Anda di halaman 1dari 36

FUGUE DISOSIATIF 43 U

 Ngurah Bagus Raditya S.R. 20190420026


 Nurfadini 20190420149
 Nurrochmah Ihayani Istiqomah 20190420150
 Paulus Erick Djuanda 20190420151
 Puteri Nabila L.Z. 20190420152
 Putri Aisyah Achmad A. 20190420153
 Putri Diana Maulia Ulfa 20190420154
 Andre Fernando Gunadi 20170420011
DEFINISI FUGUE DISOSIATIF
oDissociative amnesia DD:
oTraumatic events oDementia
oUncommon traveling oMalingering
oPerawatan diri masih bagus  oSchizophrenia
parietal lobe oMania
oSeizures disorders (GMO)
SEJARAH FUGUE DISOSIATIF
oGangguan konversi dan disosiasi masih dalam proses evaluasi ulang, belum kokoh
dan dulu termasuk ke dalam sejarah dari hysteria.
oHisteria yang merupakan gangguan neurosis yang dikarakteristikkan dengan
ketidakstabilan emosi, represi, disosiasi dan beberapa gejala fisik
oAda dua tipe histeria yaitu histeria konversi yang sekarang dikenal sebagai
gangguan konversi dan histeria disosiatif atau dikenal sebagai gangguan disosiatif
oAwal abad ke-18, diagnosis histeria telah jelas berupa sejumlah ciri-ciri depresi dan
kecemasan yang dapat dibedakan dari diagnosis gangguan konversi dan disosiatif.
Pada abad ke-19, dikenal istilah gangguan magnetis diantaranya somnambulisme
nokturnal dan pada fase jaga, yaitu automatisme ambulatoris atau fugue
SEJARAH FUGUE DISOSIATIF
oDi Amerika Serikat, James menyebutkan adanya kasus fugue yang disertai
perubahan identitas pada seorang pastur keliling, Ansel Bourne. Bourne menghilang
dari rumahnya di Providence, Rhode Island, setelah mengambil uang dari rekening
banknya untuk membayar hutang. 2 bulan berikutnya, dia “terbangun” menemukan
dirinya di daerah Norristown, Pennsylvania dimana dia hidup dengan nama A.J
Brown dan bekerja sebagai penjaga toko. Bourne, tidak memiliki memori ketika dia
menghilang dari rumah dan ketika kembali ke identitas awalnya
o Janet, mempelajari Fugue sebagai studinya dalam studi klasik dari disosiasi dan
histeria. Janet berhipotesis bahwa fugue berdasarkan disosiasi dari kompleks fungsi
mental yang terjadi pada amnesia dan umumnya terorganisir diseputar emosi yang
sangat kuat atau keadaan yang menghubungkan banyak asosiasi disertai keinginan
untuk lari.
SEJARAH FUGUE DISOSIATIF
Fugue disosiatif juga ditemukan oleh para psikiater pada masa perang dunia I & II.
Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam studi kasus oleh David Rappaport,
Charles Fischer, Elisabeth Geleerd, Merton Gill, dan Margaret Brenman yaitu fugue
disosiatif pada warga sipil dan militer.
EPIDEMIOLOGI
Peristiwa 0.2%
katastropik Usia
20-40tahun

Underdiagnosed
REVIEW SINGKAT
NEUROANATOMI MEMORI &
SISTEM LIMBIK – CORTICAL
AREA oFrontal: Working memories. Ability to plan, organize
work, typing letter, pay attention to detais, control
movemens of extremities. Coordination of information
oTemporal: Autobiographical memory, identifying items
as one that was recently encountered, recognition
memory, recollective components.  impairing long-term
memory
oParietal: Sensation and perception (integrating touch,
sight, pain etc to form single perception). Helping
mediation attention when necessary & provides spatial
awareness and navigational skills.
oOccipital: visual perception  hallucinations, illusions
REVIEW SINGKAT
NEUROANATOMI MEMORI &
SISTEM LIMBIK –
SUBCORTICALotoHippocampus:
AREA Cognitive Function. Consolidating short
long memories, memorizing routes/map. Damage
results in anterograde amnesia.
oAmygdala: emotional learning and memory, responds
strongly to emotional stimuli, especially fear. These
neurons assist in encoding emotional memories and
enhancing them. This process results in emotional events
being more deeply and accurately encoded into memory.
oBasal Ganglia: cognition, learning, and motor control and
activities. The basal ganglia are also associated with
learning, memory, and unconscious memory processes,
such as motor skills and implicit memory
ETIOLOGI: RISK FACTORS
PRECIPITATE AND CAUSING
THESE

Volume hippocampus
& amygdala

Ketidakseimbangan
Genetik neurotransmitter
ETIOLOGI
oDisosiasi dapat mengganggu pengkodean, penyimpanan, atau pengambilan dalam
bentuk cerita kenangan episodik traumatis
oSerotonin bekerja post-sinaptikal di amygdala untuk merangsang sintesis dari
encephalin, yang memodulasi atau mengurangi efek yang berkaitan dengan
pengalaman menakutkan atau ingatan traumatis
oJika sistem alarm amygdaloid terbebani secara berat dan rusak, hewan akan menjadi
tidak mampu mengolah ketakutan. Dengan demikian, kapanpun ingatan pada trauma
dirasa dilingkungan, atau ingatan traumatis episodik mengancam untuk
memunculkan kewaspadaan, alarm akan berbunyi dan menunjukkan keadaan gagal
aman, jalan terakhir untuk bertahan adalah dengan disosiatif
ETIOLOGI
Pandangan psikodinamik:
oSebagai bentuk mekanisme pertahanan terhadap trauma psikologik
oMerupakan cara penanggulangan masalah yang digunakan ego untuk menyingkirkan kecemasan
yang terjadi
oGangguan disosiatif melibatkan penggunaan mekanisme pertahanan represi yang tergolong
patologik. Represi secara besar-besaran yang menghasilkan terpisahnya impuls yang tidak dapat
diterima dan ingatan yang menyakitkan dari ingatan seseorang.3 Pertahanan ini juga berfungsi
menunda penyelesaian masalah dan menempatkan trauma pada pandangan di sisa hidup mereka
oFaktor pribadi menjadi predisposisi seseorang untuk mengalami fugue disosiatif. keinginan
menarik diri dari pengalaman yang menyakitkan secara emosi, stresor perkawinan, keuangan,
pekerjaan dan stresor akibat perang, penyebab gangguan ini pada dasarnya adalah masalah
psikologis.
MANIFESTASI KLINIS
oDitemukan amnesia yaitu ketidakmampuan mengingat kembali informasi identitas
personal namun individu masih dapat belajar sesuatu yang baru
oPada saat onset fugue terjadi, pasien tidak akan menyadari dirinya terkena amnesia.
Jika pasien kembali ke dirinya sebelumnya, pasien dapat mengingat hal-hal sebelum
onset fugue terjadi, namun pasien tetap lupa pada apa yang terjadi selama periode
fuguenya
oPada awalnya, pasien dengan fugue disosiatif mungkin terlihat normal sepenuhnya.
Seiring berjalannya waktu, kebingungan mulai tampak terlihat. Kebingungan ini
mungkin hasil dari realisasi bahwa pasien tidak mampu mengingat masa lalunya.
Pasien kemudian menyadari ada sesuatu yang salah tidak lama setelah mereka
melarikan diri dalam beberapa jam sampai beberapa hari
MANIFESTASI KLINIS
oPasien dengan fugue disosiatif tidak menunjukkan kelakuan patologis atau
memperlihatkan adanya ingatan tertentu dari kejadian yang traumatik, mereka
biasanya tenang, biasa, bekerja dengan pekerjaan sederhana, hidup sederhana, dan
umumnya tidak melakukan hal-hal yang dapat menarik perhatian ke arahnya
DIAGNOSIS BANDING
oDiagnosis banding untuk fugue disosiatif serupa dengan diagnosis banding amnesia
disosiatif, antara lain demensia, delirium, epilepsi parsial kompleks, amnesia
disosiatif, fugue organik, dan gangguan identitas disosiatif. Perbedaan episode
berpergian pada demensia dan delirium dengan fugue disosiatif adalah berpergian
pada demensia atau delirium tidak bertujuan dan tidak ada perilaku kompleks dan
adaptif secara sosial
oEpilepsi parsial komplek juga disertai dengan episode bepergian, namun berbeda
dengan fugue disosiatif yang biasanya mengambil identitas baru serta dicetuskan
oleh peristiwa traumatik, pada epilepsi parsial komplek pasien tetap memakai
indetitas sesungguhnya dan episode tidak dicetuskan oleh stress psikologis
DIAGNOSIS BANDING
o Diagnosis hilang kesadaran karena akohol sering tertukar dengan fugue disosiatif
tetapi dapat dibedakan melalui anamnesis klinik yang baik serta mengetahui
konsentrasi akohol yang diminum, jika hal ini terjadi saat intoksitasi akut
oDiagnosis banding lain untuk fugue adalah gangguan indetitas disosiatif. Fugue dan
gangguan indetitas disosiatif memiliki kemiripan karena terdapat periode amnesia
dan adanya identitas lain. Namun, kesadaran akan identitas asli pada pasien
gangguan identitas disosiatif juga ditemukan, berbeda dengan pasien fugue yang
benar- benar melupakan identitas aslinya selama onset terjadi
KRITERIA DIAGNOSA
PPDGJ III
DSM IV
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PPDGJ III
1. Ciri –ciri amnesia disosiatif (f 44. 0)
Ciri utama adalah hilangnya daya ingat, biasanya mengenai kejadian penting yang baru terjadi (selective) yang
bukan disebabkan oleh gangguan mental organik dan terlalu luas untuk dapat dijelaskan atas dasar kelupaan yang
umum terjadi atau atas dasar kelelahan.
Diagnosis pasti amnesia disosiatif memerlukan:
-Amnesia, baik total atau parsial, mengenai kejadian yang “stressful” atau traumatik yang baru terjadi( hal ini
mungkin hanya dapat dinyatakan bila ada saksi yang memberi informasi).
-Tidak ada gangguan mental organik, intoksikasi atau kelelahan berlebihan (sindrom amnesik organik, F04, F1x.6)
Yang paling sulit dibedakan adalah “amnesia buatan” yang disebabkan oleh simulasi secara sadar (malingering).
Untuk itu penilaian secara rinci dan berulang mengenai kepribadian premorbid dan motivasi diperlukan. Amnesia
buatan (conscious simulation of amnesia) biasanya berkaitan dengan problema yang jelas mengenai keuangan, bahaya
kematian dalam peperangan, atau kemungkinan hukuman penjara atau hukuman mati.
2. Melakukan perjalanan tertentu melampaui hal yang umum dilakukannya sehari-hari.
3. Kemampuan mengurus diri yang dasar tetap ada (makan, mandi, dsb) dan melakukan
interaksi sosial sederhana dengan orang – orang yang belum dikenalnya (misalnya membeli
karcis atau bensin, menanyakan arah, memesan makanan). Harus dibedakan dari “ postical
fugue” yang terjadi setelah serangan epilepsi lobus temporalis, biasanya dapat dibedakan
dengan cukup jelas atas dasar riwayat penyakitnya tidak adanya problem atau kejadian yang
“stressful” , dan kurang jelasnya tujuan ( fragmented ) berpergian serta kegiatan dari
penderita epilepsi tersebut.
DSM IV
1. Gangguan yang predominan adalah terjadinya perjalanan mendadak yang tidak
diharapkan berupa meninggalkan rumah, tempat, pekerjaan dan ia tidak mampu
mengingat masa lalunya.
2. Kebingungan tentrang indetitas persoanal atau perkiraan dari indetitas baru
(sebagian atau utuh).
3. Gangguan tidak terjadi secara khusus selama perjalanan gangguan indetitas dan
tidak disebabkan efek fisiologis langsung dari penggunaan zat (misalnya
penyalahgunaan zat, pengobatan) atau kondisi medik umum (misalnya epilepsi
lobus temporalis).
4. Gejala menyebabkan distress yang bermakna atau hendaya dalam bidang sosial,
pekerjaan atau fungsi area yang penting.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan penunjang spesifik untuk mengetahui adanya fugue
disosiatif, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa :
1. EEG untuk menghilangkan kemungkinan kejang
2. MRI / CT scan untuk menghilangkan kemungkinan ada tumor otak
3. Tes Darah Lengkap dan urin untuk menghilangkan kemungkinan akibat efek
samping obat atau penggunaan zat terlarang.
TERAPI
Wawancara psikiatrik saja.
Wawancara psikiatrik yang diawali dengan pemberian obat.
Hipnosis mungkin dapat membantu ahli terapi dan pasien dalam mengungkapkan
stresor psikologis yang mencetuskan timbulnya episode fugue.
Psikoterapi.
ionotropic glutamate receptors:
(1) N-methyl-D-aspartate
(NMDA)
(2) α-amino-3-hydroxy-5-
methyl-4-isoxazole propionic
acid (AMPA), and
(3) kainate receptors.
WAWANCARA PSIKIATRIK YANG DIAWALI DENGAN
PEMBERIAN OBAT.

Wawancara psikiatrik yang diawali dengan pemberian obat barbiturat


kerja singkat, seperti thiopental (pentothal) dan natrium amobarbital
yang diberikan secara intravena, serta benzodiazepine dapat
membantu pasien dalam memulihkan ingatan yang telah
dilupakannya.
Secara umum, farmakoterapi pada dosis rendah dan jangka pendek,
diresepkan selama dibutuhkan untuk mengurangi gejala distres akut.
HIPNOTERAPI
Hipnoterapi secara spesifik digunakan sebagai intervensi untuk gangguan disosiatif.
Hipnosis dapat membantu dalam mengobati fugue disosiatif dengan mengakses
komponen lain yang tidak tersedia dari memori dan identitas.
Regresi usia hipnotis dapat digunakan sebagai kerangka untuk mengakses informasi
yang tersedia pada waktu sebelumnya.
Hipnosis terutama digunakan sebagai salah satu cara untuk membuat pasien merasa
tenang sehingga dapat mengingat kembali hal yang telah mereka lupakan.
Pasien akan ditempatkan dalam keadaan somnolen atau mengantuk, inhibisi mental
dihilangkan dan bahan amnestik akan muncul ke dalam kesadaran sehingga dapat diingat
kembali.
Ketika ingatan yang hilang telah diperoleh kembali, psikoterapi umumnya disarankan untuk
membantu pasien menyatukan kembali kenangan mereka kedalam keadaan sadar mereka.
Setelah reorientasi didirikan, identitas jelas ditemukan, dan kehilangan memori dari fugue
telah diselesaikan, penting untuk mengobati melalui masalah interpersonal atau intrapsikis
yang mendasari pertahanan disosiatif.
PSIKOTERAPI
Individu dengan disosiatif fugue dapat dibantu dengan pendekatan psikoterapi
yang sangat berguna dalam mengatasi stressor psikososial saat ini, seperti konflik
rumah tangga, dengan individu-individu yang terlibat. Sehingga stres psikososial
saat ini memicu fugue, resolusi stres yang dapat membantu mengatasinya dan
mengurangi kemungkinan kekambuhan.
INDIKASI MRS
Secara umum, rawat inap ditunjukkan ketika pengobatan medis atau bedah
diperlukan, ketika diagnosis tidak jelas, ketika tidak ada alternatif aman yang tersedia
untuk tempat tinggal pasien, dan sebagai sarana untuk menghentikan penyalahgunaan
yang sedang berlangsung.
Selain itu, rawat inap juga diindikasikan ketika pasien mengalami kebingungan
yang parah tentang identitas dirinya atau amnesia kronis mengenai jumlah episode
fugue.
TUJUAN MRS
Rawat Inap juga merupakan alat untuk menilai dan mengadministrasi pelayanan
sosial, pengobatan, perkembangan tingkah laku, dan memastikan bahwa pasien
bahwa pasien akan merespon pengobatan dibawah pengawasan yang aman dari
tenaga kesehatan profesional.
PROGNOSIS
Secara umum prognosis gangguan disosiatif baik bila gangguan disosiatif bersifat
akut sedangkan pada gejala-gejala yang terjadi cukup lama prognosis cenderung
buruk.
KESIMPULAN
Fugue disosiatif merupakan gangguan disosiatif yang memiliki semua gejala pada
amnesia disosiatif disertai secara jelas bepergian jauh dari rumah atau tempat kerja
dan tidak dapat mengingat aspek penting identitas sebelumnya (nama, keluarga,
pekerjaan). pasien fugue disosiatif ditemukan amnesia dan selama berkelana pasien
akan mengalami amnesia secara menyeluruh terhadap kehidupan masa lalunya.
Pada saat onset fugue terjadi, pasien tidak akan menyadari dirinya terkena amnesia.
Jika pasien kembali ke dirinya sebelumnya, pasien dapat mengingat hal-hal sebelum
onset fugue terjadi, namun pasien tetap lupa pada apa yang terjadi selama periode
fuguenya.
Kriteria Diagnostik Untuk Fugue Disosiatif Bedasarkan PPDGJ III harus ada ciri-ciri
amnesia disosiatif, melakukan perjalanan tertentu melampaui hal yang umum
dilakukannya sehari–hari, kemampuan mengurus diri yang dasar tetap ada (makan,
mandi, dsb) dan melakukan interaksi sosial sederhana.
Terapi yang diberikan pada pasien fugue yaitu dengan wawancara psikiatrik saja atau
wawancara psikiatrik yang diawali dengan pemberian obat, dan hipnosis. Pengobatan
utama untuk fugue disosiatif adalah psikoterapi berupa hipnosis.
Progonosis baik bila gangguan disosiatif bersifat akut sedangkan pada gejala-gejala yang
terjadi cukup lama prognosis cenderung buruk.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai