Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KASUS

NEFROLITIASIS DENGAN TINDAKAN NEFROLITOTOMI


DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD JENDRAL AHMAD
YANI METRO TAHUN 2020

HANA IQOMATUL IHSANIAH


http://www.free-powerpoint-templates-design.com
01 PENDAHULUAN

02 TINJAUAN PUSTAKA
.

03 METODE PENELITIAN
.

04 HASIL DAN PEMBAHASAN


WHO

1-2%
Rata-rata penduduk dari seluruh
dunia yang menderita
batu ginjal.
Di Amerika serikat sendiri penyakit terbanyak
pada system perkemihan yaitu penyakit batu ginjal
dengan presentase 30% dari jumlah 100.000 jmlh
penderita batu ginjal. Di Negara barat lebih
90%batu saluran kemih diterapi secara minimal
invasif atau endourologi,dan sisanya secara
medikamentosa maupun operatif (Septianingsih,
2016).
DATA INDONESIA

1,2%
1,2% Jogjakarta
Prevalensi penyakit ini diperkirakan sebesar 50% Aceh
7% pada perempuan dewasa dan 13% pada 0.9%
laki-laki dewasa.Empat dari lima pasien adalah Jawa Barat
laki-laki. Di Indonesia sendiri, penyakit ginjal
yang paling sering ditemui adalah gagal ginjal 40% 0,9%
0,9%
Jawa Timur
dan
Nefrolitiasis . Sulawesi
70% Selatan

(Fauzi & Adi Putra, 2016).


60%
DATA DI RSUD AHMAD YANI METRO
Selama melakukan praktik klinik keperawatan perioperatif
di instalasi bedah sentral RSUD jendral ahmad yani metro
peneliti mendapatkan data observasi,bahwa setiap
harinya terdapat 2-3 pasien yang mengalami batu ginjal di Your Picture Here
bagian bedah urologi dan dilakukan prosedur tindakan
operasi
Nefrolitotomi.

Text Here
Berdasarkan survey di Rumah Sakit Umum
Jendral Ahmad Yani Metro di ruang bedah
diperoleh data pada tahun 2019 selama 3
bulan kedepan sebanyak 180 pasien
Nefrolitiasis.
Asuhan keperawatan adalah segala bentuk tindakan
atau kegiatan pada praktek keperawatan yang
diberikan kepada klien yang sesuai dengan standar
operasional prosedur (SOP) (Carpenito, 2009).
Sedangkan keperawatan perioperatif merupakan
proses keperawatan untuk mengembangkan rencana
asuhan secara individual dan mengkoordinasikan
serta memberikan asuhan pada pasien yang
mengalami pembedahan atau prosedur invasif
(AORN, 2013).
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Khusus

Your Picture Here


1. Menggambarkan asuhan keperawatan pre
operasi dengan tindakan nefrolitotomi di
instalasi bedah sentral RSUD Ahmad Yani
Metro tahun 2020.
2. Menggambarkan asuhan keperawatan intra
Tujuan Umum operasi dengan tindakan nefrolitotomi di
instalasi bedah sentral RSUD Ahmad Yani
Metro tahun 2020.
3. Menggambarkan asuhan keperawatan post
Menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan operasi dengan tindakan nefrolitotomi di
perioperatif pada kasus nefrolitiasis dengan instalasi bedah sentral RSUD Ahmad Yani
tindakan Metro tahun 2020.
nefrolitotomi di instalasi bedah sentral RSUD
Ahmad Yani Metro tahun 2020.
Tinjauan Pustaka

01 KONSEP PERIOP

02 ASKEP PERIOP

03 KONSEP PENYAKIT NEFROLITIASIS

04 JURNAL TERKAIT
Konsep Penyakit Nefrolitia
sis

Definisi Nefrolitiasis Pemeriksaan Penunjang


Keadaan yang ditandai dengan
01 adanya batu pada di kaliks atau 04 Cek lab, Pemeriksaan Radiologi

pelvis ginjal

Etiologi Nefrolitiasis Penatalaksanaan


02 Dari beberapa faktor, baik
intrinsik maupun ekstrinsik 05 Medikamentosa, dan tindakan invasif
(PNL,ESWL,Laparaskopi, dan Bedah
Terbuka)
Jenis Batu

03
METODELOGI
1. Fokus Asuhan Keperawatan
Pada laporan tugas akhir ini penulis melakukan pendekatan asuhan
keperawatan Perioperatif. Asuhan ini berfokus pada kasus
nefrolitiasis dengan tindakan operasi nefrolitotomi di Ruang bedah
sentral RS Jendral Ahmad Yani Metro Provinsi Lampung.

2. Subyek Asuhan
Kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
Pasien yang terdiagnosis nefrolitiasis yang dirawat di Ruang bedah
RS Jendral Ahmad Yani Metro Provinsi Lampung
02
Pasien dengan usia dewasa lanjut 60-kematian
Pasien yang dilakukan tindakan operasi Nefrolitotomi
Pasien dewasa lanjut yang bersedia dijadikan objek asuhan.
Pasien dewasa lanjut yang kooperatif.

Kriteria eksklusi:
Tidak kooperatif,
Tidak ada kesediaan yang dileliti,
Tidak bisa membaca ataupun penulis,
Mengalami gangguan pendengaran.
Pasien yang bukan tergolong dewasa lanjut
Identitas Pasien Riwayat Praoperatif

Nama : Ny.M Pasien mengatakan 6 bulan yang lalu dirinya pernah

Umur : 63 Tahun
menjalani prosedur tindakan URS di RSUD Ahmad Yani
Metro dan dilakukan pemasangan J-stent. Namun, 1
Askep
Jenis Kelamin: Perempuan bulan kemudian saat akan dilakukan pengecekan untuk
pelepasan J-stent pasien mengatakan nyeri pada Perio-
Suku/Bangsa : Jawa bagian pinggang kanan dan nyeri menyebar sampai ke
Agama : Islam bagian perut bawah kanan hingga selangkangan. Nyeri
dirasakan bertambah apabila melakukan aktifitas yang
peratif
Pekerjaan : Petani berat. Pasien juga mengatakan skala nyeri yang
Pendidikan : Tidak tamat SD dirasakan 7 yaitu nyeri berat yang mengganggu
aktivitas dan saat dilakukan Ct-scan Urologi ulang
Gol.Darah : B+ terdapat batu yang berukuran 2cm pada bagian kaliks
Alamat : Marga Tiga, Lampung Timur dan pelvis renalis ginjal. Sehingga pasien disarankan
untuk dilakukan tindakan operasi nefrolitotomi atau OSS
Tanggungan : BPJS untuk pengangkatan batu pada ginjal di RSUD Ahmad
No.RM : 381065 Yani Metro. Pasien juga merasa saat tiba diruang
operasi pasien tampak cemas, pasien tampak terus
Tgl Masuk Rs: 18 Februari 2020 menanyakan prosedur yang akan dilakukan, pasien
Tgl Pengkajian: 19 Februari 2020 mengatakan ia takut untuk melakukan prosedur operasi.
Pasien juga megatakan ini adalah operasinya yang
Diagnosa : Nefrolitiasis kedua kali tetapi dirinya tetap merasa cemas
dan takut.
Lanjutan Pengkajian Preoperatif

Tanda-tanda Vital Pemeriksaan Fisik


Tidak terdapat masalah pada
Kesadaran : Composmentis
bagian kepala, leher, jantung
dan paru, serta ekstremitas
GCS : 15 , Orientasi : Baik A B atas-bawah. Namun pada
TD : 140/80 mmHg
bagian abdomen terdapat nyeri
Nadi : 90 x/m
tekan pada perut bagian bawah
Suhu : 36,8 0C
Pernafasan : 23 x/m C D hingga punggung belakang

Pemeriksaan Skala Nyeri


Pemeriksaan laboratorium
Eritrosit : 5,29 /uL H
MCV : 74,4 fl L
MCH : 24,0 pg L
RDW : 11.4 % L
MPV : 5,44 Fl L
.
Hasil Ct-Scan Tanpa Kontras

Your Picture Here

Kesimpulan :

• Hydronephrosis grade 3 e.c


pyelolithiasis dextra
• Nephrocalcinosis dextra
• Tak tampak kelainan pada sinistra,
kedua ureter
 
Pengkajian Intraoperasi
Sehari Sebelum Pembedahan
Tanda-tanda vital

TD : 112/86 mmHg Tgl / Nama JO Dosis Rute


Nadi : 86 x/m
jam Obat
Suhu : 36,50C
18 Ketorolac Anal 30mg IV
Pernafasan : 20 x/m
februar getik
Posisi pasien di meja operasi adalah i 2020
Lumbotomi, Jenis operasi adalah Mayor,
Nama operasi: Nefrolitotomi Pemberian Obat anastesi GA
Area/bagian tubuh yang dibedah adalah
Pinggul kanan belakang . Tenaga medis dan Nama Obat Dosis Rute

perawat di ruang operasi :Dokter Propofol 110 mg Intravena


anastesi,Asisten dokter anastesi,Dokter Fentanyl 100 mcg Intravena
bedah,Asisten bedah,Perawat instrumen
Atrakurium 25 mg Intravena
dan Perawat sirkuler
Prosedur Tindakan Operasi
Pasien dilakukan pemasangan kateter, Posisikan pasien
dengan posisi lumbotomi, kemudian dilakukan sign in
sebelum pasien di anastesi, dilakukan general anastesi oleh
penata anastesi kemudian tim bedah melakukan cuci tangan
bedah dan dilanjutkan dengan gowning dan gloving
kemudian perawat instrumen menyiapkan instrumen operasi
yg akan digunakan dan asisten melakukan tindakan aseptik
Add Contents Title

Add Contents Title

Add Contents Title

Add Contents Title

Add Contents Title


dengan alkohol 70% dan povidon iodine , setelah itu
dilakukan drapping , kemudian dilakukan time out oleh
perawat sirkuler , kemudian dilakukan insisi 10cm,
kemudian dilakukan kontrol perdarahan dengan
menggunakan kassa, jepit ujung pembuluh darah
menggunakan klem arteri lalu digunakan ESU untuk
koagulasi kemudian buka subkutis, vasia lalu otot,
selanjutnya jepit vasia dan otot menggunakan klem arteri
buka ginjal menggunakan mess nomer 3 pengambilan batu
menggunakan stuntang di mulai. Setelah selesai di ambil
lalu dilakukan penjahitan pada ginjal menggunakan cromic
2/0 tepper. Kemudian dilakukan penjahitan otot, vasia, dan
subkutis dengan PGA 2/0 tapper kemudian menjahit kutis
dengan PGA 3/0 cutting. Kemudian luka dibersihkan dengan
NACL 0,9% dan ditutup kassa dan hypapix. Operasi
Berlangsung 1jam 15 menit
Pengkajian PostOperatif

Pindah ke PICU
Tanda-tanda Vital
• Keluhan saat di RR/PACU :
TD : 141/90 mmHg Pasien mengeluh dingin
Nadi : 78 x/m • Airway : Tidak ada masalah pada
Suhu : 35,30C A B jalan nafas
Pernafasan : 25 x/m • Breathing : Pasien terpasang O2
Saturasi O2 : 98 % nasal kanul 2L/m SPO2 : 98%
• Sirkulasi : pasien terpasang infus RL
C D
Balance Cairan
Aldert Score Pasien
Jumlah pemeriksaan Aldert = Intake- Output
Score pasein 9 = 1000 – 1328,1 = - 328,1 cc
ANALISA DATA

 
ANALISA DATA

 
Rencana Keperawatan
Insert the title of your subtitle Here
Rencana Keperawatan
Insert the title of your subtitle Here
Rencana Keperawatan
Insert the title of your subtitle Here
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Rencana keperawatan
Pengkajian Preoperasi Sesuai dengan literatur bahwa jika
perawat sudah menegakkan diagnosa
Pada pengkajian preoperatif yaitu mengecek Tanda-tanda vital : maka rencana keperawatan dapat
Kesadaran : Composmentis, GCS : 15 Orientasi : Baik, TD: 140/80 dirumuskan menggunakan SDKI untuk
mmHg, Nadi: 90 x/m, Suhu: 36,8 0C, Pernafasan: 23 x/m. Pada saat menyelesaikan masalah keperawatan.
dilakukan pemeriksaan fisik head to toe ditemukan data abnormal pada
bagian abdomen terdapat distensi abdomen, dan nyeri tekan pinggang
kanan yang menjalar hingga perut bagian kanan bawah.
Implementasi
 
Implementasi ansietas yaitu Mengidentifikasi
Dari hasil pengkajian preoperasi bahwa tindakan seperti mengukur
tingkat ansietas. Misalnya ( kondisi pasien,
tanda-tanda vital, head to toe, pemeriksaan lab, sampai dengan hasil
waktu ), Memonitor tanda-tanda ansietas ,
Ct-Scan Urologi tanpa kontras sudah dilakukan sesuai dengan prosedur
Menciptakan suasana teraupetik untuk
yang berlaku. Hal ini sesuai dengan buku panduan yang telah diberikan
menumbuhkan kepercayaan, Menemani pasien
oleh pihak kampus.
untuk mengurangi kecemasan, Memahami situasi
yang membuat ansietas, Mendengarkan dengan
Diagnosa keperawatan penuh perhatian, Mengunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan, Menjelaskan prosedur
Pada hasil pengkajian diagnosa pre operasi, Masalah yang ditemukan tindakan, termasuk sensasi yang mungkin akan
yaitu Pasien mengatakan merasa cemas, dan sering bertanya tentang dialami, Melatih teknik relaksasi dan kegiatan
prosedur operasi open Nefrolitotomi. Hal ini Sesuai dengan teori pengalihan untuk mengurangi ketegangan
(Muttaqin & Sari, 2009) bahwa diagnosa yang sering muncul saat
preoperasi adalah Kecemasan berhubungan dengan suasana
menjelang pembedahan , (SDKI, 2016).
Pengkajian Intraoperasi Rencana keperawatan
Pada saat pengkajian intra operasi data-data yang di dapat yaitu
Intervensi yang bisa dilakukan pada
pasien operasi Nefrolitotomi, posisi pasien Lumbotomi, posisi kedua
pasien intra operasi dengan diagnosa
tangan memeluk guling, pasien anastesi general, durasi operasi ±
resiko cidera yaitu identifikasi area
1jam 15 menit.
lingkungan yang berpotensi
menyebabkan cedera hilangkan bahaya
Pengkajian intra operasi secara ringkas mengkaji hal-hal yang
keselamatan lingkungan (mis, hazat
berhubungan dengan pembedahan. Diantaranya adalah validasi
kimia), identifikasi obat yang dapat
identitas dan prosedur jenis pembedahan yang dilakukan, serta
menyebabkan cidera, identifikasi
konfirmasi kelengkapan data penunjang laboratorium dan radiologi
kesesuaian alas kaki atau stoking elastis
(Muttaqin & Sari, 2009).
pada ekstremitas bawah , sediakan
Diagnosa keperawatan pencahayaan yang memadai, Gunakan
Hasil pengkajian diagnosa intra operasi yang ditemukan yaitu resiko pengaman tempat tidur sesuai dengan
cidera . Sesuai dengan teori (Muttaqin & Sari, 2009). Respon kebijakan fasilitas pelayanan kesehatan,
pengaturan posisi bedah lumbotomi akan menimbulkan peningkatan Tingkatkan frekuensi observasi dan
resiko cedera peregangan, tekanan berlebihan pada tonjolan-tonjolan pengawasan pasien, sesuai kebutuhan .
tulang yang berada dibawah, tekanan pada vena femoralis atau Intervensi ini sesuai dengan teori SIKI
abdomen 2018

 
Implementasi

Implementasi yang telah dilakukan pada pasien intra operasi


Nefrolitotomi dengan indikasi Nefrolitiasis (Batu Ginjal) dengan
diagnose resiko cidera yaitu Mengidentifikasi area lingkungan yang
berpotensi menyebabkan cedera menghilangkan bahaya keselamatan
lingkungan (mis, hazat kimia), mengidentifikasi obat yang dapat
menyebabkan cidera Mengidentifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking
elastis pada ekstremitas bawah, Menyediakan pencahayaan yang
memadai, Menggunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan
kebijakan fasilitas pelayanan kesehatan, Meningkatkan frekuensi
observasi dan pengawasan pasien, sesuai kebutuhan sesuai dengan
(SIKI, 2018).
Eva;uasi
Berdasarkan asuhan keperawatan perioperatif terhadap Ny.M dengan
tindakan Nefrolitotomi diruang operasi RSUD Ahmad Yani Metro telah
dilakukan implementasi dan evaluasi.Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui perkembangan pasien dan untuk mengetahui seberapa
besar keberhasilan layanan asuhan keperawatan yang telah diberikan
dan pada evaluasi menggunakan komponen SOAP. Kondisi pasien
setelah dilakukan implementasi dan evaluasi yaitu Pasien posisi
lumbotomi, Tubuh pasien difiksasi dengan meja operasi, sudah dilakukan
aseptik di area yang akan dilakukan operasi dengan alkohol dan
povidone iodin, pasien telah mendapat antibiotik profilaksis, Suhu
ruangan 26,8 C, Masalah keperawatan resiko cidera, Rencana tindak
lanjut Pertahankan observasi dan pengawasan terhapat pasien, sesuai
Pengkajian Postoperasi Rencana keperawatan
Pengkajian post operasi dilakukan secara sitematis mulai dari
Intervensi keperawatan bertujuan agar
pengkajian awal saat menerima pasien, pengkajian status respirasi,
hipotermi teratasi dengan kriteria hasil:
status sirkulasi, status neurologis dan respon nyeri, status integritas
pasien mengatakan tidak dingin lagi,
kulit dan status genitourinarius (Muttaqin & Sari, 2009). Pasien tiba di
pasien tidak menggigil kedinginan, suhu
ruang recovery pada tanggal 19 februari 2020 pukul 13.00 WIB,
tubuh pasien 36,5 – 37,5 0c. Adapun
instruksi di ruang recovery: posisi supinasi, O2 2 lpm nasal kanul,
intervensi keperawatan meliputi:
awasi tanda-tanda vita setiap 15 menit, infuse RL 20 tpm. Saat diruang observasi tanda – tanda vital pasien,
recovery penulis melakukan pengkajian data diperoleh hasil keadaan atur suhu ruangan rendah, beri selimut
umum baik, TD 141/90 mmHg, Nadi 78 x/m, Suhu 35,3 0C, Pernafasan hangat elektrik kepasien. Berdasarkan
25 x/m, Saturasi O2 98 %, pasien mengatakan kedinginan, pasien intervensi yang dirumuskan agar
tampak menggigil kedinginan dan pasien masih terpengaruh obat hipotermi teratasi, penulis menggunakan
anastesi, pergerakan dinding dada simetris, akral dingin. intervensi pada SIKI tahun 2018. Hal ini
sesuai dengan teori Sjamsuhidajat & De
Diagnosa keperawatan Jong (2010), yang mengatakan bahwa
Diagnosa yang muncul pada postoperatif adalah Hipotermi b.d efek teknik terapi non farmakologis yang
agen Farmakologi. Menurut teori dari (Setiyanti, 2016) dalam dapat dilakukan untuk mengatasi
(Mubarokah, 2017) menyebukan bahwa pasien pasca general anastesi hipotermi yaitu dengan memberikan
biasanya mengalami beberapa gangguan salah satunya yaitu selimut hangat, mengatur suhu
Hipotermi. Gangguan metabolisme mempengaruhi kejadian hipotermi, lingkunngan yang memadai, serta
selain itu juga karna efek dari obat-obatan yang dipakai, faktor usia, menggunakan penghangat cairan untuk
lamanya operasi, dan jenis kelamin perempuan lebih beresiko terkena tranfusi dan cairan lain.
hipotermi pasca anastesi. Sehingga diagnosa yang sering muncul post
operasi adalah hipotermi berhubungan dengan agen farmakologi
(Anastesi GA).
Implementasi

Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi hipotermi yaitu dengan


mengobservasi tanda – tanda vital pasien, mengatur suhu ruangan
rendah, memberi selimut hangat elektrik kepasien dengan SIKI. Sesuai
dengan teori (Tartowo & Wartonah, 2015) Implementasi merupakan
tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan,
tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi

Evaluasi

Pada tahap ini, penulis menggunakan metode pendokumentasian SOAP


yaitu Subyektif(S), Obyektif(O), Assesment(A), dan Planning(P). Evaluasi
dari diagnosa hipotermi diperoleh hasil: Subyektif: pasien mengatakan
sudah tidak dingin. Obyektif: terpasang selimut elektrik pada pasien,
tanda – tanda vital TD : 130/80 mmHg, HR : 90x/menit, RR : 22x/menit,
suhu tubuh pasien: 36,30c. Assesment: -. Planning: observasi suhu tubuh
pasien, pertahankan selimut pasien sampai suhu tubuh diatas 36,5 0c,
pindahkan ke ruang rawat. Sesuai dengan teori (Tarwoto & Wartonah,
2015) Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk
dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan
Thank you
Insert the title of your subtitle Here

Anda mungkin juga menyukai