Kelompok 4
Herdy Perdana W 101711123006
Kenia Bella Christy 101711123040
Isnan Prasetya 101711123041
Erlita Sandra D P S 101711123049
Rosita Dwi Lufyana 101711123052
Suatu peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan manusia yang disebabkan karena faktor alam,
faktor non alam, dan faktor manusia. Kejadian tersebut
menyebabkan timbulnya korban jiwa, manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
Bencana
• Bencana Alam (Natural Disaster)
Terjadi secara alamiah karena perubahan kondisi alam semesta.
Mis : angin (puting beliung, badai, topan), api (kebakaran dan
letusan gunung api).
• Bencana Non Alam
Disebabkan karena ulah tangan manusia sebagai komponen sosial.
Biasanya berupa kegagalan teknologi, kegagalan dalam segi
modernisasi, epidemic, dan wabah penyakit.
• Bencana Komplek
Terjadi karena adanya perpaduan antara bencana alam dan non alam.
Akibat menimbulkan dampak negatif begi kehidupan masyarakat.
Mis : terjadi polusi lingkungan, epidemi penyakit, kerusakan
ekosistem, dan lain-lain
KLASIFIKASI BENCANA
• Depkes RI, 2010 Arthropoda yang dapat
menularkan, memindahkan dan/atau menjadi
sumber penular penyakit terhadap manusia.
• Dikenal sebagai arthropod borne disease / vector
borne disease.
• Bersifat endemis maupun epidemis dan dapat
menimbulkan bahaya kematian
Vektor
• Vektor nyamuk malaria, demam virus, virus hemorrahagic,
filariasis dan lainya
• Vektor kutu louse epidemic tifus fever dan epidemic
relapsing fever
• Vektor kutu flea penyekit pes dan tifus murin
• Vektor kutu mite scrub tifus dan vecikular ricketsiosis
• Vektor kutu tick spotted fever, epidemic relapsing fever dan
lainya
• Penyakit oleh serangga lain lesmaniasis, barthonellosis oleh
lalat phlebotonus, dan trypanosomiasis oleh lalat tse-tse.
II. CAPLAK
RODENT
KARAKTERISTIK TIKUS GOT TIKUS ATAP TIKUS RUMAH
Penampilan fisik Moncong tumpul, telinga Moncong runcing, telinga Moncong runcing, telinga
dan mata kecil dan mata besar besar dan mata kecil
Berat Dewasa 200 – 500 gram 150 – 250 gram 50 – 150 gram
Panjang Tubuh 19 – 25 cm 15 – 22 cm 6 – 10 cm
Panjang Ekor 15 – 22 cm 18 – 25 cm 7,5 – 10 cm
Warna Coklat tua bagian atas, Coklat muda / abu – abu
Abu kehitam - hitaman
coklat muda di bawah muda
Bentuk Kotoran Kapsul dengan ukuran 2 Ramping panjang 1,2 cm Ujung kotoran runcing,
cm dan ujungnya runcing ukuran 0,3 – 0,6 cm
Usia Hidup 5 – 12 bulan, bahkan
9 – 24 bulan 9 – 12 bulan
hingga 3 tahun
Dewasa dalam 2 – 3 bulan 2 – 3 bulan 1,5 bulan
Jumlah anak/ kelahiran 8 – 12 ekor 6 – 10 ekor 6 – 7 ekor
Kelahiran dalam 1 tahun 7 kali 6 kali 8 – 10 kali
Jangkauan 15 – 30 meter 15 – 30 meter 3 – 6 meter
Bisa Menembus Lubang 1,2 cm 1,2 cm 0,6 cm
Habitat Got / selokan, lubang
Atap, loteng, pohon Gudang, laci, lemari
dalam tanah
PENGENDALIAN TIKUS
• Rat proofing
Pengendalian tikus dengan upaya mencegah lokasi tetap tertutup dari
celah sehingga tikus tidak bisa masuk. Jalan masuk biasanya lewat
bawah pintu yang renggang, lubang pembuangan air yang tidak
tertutup kawat kasa, lewat shaft yang tidak bersekat atau lewat jalur
kabel, dll.
• Rodentkilling (trapping program dan rodenticide
program)
Trapping program merupakan cara untuk mengendalikan tikus dengan
membuat perangkap yang diletakkan ditempat yang biasanya dilewati
tikus sehingga tikus bisa masuk dan terperangkap. Sedangkan,
poisoning programe merupakan pengendalian tikus dengan memberikan
racun pada umpan tikus. Rodenticide program emenggunakan bahan
kimia untuk mengendalikan tikus. Rodentisida yang digunakan
adalah rodentisida antikoagulan.
PENGENDALIAN TIKUS
STUDI KASUS
Cegah Penyebaran Penyakit, Pemerintah Gelar Disinfeksi Vektor di Sulteng
• JPP, JAKARTA - Gempa bumi bermagnitudo 7,4 yang terjadi pada 28
September 2018 lalu di Sulawesi Tengah (Sulteng) memberikan dampak yang
sangat luar biasa. Gempa tidak hanya merusak bangunan, tetapi juga memicu
terjadinya tsunami, longsor, dan likuifaksi.
• Fenomena likuifaksi terjadi di beberapa titik di wilayah Sulteng seperti di
Petobo, Balaroa, Jono Oge, dan Sibalaya. Kesehatan lingkungan terkait wilayah
terdampak likuifaksi pun menjadi salah satu perhatian Pusat Krisis Kementerian
Kesehatan (Kemenkes).
• "Pasca bencana, masyarakat perlu mewaspadai penyebaran penyakit yang
disebarkan oleh vektor atau hewan yang menjadi perantara menularnya
penyakit, seperti nyamuk, lalat, kecoa, dan tikus. Vektor tersebut perlu upaya
disinseksi atau tindakan penyehatan yang bertujuan untuk mengendalikan atau
membunuh vektor perantara penularan," kata Kepala Biro Humas dan Prokol
Pemprov Sulteng M Haris Kariming dalam keterangan tertulisnya yang diterima
di Jakarta, Senin (15/10/2018).
• Haris memastikan bahwa efek cairan disinfektan tidak
berbahaya bagi manusia. Penyemprotan ini bertujuan
untuk upaya pencegahan terhadap penyakit seperti diare,
kolera, malaria, dan demam berdarah.
• Maka itu, pemerintah daerah setempat mengimbau
masyarakat yang berada di luar rumah dan tenda
pengungsian pada saat disinseksi untuk menggunakan
masker penutup hidung dan mulut.
• Selain itu, masyarakat yang berada di luar rumah dan
tenda pengungsian sekitar Balaroa dan Petobo yang
menyaksikan proses penyemprotan untuk berada di radius
200 meter dari titik penyemprotan.
PEMBAHASAN
Faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya risiko penularan penyakit
melalui vektor pada korban bencana diantaranya adalah:
1. Tempat mengungsi yang bersifat sementara menyebabkan higiene domestik kurang
optimum (kurang pedulinya penghuni terhadap sanitasi dasar, kebersihan tempat
tidur, tergenangnya air limbah dan lain-lain)
2. Peningkatan pemajanan kepada vektor (antara lain karena kondisi tempat bernaung
sementara yang tidak melindungi pemukim dari vektor, tidak tersedianya kelambu)
3. Peningkatan pemajanan kepada sumber agen penyakit yang ditularkan vektor karena
kesesakan (overcrowding)
4. Bertambahnya dan tersedianya tempat perindukan serta istirahat vektor (misalnya
genangan air, kaleng-kaleng berisi air, tempat-tempat penyimpanan air, tempat-
tempat bersarangnya binantang pengerat, kutu, dan lain-lain)
5. Tersedianya sumber-sumber makanan dan sisa makanan yang menarik bagi vektor
6. Terputusnya upaya pemberantasan vektor
7. Hilangnya akses pengobatan efektif untuk penyakit yang ditularkan vektor (karena
pusat - pusat pengobatan tidak berfungsi atau terbebani kapasitasnya dan lain-lain)
Salah satu pengendalian vektor yang dapat dilakukan pada saat keadaan darurat
adalah:
1. Pencegahan gigitan nyamuk
Pada bencana di Sulteng, pemerintah telah melakukan pengendalian vektor untuk
mencegah penularan penyakit dengan penyemprotan dan pengasapan cairan
disinfektan dengan menggunakan bantuan helikopter. Pengendalian dengan
penyemprotan dan pengasapan cairan desinfektan ini merupakan salah satu
pengendalian untuk mencegah terjadinya perkembangbiakan vektor dan memutuskan
rantai penularan. Cara lain yang dapat diterapkan di tempat pengungsian antara lain
pemberian lotion anti nyamuk dan pemasangan kelambu pada tiap tempat / tenda
pengungsian
2. Pengelolaan lingkungan
Pada kasus tidak dijelaskan bagaimana cara mereka untuk mengelola lingkungan
dalam upaya pengendalian penyakit yang disebabkan oleh vektor dan rodent. Tetapi
yang pasti salah satu upaya yan dapat diterapkan dalam kondisi bencana adalah
menjaga kebersihan di tempat pengungsian dan menutup tempat penampungan air
yang tersedia.
3. Pengobatan penderita
Pada kasus juga tidak dijelaskan bagaimana cara untuk mengobati penderita yang
telah terinfeksi penyakit. Tetapi hal yang pasti diusahakan adalah pemberian
penanganan medis yang dilakukan oleh tim kesehatan di lokasi pengungsian berupa
pemberian terapi cairan, obat – obatan dan diit yang sesuai.
Kesimpulan
Bencana adalah suatu peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
manusia yang disebabkan karena faktor alam, faktor non alam, dan faktor manusia.
Penyakit terkait vector yang paling mudah menimbulkan bencana seperti Kejadian
Luar Biasa (KLB) adalah campak dan malaria. Virus campak gampang menular pada
kondisi pengungsian yang padat dan lingkungan jelek, serta malaria merupakan
ancaman karena pengungsi tidur di luar rumah tanpa perlindungan terhadap gigitan
nyamuk. Patut diperhitungkan juga ancaman tambahan, jika musim hujan akan segera
tiba. Ada beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya risiko penularan penyakit
melalui vektor pada korban bencana. Salah satu pengendalian vektor yang dapat
dilakukan pada saat keadaan darurat adalah dengan pencegahan gigitan nyamuk,
Pengelolaan lingkungan, dan Pengobatan penderita
TERIMAKASIH