di apotek rakyat tak berjalan. Sebab, para apoteker tak pernah datang langsung ke apotek
rakyat, tetapi hanya menyuruh orang mengambil honor Rp 250.000 per apotek per bulan.
Dari pemeriksaan polisi pada seorang tersangka peredaran obat kedaluwarsa, pemilik
apotek rakyat di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, terungkap, pengawasan apotek rakyat tak berjalan.
Tersangka membeli jasa apoteker hanya untuk memenuhi syarat legal formal. Apoteker menagih
uang setiap bulan Rp 800.000, tak mengontrol obat yang datang atau disimpan di apotek rakyat,”
kata Kepala Unit II Industri dan Perdagangan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya
Komisaris Wahyu Nugroho.
Sementara Badan Reserse Kriminal Polri mengejar seorang pelaku pembuatan obat ilegal. Pelaku
adalah pemilik pabrik di Balaraja, Tangerang, Banten.
ANALISIS KASUS

Dari hasil analisis kasus tersebut, pemilik terkena pasal tentang penyalahgunaan aturan Apotek
Rakyat, dimana pemilik apotek tidak mempekerjakan seorang apoteker dan hanya menyewa ijazah
seorang apoteker untuk memperoleh izin mendirikan Apotek Rakyat, serta menjual obat-obat
ilegal dan juga obat kedarluwarsa, sementara itu seorang pelaku juga menjadi tersangka
dalam pembuatan obat ilegal.
Selain itu apoteker yang bersangkutan juga bersalah karena memberikan ijazahnya begitu saja,
serta tidak menjalan kewajibanya sebagai seorang apoteker yang seharusnya mengontrol obat
yang datang atau disimpan di Apotek Rakyat.
PASAL & SANKSI
TERKAIT PELANGGARAN
• Pasal 197 Undang-Undang Kesehatan “ Setiap orang dengan sengaja memproduksi atau
Mengedarkan sediaan farmasi atau alat kesehatan yang tidak memiliki ijin edar sebagaimana
dimaksud dalam pasal 106 ayat 1, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan
denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,-.

• Sanksi bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan dalam Pasal 15 UU Perlindungan Konsumen,
berdasarkan Pasal 62 ayat 1 UU Perlindungan Konsumen adalah, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000,-.

• Izin Pendirian Apotek Rakyat diatur dalam PerMenKes RI No.284/MENKES/Per/III/2007 Tentang


Apotek Rakyat. Bagi yang melanggar dapat dikenakan sanksi Tindakan Administratif berupa
teguran lisan, tertulis dan pencabutan izin pendirian.
Setiap pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku dapat dikenakan sanksi ,
baik sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sansksi administrasi yang diberikan
menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 dan
PerMenKes No. 92/MENKES/Per/X/1993 adalah :
 Peringatan secara tertulis kepada Apoteker secara tiga kali berturut-turut dengan
tenggang waktu masing-masing 2 bulan, teguran lisan, pencabutan izin tenaga kese
hatan, dan/atau pencabutan izin/ rekomendasi klinik.

Jika seorang apoteker dengan sengaja maupun tak sengaja melaanggar atau tidak m
ematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima san
ksi dari pemerintah, ikatan atau organisasi profesi farmasi yang menunginya (IAI) da
n mempetanggung jawabkannya kepada Tuhan YME. apabila apoteker melakukan pe
langgran kode etik apoteker, yang bersangkutan dikenakan sanksi organisasi. Sanksi
dapat berupa pembinaan, peringatan, pencabuta keanggotaan sementara, dan penca
utan keanggotaan tetap.

Anda mungkin juga menyukai