ARCH NUSANTARA-siap Present
ARCH NUSANTARA-siap Present
TAKPALA
1. LETAK
GEOGRAFIS
Kampung ini, secara topografi, terletak di lereng bukit
yang berada pada ketinggian kurang-lebih 150 m di atas
permukaan laut, dengan kemiringan antara 5-40o.
•LETAK GEOGRAFIS
Secara administratif, Kampung Tradisional Takpala terletak di
dusun III Kamengtaha, Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Barat
Laut, Kabupaten Alor, dengan batas-batas geografisnya adalah
sebagai berikut :
•Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores
•Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lembur Tengah dan
Desa Welai
Selatan.
•Sebelah Timur berbatasan dengan desa Likwatang
•Sebelah Barat berbatasan dengan Dusun II Desa Lembur
2. TATA TAPAK
Siwo (kolong)
• Liktaha
merupakan bale-bale terbuka (tidak berdinding) yang
digunakan sebagai tempat atau ruang untuk manusia, yang
memiliki serambi tengah yang disebut Likhomi (biasanya
digunakan untuk membersihkan hasil panen sebelum
disimpan ataupun sebagai tempat pengolahan makanan
sebelum dimasak). Serambi lainnya disebut Likhabang
(biasanya digunakan sebagai tempat untuk duduk-duduk
santai oleh kaum laki-laki dan sebagai tempat menerima dan
menjamu tamu, bahkan kadang-kadang digunakan sebagai
tempat tidurnya tamu laki-laki).
Liktaha
• Falah Omi
adalah sebagai tempat tinggal manusia (tidur, makan,
kegiatan keluarga lainnya), yang juga berfungsi sebagai
dapur dan tempat menyimpan perabot rumah tangga.
Ruang ini secara keseluruhan tertutup atap sehingga tidak
diperlukan adanya dinding. Tidak ada pembagian ruang
secara permanen yang membedakan antara area privat
(tidur) denga area yang bukan privat (duduk/makan),
melainkan berwujud sebagai ruang terbuka yang berpusat
pada perapian yang terletak ditengah ruang.
Falah
Omi
• Akui Taha
merupakan tempat penyimpanan hasil pertanian (panen)
seperti padi dan jagung ataupun hasil pertanian lainnya.
Jadi, Akui Taha dapat disejajarkan fungsinya sebagai
lumbung.
Akui Taha
• Akui Kiding (loteng kecil )
Merupakan tempat penyimpanan hasil pertanian
(panenan) bagi seorang pemuda atau remaja yang
belum menikah (berkeluarga). Pada ruangan ini dapat
juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang-
barang berharga (moko dan gong) milik keluarga
atupun tempat penyimpanan hasil panen yang tidak
mudah dikeluarkan.
TIANG UTAMA
• BALOK
• BENTUK
Bentuk arsitektur alor(takpala) berbentuk persegi
panjang
• BENTUKBENTbbbbUK
Bentuk dasar
• TAMPILAN
Pengolahan tampilan pada arsitektur vernakular
lamaholot merupakan olahan atau kombinasi dari
bentuk persegi panjang ( pada denah ) dan
bentuk limas segi empat ( pada atap ).
6.ORNAMEN DAN DEKORASI
Ragam hias terutama banyak diaaplikasikan pada
rumah adat Kanuarwat yang ditempatkan pada
kolom-kolom penunjang, balok, dan bingkai
daun pintu bagian luar. Ragam hias juga terdapat
pada Lik (podium/panggung). Ragam hias tersebut
umumnya berbentuk geometris seperti: belah ketupat,
segi tiga, lingkaran dan elips yang diberikan warna
tertentu
Fungsi ornamen bermacam-macam. Misalnya pada
bagian pintu di bagian kiri dan kanan digunakan
ornamen yang lebih menonjol dan warna yang lebih
terang sebagai penanda pintu masuk
Tata letak ornamen biasanya digunakan pada
bagian pintu dan kolom
Pada lantai 1 rumah
7. KONSEP ARSITEKTUR TROPIS adat tidak tertutup
atap sebagai sirkulasi
udara agar orang
didalamnya tidak
merasa panas
1. PONDASI
Rumah adat ini tidak menggunakan pondasi karena rumahnya
berpanggung; menggunakan tiang-tiang sebagai penopang utama
untuk ruang-ruang di atasnya. Namun secara struktural, tiang–
tiangnya ditanam ke dalam tanah atau menggunakan sistem jepit.
Sedangkan untuk mencegah masuknya air kedalam rumah maka
pada bagian dasar ( kolong ) ditinggikan.
2. TIANG DAN BALOK
Dari segi struktur, rumah adat merupakan bangunan berbentuk
panggung. Empat tiang utama ditanam untuk memikul bangunan di
atasnya. Selain tiang utama, tiang penunjang juga ditanam ke
dalam tanah. Sebagai pengkaku tiang-tiang induk dan pemikul
lantai digunakan balok induk dan balok anak. Balok anak berfungsi
juga sebagai pengkaku balok induk
DENAH LANTAI DASAR.
Balok / Pengkaku
3. ATAP
Bentuk atap terdiri dari dua bentuk trapesium yang salah satunya
mengalami pemancungan dan trapezium utuh tersebut digabungkan
dengan trapezium yang dipancung, sehingga bentuknya adalah
atap ‘joglo’.Pada bagian sudut atau jurai luar pda trapesium kudua
dipasang Kela (lisplank ), dan dipakukan pada kelebihan gording.
sium I
Trape-
Trapesium II
4. RANGKA ATAP
Rangka atap rumah adat terdiri dari dua bagian, yaitu: pada atap
pertama terdiri dari empat tiang utama, yang dipasang pada balok
dan sebagai penguat tiang dipasang 4 buah balok dan ditopang
oleh kaki kuda – kuda dan jurai luar dari kayu bulat. Di atas kaki
kuda–kuda dipasang balok gording, kasau dan reng dari kayu bulat
dan bambu pada puncak tiang nok dipasang balok nok melewati
tiang nok, yang berfungsi menggantung kepala Kela dan Siang
rumah adat. Pemasangan tiang nok diperkuat dengan jurai dan kaki
kuda-kuda. Perletakan gording pada kaki kuda-kuda melewati jurai
luar yang berfungsi untuk memasang Kela/ lisplank. Di atas gording
diletakan kasau dan reng dari material bambu.
5. PENUTUP ATAP
Bahan penutup atap adalah alang-alang. Bahan penutup ini sebelum
digunakan terlebih dahulu diikat pangkalnya kemudian disusun berjejer
satu persatu dan diikatkan pada reng bambu.
6.TANGGA
Tangga berguna untuk menghubungkan lantai-lantai di atasnya. Tangga
dibuat dari dua buah bambu yang dilubangi satu sisi dan digabungkan
dengan anak tangga yang terbuat dari kayu bulat kemudian diikat
dengan tali rotan. Semua tangga yang ada pada rumah adat ( kaby ),
harus menggunakan 7 buah anak tangga untuk satu buah tangga.
KONSEP BENTUK DAN TAMPILAN
• BENTUK
Denah bangunan arsitektur vernakular PANTAR BARAT berbentuk segi
empat
Lamaholot adalah suku besar yang mendiami Pulau Flores bagian Timur, Pulau
Adonara, Pulau Solor dan Pulau Lembata. Namun, untuk mempermudah
pembahasan dan pendalaman Arsitektur Vernakular Lamaholot secara umum, kami
menetapkan Kampung Tradisional Kawaliwu sebagai obyek kajian.
LETAK GEOGRAFIS
2
3
1
Ket :
1 : Lewo kepuhur
2 : Korke
3 : Langobelen
Sumber : lamaholot.blogspot.com
Pola Dan Konsep Tata Ruang Dalam
Pola ruang pada rumah adat Korke memakai pola vertikal dan horizontal.
Bangunan rumah pada rumah adat terdiri atas dua lantai:
LANTAI I
• Mada
Merupakan tempat pertemuan antara saudara atau tamu yang megikuti upacara adat.
• Uli one
Merupakan tempat untuk pertemuan keluarga dalam suku, disaat upacara adat sedang berlangsung.
• Natang belen
• Dibagi menurut fungsinya masing – masing:
• Bruing (anak sulung laki – laki ), yang bertugas mengurus adat.
• Ata wahen (anak perempuan ), yang bertugas untuk membagi nasi.
• Hoi
• Merupakan tempat untuk menyimpan makanan, disaat upacara adat berlangsung.
• Luran (tungku )
• Tungku dibagi menjadi dua bagian menurut fungsinya, yaitu:
• Luran belen ( tungku besar ). Untuk memasak kacang adat.
• Luran kutu ( tungku kecil ), untuk masakan biasa.
• Selain organisasi dan fungsi ruang, masih ada kepercayaan lain yang terletak di lantai 1, yaitu:
• Kepuhu ( pusat )
• Yang terletak di tengah – tengah bangunan, yang berfungsi sebagai tempat untuk menuangkan minuman
adat ( tuak putih ), sebagai tanda upacara adat akan segera diulai.
• Kenehe ( tempat untuk menyalakan api ).
• Tempat ini materialnya dari batu, yang letaknya di depan atau pintu masuk.
Lantai II
LANTAI II
Pondasi
Pondasinya berupa pondasi titik, di mana tiang–tiang penyangga bangunan masing–
masingnya ditanam dalam tanah (sistem jepit).
Tiang Utama
Balok
Lantai pada arsitektur lamaholot terdiri atas dua bagian, yaitu lantai 1 dan lantai 2.
Lantai 1 merupakan lantai tanah yang telah dipadatkan, sedangkan lantai 2 bahan/
materialnya mengunakan bambu
Lantai II
Lantai I
Bentuk.
Denah bangunan arsitektur vernakular lamaholot
berbentuk segi empat panjang.
Bentuk dasar
Ada beberapa
warna yang
ada dalam
arsitektur
lamaholot,
yakni
mengandalkan
warna dasar
coklat seperti
pada ragam
hias dari
arsitektur .
Material dan teknik pengolahan
Material
Bahan / material yang digunakan
adalah material lokal (diambil dari
alam). Material yang dikonstruksikan,
antara lain : bambu, kayu, dan alang – Tali gewang
alang. Sedangkan sebagai alat
sambungnya menggunakan tali kayu
gewang.
Teknik pengolahan
menggunakan
kearifan local
(gotong royong).
Konsep Arsitektur Tropis
Tidak menggunakan
dinding agar suhu di
dalam tidak panas