DEFINISI ALKALOID
• Alkaloid diperkenalkan oleh W. Meissner (1918), alkaloid
berasal dari kata “alkali” yang berarti basa dan “oid” yang
berarti mirip atau menyerupai, maka Alkaloid adalah
senyawa yang mempunyai sifat seperti alkali atau basa.
• Menurut Pellitier (1982), alkaliod adalah senyawa siklik
yang mengandung nitrogen dalam tingkat oksidasi negatif
yang terdistribusi terbatas dalam kehidupan organisme.
• Menutut Harborne, Alkaloid adalah senyawa bersifat basa
yang mengandung satu atau lebih atom Nitrogen, biasanya
dalam gabungan sebagai bagian dari sitem siklik.
Fungsi Alkaloid
• Sebagai pelindung dari serangan serangga atau
hewan lain
• Sebagai penarik serangga
• Sebagai senyawa pengatur pertumbuhan
• Sebagai bahan cadangan nitrogen yang berguna
untuk sintesa protein
• Sebagai hasil akhir dari proses detoksifikasi
tumbuhan
• Sebagai mediator dari inetraksi secara kimia antar
organisme
Sifat Umum Alkaloid
• Alkaloid mengandung nitrogen, yang terdapat pada cincin heterosiklik.
• Alkaloid yg ada pada tanaman biasanya dalam bentuk garam dari asam
• Alkaloid lebih banyak bersifat optik aktif dan hanya satu yang bersifat
5 4
6 3
7 1 2
8
isoquinoline
Berdasarkan lokasi atom nitrogen di dalam struktur
alkaloid, alkaloid
dapat dibagi atas 5 golongan:
1. Alkaloid heterosiklis
2. Alkaloid dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis
3. Alkaloid putressina, spermidina, dan spermina
4. Alkaloid peptida
5. Alkaloid terpena
1. Alkaloid heterosiklis
Alkaloid heterosiklis merupakan alkaloid dengan atom nitrogennya terdapat
dalam cincin heterosiklis. Alkaloid hetrosiklis dibagi menjadi :
a. Alkaloid pirolidin
b. Alkaloid indol
c. Alkaloid piperidin
d. Alkaloid piridin
e. Alkaloid tropan dan basa yang berhubungan
f. Alkaloid histamin, imidazol dan guanidin
g. Alkaloid isokuinolin
h. Alkaloid kuinolin
i. Alkaloid akridin
j. Alkaloid kuinazolin
k. Alkaloid izidin
2. Alkaloid dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis
a. Eritrofleum
b. Fenilalkilamina
c. Kapsaisin
d. Alkaloid dari jenis kolkina
3. Alkaloid putressina, spermidina, dan spermina
4. Alkaloid peptida
5. Alkaloid terpena dan steroid
Klasifikasi Alkaloid
1. Phenyalkylamine (contoh : ephedrine, mescaline )
2. Pyrrolidine (contoh : stachydrine, hygrine )
3. Pyrrolizidine (contoh : senecionine, hygrine )
4. Tropane (contoh : atropine, hyoscyanine, cocaine )
5. Quinoliziline (contoh : Lupinine, sparteine )
6. Quinoline (contoh : quinine, quinidine, aconitine )
7. Isoquinoline (contoh : papaverine, emetine, tubocurarine )
8. Phenantherene (contoh : Morphine, codeine, thebaine)
9. Indole (contoh : physostigmine, strychnine, Ergot alkaloids )
10. Carboline (contoh : Yohimbine, Reserpine )
11. Steroidal (contoh : solanine, cevadine )
12. Imidazol (contoh : ilocarpine, Pilocarpidine )
13. Purine (contoh : caffeine, theobromine, theophylline )
14. Tropolone (contoh : colchicine, colchiceine )
Atrophine
nicotine morphine
coniine
emetine
quinine
ISOLASI
Alkaloid umumnya didapat dari mengekstraksi bagian tanaman
dengan asam, pelarut yang melarutkan alkaloid menjadi bentuk
garamnya. Atau bagian tanaman dibuat alkalis dengan natrium
karbonat, dsb. Dan basa bebas di ekstraksi dengan pelarut organik
seperti kloroform, ether, dsb. Ekstraksi berkelanjutan biasanya
digunakan untuk alkaloid yang sifatnya termolabil.
Penggunaan reagen seperti kloroform, aseton, amonia dan metilen
klorida sebaiknya dihindari dalam beberapa kasus.
Cara lain yang dapat digunakan untuk memisahkan alkaloid dari
pelarut asam adalah dengan cara adsorbsi dengan Lloyd reagent.
Alkaloid dapat dieluasi dengan larutan pengembang basa.
Alkaloid yang sifatnya cukup hidofobik dapat di adsorbsi dgn XAD-
2 resin dan kemudian dieluasi dengan asam atau larutan etanol.
Banyak alkaloid dapat dipisahkan dengan mengendapkan mereka
dengan reagen Mayer (kalium merkuri iodida) atau garam
Reinecke dan endapan dapat di resolve denagn metode ion
exchange chromatography. Masalah yang dapat muncul adalah
alkaloid dapat muncul dalam bentuk terikat yang tidak dapat
dilepaskan dengan kondisi ekstraksi yang biasa. Agen pembentuk
kompleks seperti polisakarida dan glikoprotein dapat melepas
alkaloid dengan pemberian asam.
Yang paling umum digunakan untuk
pemisahan campuran adalah
kromatografi kolom selain ion exchange
resin. Atau dengan adsorben seperti
alumunium oksida atau silika gel.
KARAKTERISASI
ALKALOID
REAKSI PENGENDAPAN
Mayer (kalium tetraiodomerkuri) Pereaksi Wagner (yodium kalium
Merkuri klorida 1,36 g iodida)
Kalium iodida 5,00 g Yodium 1,3 g
Air sampai 100 ml Kalium iodida 2,0 g
Hasil : endapan krem atau kuning pucat Air sampai 100 ml
pada sebagian besar alkaloid kecuali pada Hasil : endapan merah bata sampai kecoklatan pada semua alkaloid
purin, colchicine, efedrin dan ricinine.
Reagen Marme
(kalium iodida kadmium)
Bertrand pereaksi (asam
Kadmium iodida 10 g Silicotungstic).
Kalium iodida 20 g larutan 5% memberikan derivatif kristal.
kondensasi karbinolamin
Nama dalam tanda kurung menunjukkan alkaloid
yang sudah ketambahan kerangka lain. Nama lain
menunjuk kapada golongan dari alkaloid. Sebuah
penyamarataan dibuat mengenai alkaloid, pelopor
kelompok metil ditemukan pada banyak alkaloid,
seperti kelompok N-metil dan O-metil. Dari hasil
penelitian, hampir tanpa kecuali, senyawa-senyawa
tersebut adalah turunan dari kelompok metil dari
methionin. Susunan enzim dari berbagai macam
tanaman menunjukkan fungsi katalis terhadap transfer
metil dari S-adenosilmethionin untuk membentuk
gramin, hordenin, trigonellin, dan beberapa alkaloid
opium