Anda di halaman 1dari 17

Hidradenitis Suppurativa

Kaspari arnando harianja


208 210 100

Pembimbing
dr.Dame Maria Pangaribuan, Sp.KK
Definisi
Hidradenitis adalah infeksi kelenjar apokrin, biasanya
oleh Staphylococcus aureus. Hidradenitis supurativa
(HS) adalah suatu keadaan kronik, yaitu infeksi
kelenjar apokrin yang berhubungan dengan axilla dan
regio anogenital.
Etiologi dan predisposisi
 Struktur adnexal

 Faktor genetik

 Hormon dan androgen

 Obesitas

 Infeksi bakteri (Staphylococcus aureus dan


staphylococcus-coagulase-negatif )
 Merokok
Patogenesis
Penyebab pasti dari hidradenitis supurativa masih belum
jelas yang telah dipahami adalah adanya kondisi dengan
gangguan oklusi folikular.
Urutan berikut ini dapat mengambarkan dugaan mekanisme
pengembangan lesi:
Keratin menyumbat folikel rambut kemudian terjadi dilatasi
folikel rambut yang kemudian melibatkan kelenjar apokrin
sehingga terjadi inflamasi Terjadi pertumbuhan bakteri
dalam saluran folikel  folikel yang mengandung bakteri
ini dapat pecah sehingga terjadi peradangan/ infeksi 
terbentuk nanah / kerusakan jaringan → pembentukan ulkus
dan fibrosis saluran sinus.
Gejala klinis
Infeksi terjadi pada kelenjar apokrin, karena itu
terdapat pada usia sesudah akil balik sampai dewasa
muda. Sering didahului oleh trauma dan mikrotrauma.
Ruam berupa nodus (0,5-2 cm).
Dengan kelima tanda radang akut (rubor, dolor, kalor,
tumor, fungsiolesa).
Pada peradangan yang menahun dapat terbentuk abses,
fistel, dan sinus yang multipel.
Tempat predileksi paling sering mengenai daerah
ketiak, lipat paha & perianal.
Stadium HS
Stadium primer berupa abses yang berbatas tegas,
tanpa bekas luka dan tanpa adanya saluran sinus.

Stadium sekunder berupa terbentuknya saluran sinus


dengan bekas luka akibat bekas garukan serta abses
yang berulang.

Stadium tersier menunjukkan lesi yang menyatu,


terbentuknya skar, serta adanya inflamasi dan
discharge saluran sinus.
Diagnosa banding
Skrofuloderma
Perbedaannya, pada hidradenitis supurativa pada
permulaan disertai tanda-tanda radang akut dan
terdapat gejala konstitusi. Sebaliknya pada
skrofuloderma tidak terdapat tanda-tanda radang akut
dan tidak ada leukositosis.
Furunkel dan Karbunkel
HS ditandai dengan abses steril dan sering berulang.
Selain itu, daerah predileksinya berbeda dengan
furunkel atau karbunkel yaitu pada aksila, lipat paha,
pantat atau dibawah payudara. Walaupun karbunkel
juga terdapat pada area yang banyak friksi seperti
aksila dan bokong.
Adanya jaringan parut yang lama, adanya saluran
sinus serta kultur bakteri yang negatif memastikan
diagnosis penyakit HS dan juga membedakannya
dengan furunkel atau karbunkel.
Limfogranuloma venereum (LGV)
Hidradenitis supurativa yang terdapat di lipatan paha
kadang – kadang mirip dengan limfadenitis pada LGV.
Perbedaan yang penting adalah pada LGV terdapat
riwayat kontak seksual. Pada stadium lanjut LGV
terdapat gejala bubo bertingkat yang berarti
pembesaran kelenjar di inguinal medial dan fosa iliaka.
Pada LGV tes Frei positif.
Diagnosa HS
 Kriteria diagnostik hidradenitis supurativa menurut the 2nd
International Conference on Hidradenitis supurativa,
March 5, 2009, San Francisco, CA US adalah:
 Lesi yang khas : nodul yang nyeri, ‘blind boils’ pada lesi yang
akut; abses, sinus, skar dan tombstone serta komedo terbuka
pada lesi sekunder
 Topografi yang khas: pada regio axilla, pangkal paha,
perineum dan regio perianal, bokong, dan area lipatan infra
mammae dan intermammae
 Kronik dan berulang

 Semua kriteria harus terpenuhi untuk diagnosis yang tepat.


Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium
Pada pasien dengan lesi yang akut pemeriksaan
laboratorium dapat ditemukan leukositosis, peningkatan
sedimentasi eritrosit dan peningkatan C-Reaktif Protein
(CRP). Jika tanda infeksi cukup jelas, dapat dilakukan
kultur bakteri dengan sampel yang diambil pada lesi.
Histopatologi
Pemeriksaan histologis struktur adneksa dengan tanda-
tanda peradangan kelenjar apokrin hanya ditemukan pada
1/3 kasus. Pada lapisan subkutis dapat ditemukan
fibsosis, nekrosis lemak dan inflamasi.
Penatalaksanaan
Hidradenitis supurativa bukan hanya infeksi, dan
antibiotik sistemik hanya bagian dari program
perawatan. Digunakan kombinasi dari:
Glukokortikoid intralesional.
Operasi.
Antibiotik oral.
Isotretinoin.
Lesi akut
Nodul: triamcinolon (3-5 mg/ml) intralesi.

Abses: triamcinolon (3-5 mg/ml) intralesional pada


dinding lesi kemudian insisi dan drainase cairan abses.

Antibiotik topikal : tetracycline dan clindamycin.


Kasus kronik residif
Antibiotik oral :
Erythromycin (250-500 mg qid)
Tetracycline (250-500 mg qid)
Minocycline (100 mg 2x sehari) hingga lesi kering atau kombinasi dengan
clindamycin 300 mg 2x sehari atau rifampin 300 mg 2x sehari.
Zinc salt, dosis tinggi (90mg), telah terbukti efektif dalam penelitian singkat.
Metronidazol pada kasus dengan discharge berbau dapat membantu
Dapson telah digunakan dan memberi hasil yang baik.
Kortikosteroid:
Prednisone dapat diberikan jika nyeri dan terdapat tanda inflamasi yang berat.
Dengan dosis 70 mg perhari untuk 2-3 hari dan tapering off selama 2 minggu.
Isotretionin oral:
Tidak digunakan pada infeksi berat tapi baik digunakan pada stadium akut
untuk mencegah sumbatan folikular dan kemudian kombinasi dengan eksisi
bedah. Isotreinoin tidak dapat diberikan pada ibu hamil.
Prognosis
Tingkat keparahan penyakit sangat bervariasi. Banyak
pasien hanya memiliki keterlibatan ringan dengan berulang,
sembuh sendiri, nodul merah yang lembut tidak mencari
terapi. Penyakit ini biasanya mengalami remisi spontan
dengan usia (> 35 tahun). Pada beberapa individu, tentu saja
bisa berkembang terus-menerus, dengan ditandai morbiditas
terkait dengan nyeri kronis, kerusakan sinus, dan
terbentuknya jaringan parut, dengan mobilitas terbatas.
Beberapa pasien menunjukkan adanya perbaikan kondisi
dengan pemberian antibiotik jangka panjang, tetapi banyak
juga yang membutuhkan tindakan bedah plastik. Diperlukan
peningkatan hygiene untuk mencegah kekambuhan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai