Anda di halaman 1dari 61

ARSITEKTUR

TAKPALA
1. LETAK
GEOGRAFIS
Kampung ini, secara topografi, terletak di lereng bukit
yang berada pada ketinggian kurang-lebih 150 m di atas
permukaan laut, dengan kemiringan antara 5-40o.

•LETAK GEOGRAFIS
Secara administratif, Kampung Tradisional Takpala terletak di
dusun III Kamengtaha, Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Barat
Laut, Kabupaten Alor, dengan batas-batas geografisnya adalah
sebagai berikut :
•Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores
•Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lembur Tengah dan
Desa Welai
Selatan.
•Sebelah Timur berbatasan dengan desa Likwatang
•Sebelah Barat berbatasan dengan Dusun II Desa Lembur
2. TATA TAPAK

Yang dimaksud dengan pola perkampungan dalam hal ini


adalah: pola perletakan bangunan (tata letak bangunan). Jika dilihat
sepintas dari tata letak bangunan pada Kampung Tradisional
Takpala, yang menyebar mengelilingi topografi tanahnya, maka
dengan mudah dapat dipastikan bahwa penataan kampung
tersebut berpola baris, atau lazim dikenal dengan sebutan pola
linier. Namun jika dilihat dari perletakan bangunan terhadap ruang
terbuka yang merupakan ruang bersama di sekitar Mesbah/Misbah,
maka lebih tepat digolongkan kedalam pola ‘Tancan’ atau lazim
disebut dengan nama pola cluster. Hal ini diperjelas lagi oleh
perletakan rumah adat yang menempati posisi sentral /strategis
yang berhadapan dengan mesbah serta bagian-bagiannya di
depannya. Selain itu posisi rumah adat juga sangat simetris
terhadap perletakan bangunan lainnya pada sisi kiri dan sisi kanan
dari pelataran terbuka tersebut.
3. POLA RUANG DALAM

Pola Ruang Dalam berikut ini yang akan dibahas secara


khusus adalah pola ruang dalam pada Rumah Fala’. Rumah
Fala’ merupakan rumah tinggal, yang oleh masyarakat
setempat disebut sebagai ‘rumah gudang’.

Denah lantai I Denah lantai II


Untuk menjelaskan bagian-bagian ruang pada Fala’, akan
diuraikan bagian ruang secara vertikal, namun setiap bagian
vertikal tersebut akan diikuti dengan penjelasan pola ruang
secara horizontal.
Secara vertikal, Fala’ terdiri dari beberapa susunan ruang
yang disesuaikan dengan fungsinya antara lain sebagai
berikut:

• Siwo (kolong), digunakan sebagai tempat untuk binatang


(hewan piaraan), terutama ayam dan kambing.

Siwo (kolong)
• Liktaha
merupakan bale-bale terbuka (tidak berdinding) yang
digunakan sebagai tempat atau ruang untuk manusia, yang
memiliki serambi tengah yang disebut Likhomi (biasanya
digunakan untuk membersihkan hasil panen sebelum
disimpan ataupun sebagai tempat pengolahan makanan
sebelum dimasak). Serambi lainnya disebut Likhabang
(biasanya digunakan sebagai tempat untuk duduk-duduk
santai oleh kaum laki-laki dan sebagai tempat menerima dan
menjamu tamu, bahkan kadang-kadang digunakan sebagai
tempat tidurnya tamu laki-laki).

Liktaha
• Falah Omi
adalah sebagai tempat tinggal manusia (tidur, makan,
kegiatan keluarga lainnya), yang juga berfungsi sebagai
dapur dan tempat menyimpan perabot rumah tangga.
Ruang ini secara keseluruhan tertutup atap sehingga tidak
diperlukan adanya dinding. Tidak ada pembagian ruang
secara permanen yang membedakan antara area privat
(tidur) denga area yang bukan privat (duduk/makan),
melainkan berwujud sebagai ruang terbuka yang berpusat
pada perapian yang terletak ditengah ruang.

Falah
Omi
• Akui Taha
merupakan tempat penyimpanan hasil pertanian (panen)
seperti padi dan jagung ataupun hasil pertanian lainnya.
Jadi, Akui Taha dapat disejajarkan fungsinya sebagai
lumbung.

Akui Taha
• Akui Kiding (loteng kecil )
Merupakan tempat penyimpanan hasil pertanian
(panenan) bagi seorang pemuda atau remaja yang
belum menikah (berkeluarga). Pada ruangan ini dapat
juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang-
barang berharga (moko dan gong) milik keluarga
atupun tempat penyimpanan hasil panen yang tidak
mudah dikeluarkan.

Akui Kiding (loteng kecil )


4. STRUKTUR DAN
KONSTRUKSI
• PONDASI

Pondasinya berupa pondasi titik, di mana


tiang–tiang penyangga bangunan masing–
masingnya ditanam dalam tanah (sistem
jepit).
• TIANG

Banguna dari arsitektur trdisional alor(takpala)


khususnya rumah fala memiliki 6 tiang/kolom utama
yang memikul beban seluruh bangunan

TIANG UTAMA
• BALOK

Balok pada arsitektur alor baisanya dipangku oleh


tiang utama atau tiang pendukung yang
umumnya mengunakan pasak dan ikat
• ATAP

Material rangka atap menggunakan bambu dan


penutupnya menggunakan alang-alang
5. BENTUK DAN TAMPILAN

• BENTUK
Bentuk arsitektur alor(takpala) berbentuk persegi
panjang

• BENTUKBENTbbbbUK
Bentuk dasar
• TAMPILAN
Pengolahan tampilan pada arsitektur vernakular
lamaholot merupakan olahan atau kombinasi dari
bentuk persegi panjang ( pada denah ) dan
bentuk limas segi empat ( pada atap ).
 
6.ORNAMEN DAN DEKORASI
Ragam hias terutama banyak diaaplikasikan pada
rumah adat Kanuarwat yang ditempatkan pada
kolom-kolom penunjang, balok, dan bingkai
daun pintu bagian luar. Ragam hias juga terdapat
pada Lik (podium/panggung). Ragam hias tersebut
umumnya berbentuk geometris seperti: belah ketupat,
segi tiga, lingkaran dan elips yang diberikan warna
tertentu
Fungsi ornamen bermacam-macam. Misalnya pada
bagian pintu di bagian kiri dan kanan digunakan
ornamen yang lebih menonjol dan warna yang lebih
terang sebagai penanda pintu masuk
Tata letak ornamen biasanya digunakan pada
bagian pintu dan kolom
Pada lantai 1 rumah
7. KONSEP ARSITEKTUR TROPIS adat tidak tertutup
atap sebagai sirkulasi
udara agar orang
didalamnya tidak
merasa panas

Pada rumah adat takpala dibuat


model panggung agar ketika
terjadi hujan air yang tidak
masuk kedalam rumah
ARSITEKTUR
PANTAR
ARSITEKTUR NUSANTARA PANTAR
BARAT
A.LATAR BELAKANG

Bentuk arsitektur di kecamatan pantar barat yang terdapat


dikabupaten alor, yaitu bentuk denahnya persegi empat dan
atapnya berbentuk joglo menyerupai joglo sumba tetapi
perbedaanya terletak pada bagian puncak dan pada jurai luar.
Rumah adat di Kecamatan Pantar Barat tersebar di desa-desa
antara ; Allung, kalondama, kalondama tengah, kalondama barat,
Allumang.
KONSEP ARSITEKTUR DAN
LINGKUNGANNYA

1.KONSEP TATA TAPAK(RUANG LUAR).


Perletakan bangunan dalam tapak pada rumah adat kabi
kecamatan pantar barat, menggunakan pola menyebar. Secara
umum, bentuk perkampungan menggunakan bentuk persegi
dengan rumah adat sebagai landmark dari perkampungan. Untuk
sirkulasi menggunakan pola grid dan pola memusat.
KONSEP TATA RUANG DALAM
Pada rumah adat kaby berbentuk panggung yang hanya memiliki
dua lantai

Lantai dasar lantai II


KONSEP STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

1. PONDASI
Rumah adat ini tidak menggunakan pondasi karena rumahnya
berpanggung; menggunakan tiang-tiang sebagai penopang utama
untuk ruang-ruang di atasnya. Namun secara struktural, tiang–
tiangnya ditanam ke dalam tanah atau menggunakan sistem jepit.
Sedangkan untuk mencegah masuknya air kedalam rumah maka
pada bagian dasar ( kolong ) ditinggikan.
2. TIANG DAN BALOK
Dari segi struktur, rumah adat merupakan bangunan berbentuk
panggung. Empat tiang utama ditanam untuk memikul bangunan di
atasnya. Selain tiang utama, tiang penunjang juga ditanam ke
dalam tanah. Sebagai pengkaku tiang-tiang induk dan pemikul
lantai digunakan balok induk dan balok anak. Balok anak berfungsi
juga sebagai pengkaku balok induk
DENAH LANTAI DASAR.

Tiang utama / struktur ( 4 batang )

Balok / Pengkaku
3. ATAP
Bentuk atap terdiri dari dua bentuk trapesium yang salah satunya
mengalami pemancungan dan trapezium utuh tersebut digabungkan
dengan trapezium yang dipancung, sehingga bentuknya adalah
atap ‘joglo’.Pada bagian sudut atau jurai luar pda trapesium kudua
dipasang Kela (lisplank ), dan dipakukan pada kelebihan gording.

sium I

Trape-

Trapesium II
4. RANGKA ATAP
Rangka atap rumah adat terdiri dari dua bagian, yaitu: pada atap
pertama terdiri dari empat tiang utama, yang dipasang pada balok
dan sebagai penguat tiang dipasang 4 buah balok dan ditopang
oleh kaki kuda – kuda dan jurai luar dari kayu bulat. Di atas kaki
kuda–kuda dipasang balok gording, kasau dan reng dari kayu bulat
dan bambu pada puncak tiang nok dipasang balok nok melewati
tiang nok, yang berfungsi menggantung kepala Kela dan Siang
rumah adat. Pemasangan tiang nok diperkuat dengan jurai dan kaki
kuda-kuda. Perletakan gording pada kaki kuda-kuda melewati jurai
luar yang berfungsi untuk memasang Kela/ lisplank. Di atas gording
diletakan kasau dan reng dari material bambu.
5. PENUTUP ATAP
Bahan penutup atap adalah alang-alang. Bahan penutup ini sebelum
digunakan terlebih dahulu diikat pangkalnya kemudian disusun berjejer
satu persatu dan diikatkan pada reng bambu.

6.TANGGA
Tangga berguna untuk menghubungkan lantai-lantai di atasnya. Tangga
dibuat dari dua buah bambu yang dilubangi satu sisi dan digabungkan
dengan anak tangga yang terbuat dari kayu bulat kemudian diikat
dengan tali rotan. Semua tangga yang ada pada rumah adat ( kaby ),
harus menggunakan 7 buah anak tangga untuk satu buah tangga.
KONSEP BENTUK DAN TAMPILAN
• BENTUK
Denah bangunan arsitektur vernakular PANTAR BARAT berbentuk segi
empat

denah lantai dasar


• TAMPILAN
Pengolahan tampilan pada arsitektur vernakular pantar barat
merupakan olahan atau kombinasi dari bentuk persegi( pada denah )
dan bentuk trapesium( pada atap ).
KONSEP ORNAMEN DAN DEKORASI

pada rumah adat kaby tidak terdapat


ornamen maupun dekorasi
KONSEP ARSITEKTUR TROPIS
• Pada rumah adat kaby yang terletak dikecamatan
pantar barat kabupaten alor ini,yang memiliki
daerah iklim tropis,sehingga pada rumah adat
tidak memiliki dinding atau dengan mengandalkan
bukaan.
dan penutup atap yang
digunakan adalah
alang-alang, sehingga
panas tdak terlalu dirasakan.
ARSITEKTUR
LAMAHOLOT
ARSITEKTUR VERNAKULAR LAMAHOLOT

Lamaholot adalah suku besar yang mendiami Pulau Flores bagian Timur, Pulau
Adonara, Pulau Solor dan Pulau Lembata. Namun, untuk mempermudah
pembahasan dan pendalaman Arsitektur Vernakular Lamaholot secara umum, kami
menetapkan Kampung Tradisional Kawaliwu sebagai obyek kajian.
 
LETAK GEOGRAFIS

Secara administratif, Kampung Tradisional Kawaliwu terletak di


Kecamatan Lewolema, Kabupaten Flores Timur.
Pola Dan Konsep Tata Ruang Dalam

Pola perkampungan tradisional orang Lamaholot, khususnya pada Kampung Tradisional


Lewohala, memakai pola konsentris atau terpusat pada pelataran terbuka sebagai pusat dari
kampung, sehingga pola penataan massa bangunan dari orang lamaholot juga diorientasi pada
pelataran terbuka tersebut. Namun secara topografi perkampungan tradisional orang Lamaholot
berada pada lereng gunung sehingga,
perbedaan kontur yang menjadi potensi site membuat penataan massa bangunan (rumah adat dan
rumah tinggal) secara mikro berpola grid mengikiti trap atau garis kontur tanah yang ada.

2
3

1
Ket :
1 : Lewo kepuhur
2 : Korke
3 : Langobelen

Gambar : Pola Perkampungan Kawaliwu

Sumber : lamaholot.blogspot.com
Pola Dan Konsep Tata Ruang Dalam

Pola ruang pada rumah adat Korke memakai pola vertikal dan horizontal.
Bangunan rumah pada rumah adat terdiri atas dua lantai:

Gambar : Rumah Adat Korke (Lamaholot)


Sumber :Lamaholot.blogspot
Lantai satu

LANTAI I

Gambar : Denah dan Potongan Melintang Korke Lamaholot

Sumber : Ir. Pilipus Jeraman, MT. PPTX Seminar TKI_MAI. 2009


Ruang pada lantai satu dibagi berdasarkan fungsinya masing-masing:

• Mada
Merupakan tempat pertemuan antara saudara atau tamu yang megikuti upacara adat.
• Uli one
Merupakan tempat untuk pertemuan keluarga dalam suku, disaat upacara adat sedang berlangsung.
• Natang belen
• Dibagi menurut fungsinya masing – masing:
• Bruing (anak sulung laki – laki ), yang bertugas mengurus adat.
• Ata wahen (anak perempuan ), yang bertugas untuk membagi nasi.
• Hoi
• Merupakan tempat untuk menyimpan makanan, disaat upacara adat berlangsung.
• Luran (tungku )
• Tungku dibagi menjadi dua bagian menurut fungsinya, yaitu:
• Luran belen ( tungku besar ). Untuk memasak kacang adat.
• Luran kutu ( tungku kecil ), untuk masakan biasa.
• Selain organisasi dan fungsi ruang, masih ada kepercayaan lain yang terletak di lantai 1, yaitu:
• Kepuhu ( pusat )
• Yang terletak di tengah – tengah bangunan, yang berfungsi sebagai tempat untuk menuangkan minuman
adat ( tuak putih ), sebagai tanda upacara adat akan segera diulai.
• Kenehe ( tempat untuk menyalakan api ).
• Tempat ini materialnya dari batu, yang letaknya di depan atau pintu masuk.
Lantai II

Lantai dua berfungsi sebagai tempat penyaimpanan barang – barang


adat.

LANTAI II

Gambar : Denah dan Potongan Korke ( Lamaholot )

Sumber : Ir. Pilipus Jeraman, MT. PPTX Seminar TKI_MAI. 2009


pola dan konsep struktur
 
Pola struktur yang digunakan pada rumah adat lamaholot ialah pola grid.
Sedangkan sistem struktur yang digunakan produk asitektur vernakular lamaholot
adalah sistem struktur sendi, yang mengandalkan gravitasi.
Bagian – bagian struktur:

Pondasi
Pondasinya berupa pondasi titik, di mana tiang–tiang penyangga bangunan masing–
masingnya ditanam dalam tanah (sistem jepit).

Gambar : Potongan dan pondasi Korke ( Lamaholot )

Sumber : Ir. Pilipus Jeraman, MT. PPTX Seminar TKI_MAI. 2009


kolom

Bangunan arsitektur lamaholot terdiri atas 14 tiang utama yang memikul


beban rumah adat secara keseluruhan dan 16 tiang pendukung yang
menambah stabilitas struktur.

Tiang Utama
Balok

Balok pada arsitektur lamaholot merupakan pengaku seperti pada bangunan –


bangunan arsitektur vernakular pada umumnya di NTT, sistem joint antara balok
dengan tiang utama maupun tiang pendukung umunya menggunakan pasak dan
ikat.

Gambar : Potonga dan Detail balok Korke ( Lamaholot )

Sumber : Ir. Pilipus Jeraman, MT. PPTX Seminar TKI_MAI. 2009


Lantai

Lantai pada arsitektur lamaholot terdiri atas dua bagian, yaitu lantai 1 dan lantai 2.
Lantai 1 merupakan lantai tanah yang telah dipadatkan, sedangkan lantai 2 bahan/
materialnya mengunakan bambu

Lantai II

Lantai I

Gambar : Potongan Korke ( Lamaholot )


Sumber : Ir. Pilipus Jeraman, MT. PPTX Seminar TKI_MAI. 2009
Atap

Bahan / material untuk rangka atap mengunakan kayu, sedangkan bahan


penutupnya menggunakan alang – alang.

Gambar : Atap Korke ( Lamaholot )


Sumber : Ir. Pilipus Jeraman, MT. PPTX Seminar TKI_MAI. 2009
Tangga

Tangga ini berfungsi sebagai penghubung antara lantai 1 dengan lantai 2.


Bahan / material yang digunakan adalah bambu dan kayu.
Bentuk Dan Tampilan

Bentuk.
Denah bangunan arsitektur vernakular lamaholot
berbentuk segi empat panjang.

Bentuk dasar

Gambar : Teknik olah bentuk dasar denah Korke ( Lamaholot )


Sumber : Sketsa pribadi
Tampilan

Pengolahan tampilan pada arsitektur vernakular lamaholot merupakan olahan


atau kombinasi dari bentuk persegi panjang ( pada denah ) dan bentuk limas segi
empat ( pada atap ).
 

Gambar : Teknik olah bentuk dasar dari atap Korke ( Lamaholot )


Sumber : Sketsa pribadi
Ragam Hias dan Konsep
Penempatannya
Ragam hias dalam arsitektur vernakular Lamaholot. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan
ragam hias yang terdapat pada bagian bubungan atap, yang disebut kote mane. Maka kote
mane adalah sebagai tanda telah selesainya pembangunan rumah. Di sisi lain, masyarakat
lokal lamaholot mempercayai adanya kekuatan gaib pada kote mane yang berfungsi untuk
menolak atau mengusir roh – roh halus ( setan / iblis)

Gambar : Ragam HiasKorke ( Lamaholot )


Sumber : Ir. Pilipus Jeraman, MT. PPTX Seminar TKI_MAI. 2009
Warna

Ada beberapa
warna yang
ada dalam
arsitektur
lamaholot,
yakni
mengandalkan
warna dasar
coklat seperti
pada ragam
hias dari
arsitektur .
Material dan teknik pengolahan

Material
Bahan / material yang digunakan
adalah material lokal (diambil dari
alam). Material yang dikonstruksikan,
antara lain : bambu, kayu, dan alang – Tali gewang
alang. Sedangkan sebagai alat
sambungnya menggunakan tali kayu
gewang.

Teknik pengolahan alang-alang Bambu

Teknik pengolahan
menggunakan
kearifan local
(gotong royong).
Konsep Arsitektur Tropis

Rumah adat Lamaholot tidak menggunakan dinding kerena pada daerah


setempat mempunyai iklim tropis sehingga dengan demikian suhu dalam
ruangan stabil atau orang tidak merasa kepanasan saat berada di dalamnya
dan juga tempat duduk yang lebih tinggi dari permukaan tanah agar terhindar
dari kelembaban.

Tidak menggunakan
dinding agar suhu di
dalam tidak panas

Tempat duduk di buat


seperti panggung agar
terhidar dari air pada
saat hujan
KESERUPAAN

 Denah berbentuk persegi panjang

ARSITEKTUR TAKPALA ARSITEKTUR PANTAR ARSITEKTUR LAMAHOLOT

Denah Denah Denah


Rumah Fala Rumah Adat kaby Rumah Adat Korke
KESERUPAAN

 Tiang–tiang penyangga bangunan masing–masingnya ditanam dalam


tanah (sistem jepit).

ARSITEKTUR TAKPALA ARSITEKTUR PANTAR ARSITEKTUR LAMAHOLOT

Rumah Fala Rumah Adat kaby Rumah Adat Korke


KESERUPAAN

 Bangunan rumah adat terdiri atas dua lantai

ARSITEKTUR TAKPALA ARSITEKTUR PANTAR ARSITEKTUR LAMAHOLOT

Rumah Fala Rumah Adat kaby Rumah Adat Korke


KESERUPAAN

 Tidak menggunakan dinding

ARSITEKTUR TAKPALA ARSITEKTUR PANTAR ARSITEKTUR LAMAHOLOT

Rumah Fala Rumah Adat kaby Rumah Adat Korke


KESERUPAAN
 Terdapat tempat duduk dengan model seperti panggung agar dapat
menghindari air dan kelembaban.

ARSITEKTUR TAKPALA ARSITEKTUR PANTAR ARSITEKTUR LAMAHOLOT

Rumah Fala Rumah Adat kaby Rumah Adat Korke


KESERUPAAN

 Penutup atap mengunakan alang-alang

ARSITEKTUR TAKPALA ARSITEKTUR PANTAR ARSITEKTUR LAMAHOLOT

Rumah Fala Rumah Adat kaby Rumah Adat Korke


PERBEDAAN
 BENTUK ATAP

ARSITEKTUR TAKPALA ARSITEKTUR PANTAR ARSITEKTUR LAMAHOLOT

Rumah Adat kaby


Rumah Adat Korke
Rumah Fala bentuk atap yang
atap berbentuk
Atap berbentuk limas merupakan perpaduan
perahu terbalik
dari bentuk trapezium
dan perahu terbalik
Hasil transformasi dengan fungsi baru

 Kantor bupati Lembata


mempunyai bentuk atap yang merupakan hasiltransformasi dari atap rumah adat
Lamaholot.
 Kantor Bupati Alor
merupakan hasil transformasi dari atap rumah adat Alor

Anda mungkin juga menyukai