Anda di halaman 1dari 45

Dengue Shock Syndrome

pada Anak
dr. Yowendru
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menjalani Program Dokter Internsip
Indonesia
RSUD Sejiran Setason
Bangka Barat
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN

 Nama : An. AA  Caretaker : Ibu Kandung


 No. Rekam Medis : 087044  Kebangsaan : Indonesia

 Jenis Kelamin : Laki-laki  Alloanamnesis : Ibu Pasien

 Usia
 Tanggal Masuk : 06 Mei 2017
:9
tahun  Tanggal Pemeriksaan : 06 Mei 2017
 Berat Badan : 21 kg  Ruangan : IGD RSUD
Sejiran Setason
 Alamat : Tuik,
 Jaminan : Jamkesda
Kelapa
ALLOANAMNESA
Keluhan Utama
Demam ± sejak 5 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang


 Pasien datang dari rujukan Puskesmas Kelapa dengan demam ± sejak 5 hari yang
lalu. Ibu pasien mengaku demam terus-menerus sepanjang hari dan hanya turun
sementara dengan minum obat paracetamol sirup. Demam semakin hari semakin
memberat. Ibu pasien menyangkal demam disertai menggigil.
 Keluhan lain berupa mimisan dan gusi berdarah sejak 1 hari yang lalu. Kadang
disertai muntah yang berisi cairan dan sedikit darah. Ibu pasien juga mengaku BAB
pasien warna kehitaman dan BAK jarang. Pasien mengeluh mual (+), tidak nafsu
makan, badan terasa lemas dan nyeri kepala. Nyeri perut bagian ulu hati disangkal
oleh pasien. Ibu mengaku tidak pernah terjadi kejang selama demam. Pasien sudah
dibawa berobat ke dokter namun belum ada perbaikan. Kemudian dirawat di
Puskesmas Kelapa dan diagnosis DBD + Anemia Berat sebelum di rujuk ke RSUD
Sejiran Setason.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU DAN
KELUARGA
 Riwayat keluhan serupa  Ibu pasien mengaku tidak
disangkal ada anggota keluarga
 Riwayat anemia disangkal ataupun tetangga yang
mengalami keluhan serupa.
 Riwayat BAB warna
kehitaman disangkal
 Riwayat alergi dan asma
disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran Compos Mentis, E4M6V5
Appearance Tampak sakit berat
Tekanan Darah 80/60 mmHg
HR 150 x/menit, regular, isi cukup
RR 24 x/menit, reguler
Suhu 36,6 °C
Kepala Normosefal, tidak ada deformitas, rambut normal
Mata CA +/+, SI -/-, pupil isokor, 2 mm, refleks cahaya +/+
Hidung Epistaksis anterior (+), tidak aktif
Mulut mukosa kering, oral trush (-), perdarahan pada gusi (+)
Telinga Sekret (-), cairan (-)
Leher Teraba pembesaran KGB
Paru-Paru pergerakan dada simetris statis dan dinamis, retraksi suprasternal dan interkostal (-),
sonor +/+, vesikular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung Bunyi jantung I-II normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen  Abdomen datar, lemas, nyeri tekan tidak ada, bising usus (+)
 Hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae, tepi tumpul
 Lien tidak teraba membesar

Genital Tidak ada kelainan


Anus Tidak ada kelainan
Extremitas Akral dingin, CRT > 2 detik, pitting edema -/-
Kulit Kuning langsat, pucat (+), sianosis (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Darah rutin

Hemoglobin 3,8 g/dL

Leukosit 6.400/mm3

Eritrosit 2,03 juta/mm3

Trombosit 6.000/mm3

Hematokrit 40,6%
DAFTAR MASALAH

 DBD grade IV
 Anemia Berat
 Susp. DIC
RENCANA PENATALAKSANAAN

 IVFD RL 20 mL/kgBB/secukupnya (2 kali)


 IVFD Gelofusin 210 mL/jam, dilanjutkan dengan IVFD RL
210 mL/jam
 Injeksi Ranitidin 2 x 20 mg IV
 Injeksi Asam Traneksamat 3 x 200 mg IV
 Paracetamol Sirup 6 x 2 cth
 Pro transfusi FFP 100 mL/secukupnya, dilanjutkan PRC 100
mL/3 jam
 Monitor Urin per 24 jam
 Observasi TTV per 4 jam
PROGNOSIS

 Quo ad vitam : dubia ad malam


 Quo ad fucntionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
LATAR BELAKANG
 Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut
yang disebabkan oleh infeksi virus dengue (Arbovirus) dan
ditransmisi melalui nyamuk Aedes
 Pada tujuh tahun terakhir (2008-2010) jumlah rata-rata
kasus dilaporkan sebanyak 150.822 kasus dengan rata-rata
kematian 1.321 kematian
 Kasus DBD tahun 2011 sampai dengan Juni 2011
dilaporkan sebanyak 16.612 orang dengan kematian
sebanyak 142 orang
 Proporsi penderita DBD pada perempuan sebesar 50,33%
dan laki-laki sebesar 49,67%
 RPJMN 2014  IR DBD 51/100.000 penduduk serta ABJ
sebesar 95%
EPIDEMIOLOGI
Area endemic
 Asia Tenggara, Pasifik barat, America, Timur Tengah dan Afrika
 Penyebaran dengue tergantung pada perluasan distribusi geografis 4 virus
dengue dan vector

Infeksi dengue
 Lebih dari 50 juta infeksi dengue yang terjadi setiap tahunnya
 Telah meningkat 30 kali lipat selama 50 tahun terakhir
 Merupakan penyakit virus dengan penularan melalui nyamuk yang
menyebar paling cepat
 Lebih sering berkembang menjadi berat pada anak-anak, sekitar 27% - 56%
kasus diperlukan rawat inap
 Insidens global meningkat dari 8,3 juta kasus (1990) menjadi 58,4 juta kasus
(2013), estimasi rata-rata 9.221 kematian setiap tahunnya
EPIDEMIOLOGI
Faktor Risiko
 Orang yang tinggal atau berpergian ke daerah tropis dan subtropics,
terutama daerah pedesaan
 Anak dengan usia 5 – 10 bulan dikaitkan dengan peningkatan risiko
untuk menjadi DBD atau DSS
 Infeksi dengue sekunder dengan serotipe yang berbeda
 Usia muda, infeksi sekunder, jenis kelamin wanita dan infeksi dengan
serotipe dengue 2 merupakan faktor risiko untuk menjadi DSS
 Usia > 40 tahun, infeksi sekunder, diabetes mellitus, letargi,
pembesaran kandung empedu, dan keterlambatan rawat inap
dikaitkan dengan berkembang menjadi DBD
 Diabetes mellitus merupakan faktor risiko untuk DBD / DSS pada
Kuba, Brasil, Singapore, dan Taiwan
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Patogen
 Merupakan virus RNA dengan anggota dari Flaviviridae family, genus
Flavivirus. Terdapat 4 jenis serotipe
 dengue virus tipe 1 (DENV-1)
 dengue virus tipe 2 (DENV-2) dikaitkan dengan penyakit yang lebih berat
 dengue virus tipe 3 (DENV-3)
 dengue virus tipe 4 (DENV-4)
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Transmisi
 Nyamuk adalah vektor utama dalam transmisi.
 Aedes aegypti, spesies utama dalam transmisi virus dengue
 Aedes albopictus
 Aedes polynesiensis
 Aedes scutellaris
 Manusia adalah satu-satunya hospes reservoir yang diketahui.
Berbagai primata dapat terinfeksi meskipun peran mereka dalam
transmisi masih tidak terbukti
 Penularan vertikal dari dengue jarang terjadi
 Penularan melalui paparan darah yang terinfeksi dan
transplantasi jarang terjadi namun pernah dilaporkan
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Patogenesis
 Virus menginfeksi sel dendritik pada kulit, kemudian menyebar melalui
pembuluh limfe
 Replikasi virus terjadi pada sel fagosit mononuklear
 Setelah itu virus menyebar secara hematogen
 Replikasi virus yang lebih lanjut terjadi pada sel Kupffer dan makrofag
lainnya
 Hepatosit hanya terinfeksi pada kasus berat
 Faktor yang mengarah kepada penyakit lebih berat
 Beragam virulensi dari rantai dengue dan genotipe yang berbeda. Infeksi
DENV-2 dan DENV-3 lebih berat, sedangkan infeksi DENV-1 dan DENV-4 lebih
ringan
 Respon imun terhadap infeksi sekunder mungkin lebih banyak pro-inflamasi
dibandingkan dengan infeksi pertama
 Faktor genetik hospes
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Respon imun
 Pada pasien dengan infeksi primer, antibodi IgM lebih dulu muncul
 IgM dapat dideteksi pada 50% pasien dengan onset penyakit 3-5 hari.
99% pada pasien dengan onset hari ke-10
 Puncaknya 14 hari setelah onset gejala dan menurun hingga tidak
terdeteksi lagi pada 2 – 3 bulan
 Kemudian antibodi IgG dapat dideteksi pada 7 hari setelah onset dan
kemungkinan masih dapat dideteksi untuk seumur hidup
 Selama infeksi sekunder, IgG dapat dideteksi dalam kadar yang tinggi
meski pada fase akut, sementara IgM secara signifikan lebih rendah
disbanding infeksi primer
 Infeksi primer menginduksi imunitas seumur hidup pada serotipe yang
menginfeksi dan mencegah penyakit klinis akibat serotipe lainnya
selama 2 – 3 bulan
RIWAYAT DAN PEMERIKSAAN FISIK

Gejala warning signs yang akan


Gejala dari probable dengue berkembang menjadi dengue berat:
adalah:  Nyeri abdomen
 Demam (biasanya 4 sampai 10  Muntah persisten
hari setelah terpapar)  Perdarahan mukosa (hidung dan
 Mual muntah gusi)
 Ruam (biasanya dimulai secara  Letargi atau gelisah
generalisata atau ruam
kemerahan, kemudian diikuti
ruam makulopapular atau erupsi Gejala dari dengue berat:
morbiloformis)  Distres nafas
 Nyeri pada otot dan sendi.  Perdarahan hebat
 Gejala dari kerusakan organ
 Gejala dari syok
RIWAYAT DAN PEMERIKSAAN FISIK

Riwayat penyakit sekarang


 Tinggal atau travel ke daerah endemik dalam 14 hari terakhir
 Terpapar dengan orang yang diketahui jelas dengue
 Onset demam
 Warning signs:
 Status hidrasi
 Oral intake
 Urine output
 Muntah dan diare
 Perubahan mental status
RIWAYAT DAN PEMERIKSAAN FISIK
 Masa inkubasi 4 sampai 10 hari  Dapat disertai:
(tanpa gejala)  Nyeri tenggorokan
 Fase febris  hari ke-2 sampai  Injeksi konjungtiva
ke-7 (sulit untuk dibedakan  Nyeri abdomen
dengan febris nondengue)  Letargi atau gelisah
 Demam tinggi mendadak  Kejang demam pada anak
 Mual atau muntah  Gejala perdarahan dapat terjadi
 Anoreksia pada fase ini, antara lain:
 Ruam kemerahan  Mimisan
 Perdarahan gusi
 Kemerahan pada muka
 Petechiae
 Nyeri pada tubuh
 Perdarahan berat (tidak umum
 Myalgia dan arthralgia pada fase ini) seperti perdarahan
pervaginam dan perdarahan
 Nyeri kepala
gastrointestinal
RIWAYAT DAN PEMERIKSAAN FISIK

 Fase kritis  terjadi pada hari  Fase pemulihan  terjadi


ke-3 sampai ke-7 penyakit setelah resolusi dari fase kritis
 Demam menurun ≤ 37,5 – 38°C  Ditandai dengan penyerapan
 Bertahan selama 24 – 48 jam kembali cairan dari jaringan
ekstravaskuler
 Stadium dimana kebocoran
plasma, kerusakan organ,  Perbaikan dari gejala
perdarahan hebat dan syok
 Pruritus mungkin dapat
dapat terjadi
muncul
 Gejala dapat disertai:
 Distres nafas dapat terjadi
 Distres nafas
karena edema paru atau
 Penurunan kesadaran gagal jantung jika pemberian
 Perdarahan pervaginal cairan berlebihan selama fase
kritis
 Hematemesis atau melena
RIWAYAT DAN PEMERIKSAAN FISIK

Riwayat pengobatan Riwayat sosial


 Tinggal atau travel ke daerah
sedang konsumsi obat-
endemis dalam 14 hari terakhir
obatan yang dapat
 Riwayat dengue pada keluarga
menyebabkan peningkatan
atau tetangga
risiko perdarahan seperti
 Faktor dimana penyakit lain
 Asipirin harus dipertimbangkan:
 Ibuprofen  Menjelajahi hutan
 Hubungan seks yang tidak
 Kortikosteroid terproteksi (pertimbangkan
infeksi HIV akut)
 Penyalahgunaan obat-obatan
(pertimbangkan infeksi HIV akut)
RIWAYAT DAN PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik secara umum: tanda-tanda
syok

Syok terkompensasi Syok hipotensif

 Takikardi  Takikardi berat atau bradikardi jika


telah syok
 Nadi lemah  Nadi lemah atau tidak teraba
 CRT > 2 detik  CRT yang sangat lambat
 Ekstremitas dingin  Ekstremitas dingin dan basah
 Takipnea  Nafas Kussmaul (nafas dalam dan
cepat, sering dijumpai pada
 Tekanan nadi menyempit (< asidosis metabolik terkompensasi)
20 mmHg)  Hipotensi atau tekanan nadi
menyempit (< 20 mmHg)
RIWAYAT DAN PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik
Kulit THT-KL
 Ruam:  Epistaksis atau perdarahan gusi
 Ruam pertama muncul pada 50% - 82% pasien dapat terjadi pada infeksi
dengan demam dengue
dengue2
 Ruam pertama adalah kemerahan pada muka, muncul
sebelum atau pada saat gejala lain mulai timbul  Inflamasi pada faring2
 Lesi makulopapular atau ruam morbiliformis, 3 – 6 hari  Dapat mempengaruhi retina
setelah onset demam
seperti perdarahan retina, cotton
 Dapat menyatu hingga eritema generalisata wool spots dan foveolitis.26
dengan beberapa area kulit yang tidak terkena
(“white islands in a sea of red”)
 Dari punggung tangan dan kaki hingga menyebar
ke tubuh Paru: periksa efusi pleura atau
 16% - 28% kasus disertai gatal
distres nafas.2
 Bertahan hingga beberapa hari dan hilang tanpa  
adanya deskuamasi
Abdomen: nyeri tekan pada perut,
 Jaundice dapat timbul pada dengue berat
hepatomegali dan asites
 Dapat disertai petekie (pertimbangkan tes tourniquet jika
belum terdapat petekie)
DIAGNOSIS
 Probable dengue dengan
warning signs
 Sama seperti di atas, ditambah
 Probable dengue tanpa warning dengan gejala / tanda berikut:
signs  Nyeri atau nyeri tekan abdomen

 Tinggal atau travel ke daerah  Muntah persisten


endemic  Akumulasi cairan pada
pemeriksaan fisik
 Demam (umumnya 4 – 10
 Perdarahan mukosa
hari setelah paparan)
 Letargi atau gelisah
 ≥ 2 gejala / tanda berikut:
 Pembesaran hepar > 2 cm
 Mual atau muntah
 Peningkatan hematocrit dengan
 Ruam penurunan drastic pada hitung
platelet
 Nyeri otot dan sendi
 Pasien yang membaik setelah
 Tes tourniquet yang positif penurunan suhu tubuh hingga
normal diperkirakan mengalami
 Leukopenia demam dengue yang tidak berat
DIAGNOSIS

 Severe dengue (dapat  Dengue yang dikonfirmasi


berkembang meskipun tanpa dengan laboratorium
warning signs)  Kultur virus dengue yang positif
 Kebocoran plasma berat yang  IgM serokonversi (1 kali pada
mengarah ke syok atau masa infeksi akut dan 1 kali
akumulasi cairan pada abdomen setelah pemulihan)
dan paru sehingga distres nafas
 IgG serokonversi dengan
 Perdarahan hebat
peningkatan titer IgG 4 kali lebih
 Gangguan pada organ: tinggi pada paired sera
 Alanine aminotransferase atau  Dengue antigen testing (NS1)
aspartat aminotransferase ≥ yang positif
1.000 unit/L
 Polymerase chain reaction (PCR)
 Gangguan status mental
untuk virus RNA dengue yang
 Keterlibatan organ lain seperti positif
jantung
DIAGNOSIS BANDING
Gejala Dengue Chikungunya Zika

Demam Lebih umum Umum Umum

Myalgia/arthralgia Umum Lebih umum Kurang umum

Edema ekstremitas Jarang Jarang Umum


Ruam Umum Umum Lebih umum
makulopapular
Nyeri retro-orbital Umum Kurang umum Umum

Konjungtivitis Jarang Kurang umum Umum

Limfadenopati Umum Umum Kurang umum

Hepatomegali Jarang Umum Jarang


Leukopenia/trombos Umum Umum Jarang
itopenia
Perdarahan Umum Jarang Jarang
PEMERIKSAAN PENUNJANG (LAB)
Pemeriksaan darah lengkap:  Platelet
 Hematokrit  ↓ drastis platelet + ↑ angka Ht
 warning sign untuk masuk ke
 Periksa pada awal fase febris fase kritis
 Peningkatan hematokrit   Penurunan platelet umunya pada
tanda progresifitas ke fase hari ke-3 sampai ke-8 penyakit
kritis
 Pemeriksaan darah lengkap juga
 Peningkatan hematokrit yang
dapat digunakan untuk
≥ 20%  kebocoran plasma
membedakan dengue dari
dan hypovolemia
chikungunya.
 Leukopenia pada pemeriksaan
 Neutropenia lebih umum pada
hitung jumlah leukosit.
dengue, sedangkan limfopenia
 Leukopenia + trombositopenia lebih umum pada chikungunya
+ ruam pada kulit   Peningkatan hematokrit 40% -
membedakan dengue dari 69% pada dengue, sedangkan
influenza. jarang pada chikungunya
 94,2% (anak) dan 87,8%  Trombositopenia > 70%
(dewasa) dengan influenza (dengue),10% - 39%
tidak leukopenia, tidak (chikungunya)
trombositopenia dan tidak
adanya ruam pada kulit
PEMERIKSAAN PENUNJANG (LAB)

Dengue-specific testing. Deteksi asam nukleat


 Kultur  Qualitative reverse transcriptase
 Untuk memastikan diagnosis polymerase chain reaction (PCR)

 Mengidentifikasa semua serotipe


 Quantitative reverse transcriptase
polymerase chain reaction (PCR)
dengue
 Merupakan pemeriksaan yang
 Ambil sampel pada masa awal
paling sensitif dan spesifik
penyakit (hari ke-1 sampai ke-5
setelah onset gejala)  Dapat digunakan untuk
 Serum, plasma, darah, maupun mengidentifikasa semua serotipe
dengue
jaringan
 Hasil dalam 24 – 48 jam
 Hasil dalam 1 sampai 2 minggu
 Berpotensi positif palsu akibat
kontaminasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG (LAB)

Pemeriksaan antigen Pemeriksaan Serologi


 Non-structural antigen 1 (NS1  IgM antidengue
antigen)  IgG antidengue
 NS1 memiliki sensitifitas  Hemagglutination Inhibition test (HI
yang rendah tetapi test)
spesificitas yang tinggi
 Sensitifitas rapid test untuk
NS1 menurun seiring
bertambahnya waktu setelah
onset gejala.
 NS1 antigen positif pada hari
ke-5 – ke-6  peningkatan
risiko dengue berat.
Infeksi primer
IgM anti-dengue
 50% pada hari ke-3 sampai ke-
 80% pada hari ke-
 90% pada hari ke-1
 Puncak pada 2 minggu
 Menurun ke tingkat yang tidak terdeteksi
pada bulan ke-2 atau ke-3
IgG anti-dengue
 Kadar yang rendah pada akhir minggu
pertama
 Masih terdeteksi beberapa bulan setelah
onset dan mungkin masih terdeteksi
seumur hidup
Infeksi sekunder
 Kadar IgG anti-dengue meningkat tinggi
dengan cepat
 Dapat ditemukan pada awal penyakit
 Kadar IgM lebih rendah dibandingkan
pada infeksi primer
PEMERIKSAAN PENUNJANG (RAD)

Rontgen Thorax Pemeriksaan penunjang lain


 Efusi pleura pada pasien dengan  Test tourniquet
kebocoran plasma

Ultrasonografi
 Ascites
 Penebalan dinding empedu
TATALAKSANA (menurut tempat
rawat)  Tatalaksana rawat jalan
Rawat jalan  Kembali setiap hari unguk periksa
progresifitas (hingga 1 – 2 hari
 Kriteria rawat jalan setelah demam turun)
 Probable dengue tanpa warning  Asupan cairan yang adekuat
signs
 Berikan asetaminophen jika demam
 Mampu mempertahankan status (dilarang aspirin atau NSAID)
hidrasi melalui oral  Tirah baring
 Mampu BAK setiap ≤ 6 jam  Kembali ke RS jika:
 Tidak ada perbaikan atau bertambah
berat pada saat pemulihan
 Nyeri perut
 Muntah persisten
 Akral dingin dan basah
 Letargi, gelisah atau kejang
 Tanda perdarahan
 Sesak nafas
 Tidak BAK > 4 jam
TATALAKSANA (menurut tempat
rawat)
Rawat inap  Tatalaksana rawat inap
 Kriteria rawat inap  Pasien tanpa warning sign 
asupan cairan oral yang
 Probable dengue dengan
adekuat, IV jika tidak bias
warning sign minum
 Tidak dapat minum
 Pasien dengan warning sign
 Pasien risiko: Wanita hamil,  segera berikan cairan
anak-anak, lansia secara IV
 Pasien yang tinggal sendiri  Berikan volum minimum
atau tanpa adanya akses untuk mempertahankan
mudah ke fasilitas kesehatan perfusi dan urin output yang
adekuat. Hentikan jika
pasien sudah melewati fase
kritis
TATALAKSANA (menurut tempat
rawat)
Perawatan intensif  Tatalaksana perawatan
 Kriteria perawatan intensif intensif
 Terdapat kebocoran plasma yang  Resusitasi cairan untuk
mengarah ke syok atau mempertahankan volum
akumulasi cairan pada paru dan sirkulasi yang adekuat
abdomen
 Pertimbangkan transfuse
 Perdarahan hebat
jika terdapat perdarahan
 Tanda kerusakan organ
hebat
TATALAKSANA (terapi cairan)

Cairan oral  pasien probable dengue tanpa warning sign


 asupan cairan dalam 24 jam sebelum bantuan klinisi  menurunkan
risiko rawat inap

Cairan intravena
 Probable dengue tanpa warning sign
 Asupan oral
 Cairan IV jika tidak dapat secara oral (NS 0,9% dengan atau tanpa dextrose)
 Maintenance dose:
 4 mL/kg/jam untuk 10 kg BB ideal pertama
 2 mL/kg/jam untuk 10 kg BB ideal berikutnya
 1 mL/kg/jam untuk BB ideal sisanya
TATALAKSANA (terapi cairan)

Cairan intravena (lanjutan…)


 Hitung BB ideal pada pasien obesitas
 Wanita: 45.5 kg + 0.91 (tinggi – 152.4) cm
 Pria: 50 kg + 0.91 (tinggi – 152.4) cm
 Sesuaikan jika asupan oral bertambah
 Berikan volum minimum untuk pertahankan perfusi
dan urin output yang baik
TATALAKSANA (terapi cairan)

 Probable dengue dengan warning sign


 Periksa hematokrit sebelum pemberian cairan
 Berikan normal saline 0,9%, ringer laktat atau cairan hartmann
 Berikan 5 – 7 mL/kg/jam selama 1 – 2 jam
 Kemudian dikurangi menjadi 3 – 5 mL/kg/jam selama 2 – 4 jam
 Kemudian dikurangi lagi menjadi 2 – 3 mL/kg/jam atau lebih rendah lagi (tergantung
respon secara klinis)

 Menilai respon klinis dan periksa kembali hematokrit


 Jika hematokrit sama atau sedikit meningkat, lanjutkan cairan intravena pada 2 – 3
mL/kg/jam
 Jika hematokrit meningkat secara drastis atau tanda vital memburuk, tingkatkan
cairan intravena menjadi 5 – 10 mL/kg/jam selama 1 – 2 jam

 Berikan jumlah volum minimum untuk mempertahankan perfusi dan urin


output yang baik (0.5 mL/kg/jam)
TATALAKSANA (terapi cairan)
Dengue berat dengan syok terkompensasi
TATALAKSANA (terapi cairan)
Dengue berat dengan syok hipotensif
TATALAKSANA LAIN

 Anti-nyeri
 Berikan asetaminofen pada pasien dengan demam tinggi
 Jangan berikan aspirin, ibuprofen atau NSAID lain maupun
steroid
 Produk darah
 Rekomendasi WHO 2009 untuk transfusi darah pada dengue
berat
 Transfusi sel darah merah hanya diberikan jika mencurigai atau
jelas terdapat perdarahan hebat
 Berikan 5 – 10 mL/kg PRC atau 10 – 20 mL/kg whole blood
PENCEGAHAN

 Pengendalian lingkungan
 Menguras tempat penyimpanan air seminggu sekali
 Menutup tempat penampungan air
 Membuang dan menutup barang bekas yang dapat menampung air
 Pelihara ikan yang dapat memangsa larva pada penampungan air
 Penggunaan bahan kimia
 Larvasida dapat digunakan pada wadah air yang tidak sering
dipindahkan
 Adultisida hanya digunakan untuk menekan atau mencegah endemik
PENCEGAHAN

 Proteksi diri
 Gunakan pakaian yang dapat meminimalkan paparan kulit dengan
nyamuk pada pagi hari
 Oleskan obat nyamuk pada area kulit yang terbuka
 Gunakan kelambu pada saat tidur disiang hari
 Proteksi keluarga
 Memasang skrining nyamuk pada jendela dan pintu
 Jika terdapat gigitan dalam ruangan, pertimbangkan untuk
menggunakan produk insektisida
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai