Anda di halaman 1dari 17

INVESTIGASI KASUS KERACUNAN

MAKANAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

AULIA RUNISA (P23133117047)


HENY SULISTIYOWATI (P23133117052)
LUTHFIKAR IRHAMNA (P23133117077)
REZI NURHALIZA (P23133117061)
SALSA PUTRI VARASINTA (P23133117065)
A. DEFINISI INVESTIGASI DAN KERACUNAN MAKANAN

Investigasi adalah upaya penelitian, penyelidikan, pengumpulan


data, informasi dan temuan lainnya untuk mengetahui kebenaran
atau fakta yang kemudian menyajikan kesimpulan atas rangkaian
temuan dan susunan kejadian

keracunan makanan, disebabkan karena akibat masuknya toksin ke


dalam tubuh manusia yang dihasilkan oleh mikroorganisme, misalnya
toksin Clostridium botulinum, alfa toksin dan lain sebagainya.
B. PROSEDUR PENYELIDIKAN KERACUNAN
KARENA MAKANAN

 Jika terjadi kasus diakibatkan oleh makanan, maka sebagai


petugas sanitasi harus melakukan penyelidikan atau investigasi
terhadap kejadian tersebut, langkah-langkah investigasi adalah :
a) Bila terjadi kasus diare yang dilaporkan oleh pusat layanan
kesehatan/ puskesmas/ RS/ institusi ataupun perorangan,
umumnya Salmonellosis yang pertama-tama disangka.
b) Lakukan wawancara terhadap semua kasus tersangka serta
mencari informasi bila ada kasus yang tidak dilaporkan.
c) Kemudian temukan rata-rata waktu mulainya gejala (onset time)
yaitu 12-14 jam atau rata-rata 18 jam untuk masa inkubasi
Salmonella, sehingga didapat jam berapa makanan yang
terinfeksi dimakan.
d) Melakukan wawancara terhadap pasien dan orang-orang yang
makan pada jam yang diperkirakan tersebut, jenis makanannya
dan tempat makan.
e) Lalu dihitung persentase orang yang sakit yang makan makanan
yang dihidangkan pada jam tersebut, dibandingkan dengan
persentase orang yang sakit tetapi tidak makan makanan
tersebut.
Persentase yang tinggi dari dari orang yang sakit akan dijumpai
pada orang yang makan makanan yang terinfeksi, dan
persentase yang rendah (bila ada) akan dijumpai pada orang-
orang yang tidak makan makanan yang terinfeksi.
f) Jika tidak ditemukan tempat makan yang umum pada jam yang
diperkirakan, maka dicoba mencari tempat umum lainnya atau
data dari pasien, apakah mereka memiliki kesamaan tempat
makan, misalnya pada sebuah pesta, hajatan, dan perusahaan.
g) Setelah didapat sumber makanan yang terkontaminasi maka perlu
dijajaki dan diselidiki bagaimana makanan tersebut dapat
terkontaminasi, sehingga dapat mencegah kejadian berikutnya
ataupun dapat menjadi suatu kajian apakah penyelenggaraan
makanan tersebut dapat diberikan atau diperpanjang ijin laik
sehatnya.
h) Diagnosa hasil Salmonella atau bakteri lainnya harus dibuktikan
dengan pemeriksaan laboratorium terhadap sampel makanan
atau muntahan dan sampel klinik lain dari penderita.
Makanan disebut sebagai sumber infeksi bila cukup mengandung
organisme infeksius yang menyebabkan manusia sakit, makanan hanya
dapat menjadi sumber infeksi bila :

a) Vulnarable (dapat menyebabkan pertumbuhan organisme infeksius)


b) Terkontaminasi (organisme infeksius ditemukan didalamnya dan
dalam jumlah yang cukup sesuai dengan patogenitasnya)
c) Temperatur yang cocok (untuk pertumbuhan organisme infeksius
tersebut)
d) Waktu waktu yang kuat (dari mulai makanan terkontaminasi sampai
dimakan) untuk pertumbuhan organisme menjadi infektif.

Contoh, bagi salmonella makanan yang vulnerable adalah makanan


yang mengandung air/aw dan protei tingg; temperatur yang cocok untuk
pertumbuhan salmonella antara 10-45 ºC; waktu yang adekuat bagi
salmonella untuk berkembang baik cukup dalam waktu 4 jam.
C. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA HASIL
PENYELIDIKAN KASUS KERACUNAN KARENA
MAKANAN
Dari data hasil penyelidikan terhadap pasien sakit ataupun orang yang makan
makanan terduga terkontaminasi, maka data diolah dengan cara:
a) Membuat tabel ringkasan/summary table
b) Membuat attack rate table
c) Menghitung selisih persentase antara orang yang makan dan tidak makan
makanan vulnarable

Contoh kasus
SRAGEN – Puluhan warga RT 013 dan 015, Dukuh Kembangan, Desa Mojorego,
Sragen, Senin (8/10/2012), diduga mengalami keracunan setelah menyantap nasi
urap ( gudangan ) untuk acara syukuran dirumah salah satu seorang warga.
Keracunan itu dialami 5 warga dari 10 yang terpapar, 3 warga diantaranya harus
mendapat perawatan intensif di Puskesmas Kedawung I dan 2 warga lain dirawat
di Puskesmas Sambirejo.
1. Dilakukan wawancara terhadap semua tamu dan diambil sampel
makanan untuk diperiksa ke laboratorium
2. Hasil wawancara

Nama tamu Jenis Makanan Tanggal dan Tanggal dan jam timbulnya
sakit/ sick Nasi Putih sayuran Telur rebus jam makan gejala

S1 V X V 8/10 15.00 8/10 19.00

S2 V V V 8/10 15.00 8/10 19.00

S3 V X V 8/10 16.00 8/10 20.00

S4 V V X 8/10 15.00 8/10 19.00

S5 X V X 8/10 16.00 8/10 20.00


Nama tamu Jenis Makanan Tanggal dan Tanggal dan jam timbulnya
sehat/ well Nasi Putih sayuran Telur rebus jam makan gejala

W1 V V X 8/10 14.00

W2 V V X 8/10 13.30

W3 V V X 8/10 13.00

W4 X V V 8/10 15.00

W5 V V x 8/10 13.00

Keterangan: V= Makan; X= tidak makan

Dari data di atas diketahui bahwa sebagian besar gejala timbul pada jam 19.00 –
20.00, jika diduga masa inkubasi dari bakteri Staphylococcus aureus adalah 4-6 jam,
maka waktu makan yang saat itu terdapat makanan vulnarable yang
menyebabkan keracunan adalah 19.00 (8/10) – 4 jam = 15.00 (8/10)
Orang yang makan makanan vulnarable Orang yang tidak makan makanan vulnarable

Makanan
Vulnarable Sakit Sehat Total Attack rate (%) Sakit Sehat Total Attack rate (%)

Nasi Putih 4 4 8 4/8x100= 50 1 1 2 1/2x100= 50

Sayuran
3 5 8 3/8x100= 37.5 2 0 2 2/2x100= 100

Telur rebus 3 1 4 3/4x100= 75 2 4 6 2/6x100= 33.3

Jumlah total antara orang yang makan dan tidak makan harus sama dengan jumlah responden,
misalnya pada nasi putih orang yang makan 8, tidak makan 2 sehingga total adalah 10 orang.

Menemukan makanan yang diduga sebagai sumber keracunan hitung selisih attack rate antara
orang yang makan dan tidak makan makanan vulnarable:
AR Nasi Putih = 50% - 50% = 0
AR Sayuran = 37.5% - 100% = -62.5%
AR Telur Rebus = 75% - 33.3% = 41.7%

Makanan yang diduga sebagai sumber keracunan adalah telur rebus, karena terdapat selisih
terbesar antara orang makan dan tidak makan makanan vulnarable
Dalam menentukan mikroorganisme penyebab keracunan maka perlu
diperhatikan gejala yang muncul dan dirasakan oleh penderita, masa
inkubasi dengan menghitung onset time, dan jenis makanan yang
diduga sebagai sumber kontaminasi.
D. PENANGGULANGAN KERACUNAN
KARENA MAKANAN

 Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah teriadinya keracunan pangan


akibat bakteri patogen adalah:
a) Mencuci tangan sebelum dan seielah menangani atau mengolah pangan
b) Mencuci tangan setelah menggunakan toilet
c) Mencuci dan membersihkan peralatan masak serta perlengkapan makan sebelum
dan setelah digunakan
d) Menjaga area dapur/tempat mengolah pangan dari serangga dan hewan lainnya
e) Tidak meletakan pangan matang pada wadah yang sama dengan
bahan pangan mentah untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang
f) Tidak mengkonsumsi pangan yang telah kadaiuwarsa aiau pangan
dalam kaleng yang kalengnya telah rusak alau menggembung
g) Tidak mengkonsumsi pangan yang telah berbau dan rasanya tidak
enak.
h) Tidak memberikan madu pada anak yang berusia di bawah satu tahun
untuk mencegah terjadinya keracunan akibat toksin dan bakteri
Clostridium botulinum.
i) Mengkonsumsi air yang lelah didihkan.
j) Memasak pangan sampai matang sempurna agar sebagian besar
bakteri dapat terbunuh
k) Proses pemanasan harus dilakukan sampai suhu di bagian pusat
pangan mencapai suhu aman (>70°C) selama minimal 20 menit
l) Menyimpan segera semua pangan yang cepai rusak dalam lemari
pendingin sebaiknya suhu penyimpanan di bawah 5°C.
m) Tidak membiarkan pangan matang pada suhu ruang lebih dan 2 jam.
karena mikroba dapat berkembang biak dengan cepat pada suhu
ruang
n) Mempertahankan suhu pangan matang lebih dan 60°C sebeium
disajikan. Dengan meniaga suhu di bawah 5°C atau di atas 60°C
pertumbuhan mikroba akan Iebih Iambat atau terhenti
o) Menyimpan produk pangan yang harus disimpan dingin seperti susu
pasteurisasi, keju, sosis,dan sari buah dalam lemari pendingin
p) Menyimpan produk pangan olahan beku seperti nugget es krim, ayam
goreng tepung beku.dll dalam freezer
q) Menyimpan pangan yang tidak habis dimakan dalam lemari
pendingin.
r) Tidak membiarkan pangan beku mencair pada suhu ruang.
s) Membersihkan dan mencuci buah-buahan serta sayuran sebelum
digunakan. terutama yang dikonsumsi mentah.
DAFTAR PUSTAKA
 Buku Ajar Kesehatan Lingkungan Penyehatan Makanan dan
Minuman B
 http://sarmilahkesling.com/2015/07/tugas-klb-di-sragen-
2012perhitungan.html?m=1
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai