Anda di halaman 1dari 44

Sabtu, 11 Januari 2020

Laporan Kasus Kecil

“Anemia Defisiensi Besi”


Pembimbing : dr. I Made Gede D, Sp.PD

Oleh :
Catur & Dona
BAB I
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
• Nama : Nn. S.Y.B
• TTL : 06 September 1978 (42 Tahun)
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : Kampung Tiba-Tiba
• Agama : Kristen Protestan
• Suku Bangsa : Sarmi
• Pendidikan : Akademi
• Status Pekerjaan : PNS
• Status Pernikahan : Sudah Menikah
• Tanggal Pemeriksaan : 09 Januari 2020
• Yang Mengantar : keluarga pasien (Anak pasien)
• Pemberi Informasi : Pasien
Anamnesa
Keluhan Utama : Lemas ±
2 minggu

•Anamnesa diperoleh dari Autoanamnesa

•Kronologis :
•Pasien datang ke Polik Penyakit Dalam RSUD Abepura diantar oleh keluarganya dengan keluhan
lemas ± 2 minggu SMRS. Pasien mengaku merasa pusing, lemas, sakit kepala,sesak, dan kaki
bengkak ± 2 minggu . Pasien juga mengeluhkan nafsu makan menurun dikarenakan sariawan yang
berada di bibir. pasien juga mengeluh sering mengalami nyeri pada ulu hati. Lemas (+), mual (+)
muntah (-), sakit kepala (+) pusing (+) batuk (-) demam (-) Nyeri ulu hati (+).
 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU  Riwayat sosial & ekonomi
• Riwayat Riwayat
 Riwayat merokok (-)
 Riwayat gastritis (+)
 Riwayat alkohol (-)
 Riwayat malaria (+) tahun
2000  Riwayat Makan pinang sehari

 Riwayat Perdarahan (-) 5 buah

 Alergi Obat (-)


 RIWAYAT PENGOBATAN

 BINTANG TUJUH (Paracetamol 275mg,


acetosal 450mg, caffeine 50mg)
 Promag (Hydrotalcite, Magnesium,
Hydroxide, simethicone)
 antasida
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang  K/L
 Kesadaran : Kualitatif : Compos Mentis • Bentuk kepala : Normocephal
 Vital Sign : Tekanan darah : 120/70 mmHg • Wajah : simetris D=S
Frekuensi Nadi : 95 x/menit • Mata : CA (+/+), SI (-/-), reflex
cahaya (+/+)
Respirasi : 22x/menit
• Mulut : Bibir kering (+),
Temperatur : 37.0 C0
lidah tampak tidak kotor, namun
atrofi papil lidah (+), stomatitis
Spo2 : 98% angularis (+)
• KGB : tidak teraba
pembesaran
• JVP : dalam batas
normal
 Thorax/ Paru  Jantung

 Inspeksi : Dada simetris,  Inspeksi : ictus cordis tidak


tampak
ikut gerak napas, jejas (-),
retraksi sela iga (-)  Palpasi : ictus
cordis teraba di ICS V MCL sinistra
 Palpasi : Vocal fremitus D  Perkusi :
=S batas jantung: Kanan: PSL (D); Kiri: MCL (
S)
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : BJ I-II regular, mur-mur (-),
 Auskultasi : Suara napas galop (-).
vesikuler, rhonki (-/-), wheezing
(-/-)
 Abdomen  Ekstremitas
 Inspeksi : tampak rata, tidak ada
bekas operasi/jejas  Akral ekstremitas atas
 Auskultasi : BU (+) N 3x/menit hangat +/+, udem (-), CRT
 Palpasi : supel, nyeri tekan >2’’, coilonychia (+)
epigastrium (+), hepatomegali (-),
splenomegali (-)  Akral ekstremitas bawah
 Perkusi : bunyi timpani hangat +/+, udem (+), CRT
pada abdomen >2’’
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium (08-01-2020)
Morfologi Darah Tepi
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
ERITROSIT :
HGB 2.7 g/dl 11.0 - 16.5 g/dl Anisopoikilositosis,
RBC mikrositik, sedikit
1.88 x106/L 3.8 – 5.8x 106/L
normositik, sel target, sel
WBC 4.27 x103/L 3.5 – 10.0 x 103/L sigar, sel pensil,
fragmentosit, hipokrom
HCT 11.6 % 35.0 – 50.0 %

PLT 288.000/L 150.000 – 500.000/L LEUKOSIT : kesan jumlah


cukup, morfologi dalam
MCV 61,7 fL 80,0-97,0 batas normal
MVH 14.4 26,5-33,5
TROMBOSIT : kesan
MCHC 23,3
31,5-35,0  jumlah cukup,
 
penyebaran merata,
NEU 45.0 % 46.0 - 73.0 % trombosit besar (+)
BASOFIL 0.5 % 0.0 – 1.0 %
EOSINOFIL 2.3 % 0.0 – 4.0 % KESAN : Gambaran
MONOSIT 11.7 % 4.0 – 10.0 % Anemia Defisiensi Besi.
Klinis : hepatomegaly + susp CKD
Hepar: Ukuran sedikit membesar, sudut tajam, permukaan rata,
tekstur parenkim homogen halus, kapsul tidak menebal, tidak
tampak bayangan nodul / massa. Vena porta dan vena hepatika
tidak melebar. Tidak tampak koleksi cairan di sekitarnya.
Kandung empedu : Besar normal, dinding normal, tidak tampak
batu / sludge. Duktus biliaris intra / ekstrahepatal: tidak
melebar, tidak tampak bayangan hiperekhoik dengan acoustic
shadow.
Spleen : Ukuran tidak membesar, tekstur parenkim homogen
halus, tidak tampak nodul / massa. Vena lienalis tidak melebar.
Pankreas: Besar normal, kontur normal, tekstur parenkim
homogen, tidak tampak massa / kalsifikasi. Duktus pankreatikus
tidak melebar.
Ginjal kanan-kiri : Ekhogenitas parenkim meningkat. Batas
tekstur parenkim dengan central echocomplek kurang tegas.
Tidak tampak bayangan hiperekhoik dengan acoustic shadow.
Sistem pelvokalises tidak melebar. Ureter tidak terdeteksi.
Vesica urinaria: dinding tidak menebal, reguler, tidak tampak
bayangan hiperekhoik dengan acoustic shadow/massa.

Kesimpulan : Hepatomegali ringan Sugestif awal proses kronis


ginjal bilateral
Resume

Pasien perempuan 42 tahun, datang ke Polik Diagnosis Kerja :


Penyakit Dalam RSUD Abepura diantar oleh Anemia gravis Hipokromik mikrositer
keluarganya dengan keluhan lemas ± 2 ec Anemia Defisiensi Besi
minggu SMRS. Pasien mengaku merasa
pusing, lemas, sakit kepala,sesak, dan kaki Diagnosis banding :
bengkak ± 2 minggu . Pasien juga Hemoroid
mengeluhkan nafsu makan menurun Infeksi cacing tambang
dikarenakan sariawan yang berada di bibir. Anemia kronik
pasien juga mengeluh sering mengalami nyeri
Terapi :
pada ulu hati. Lemas (+), mual (+) muntah (-), - IVFD Nacl 0,9% 20 Tpm (makro)
sakit kepala (+) pusing (+) batuk (-) demam (-) - SF 3 x 1 tab (PO)
Nyeri ulu hati (+). Riwat penyakit dahulu : - Onoiwa 3 x1 (PO)
pasien mengaku memiliki riwayat gastritis dan - Ranitidin 2x 1 (IV)
malaria. Pemeriksaan fisik didapatkan - Alopurino 1 x 100mg (PO)
Tekanan darah: 120/70 mmHg Frekuensi Nadi - Transfusi PRC 2 kolf
: 95 x/menit, Respirasi : 22x/menit,
Temperatur : 37.0 0C Spo2 : 98%
Prognosis

 Quo ad vitam : Dubia ad Bonam


 Quo ad functionam : Dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

• Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat


berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena
cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya
mengakibatkan HB berkurang.
• ADB ditandai dengan hipokromik mikrositer dan hasil lab
cadangan besi kosong.
• ADB  anemia yang paling sering dijumpai, terutama di negara
tropis, karena sangat berkaitan dengan sosial-ekonomi.
ETIOLOGI
Bakta, pada penelitiannya di Desa
PATOGENESIS
• Pada fase ini,
GEJALA
Gejala ADB digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu:
1. Gejala umum
anemia
2. Gejala khas ADB
3. Gejala penyakit dasar
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
••   Kadar Hb dan indeks eritrosit menurun:
• Didapatkan anemia hipokromikmikrositer dengan penurunan kadar Hb, M
• HDT  anemia hipikromikmikrositer, anisositosis, dan poikilositosis. Mak
makin berat derajat hipokromia.
• Leukosit dan trombosit pada umumnya normal.
• ADB karena cacing tambang dijumpai eosinofilia
• trombositosis dapat dijumpai pada ADB pada episode perdarahan akut
• konsentrasi SI menurun dan TIBC meningkat
• SI menurun <50 g/dL, TIBC meningkat >350g/dL, saturasi transferin<15%.
• feritin serum merupakan indikator cadangan besi yang sangat baik
inflamasi dan keganasan tertentu
• feritin serum <12 g/L tetapi ada juga yang memakai <15 g/L
• Protoporfirin merupakan bahan pembentukan heme
• apabila sintesis heme terganggu misalnya karena DB maka protoporfirin a
eritrosit. nilai N<30 mg/dL. untuk DB protoporfirin bebas >100 mg/dL
••   kadar reseptor transferin dalam serum meningkat
• pengukuran reseptor transferin dipakai untuk membedakan ADB d
penyakit kronik. rasio >1,5 menunjukkan ADB dan rasio <1,5 menu
• nilai normal dengan pemeriksaan immunologi 4-9 g/L
• sumsum tulang menunjukkan hiperplasia normoblastik ringa
dengan mikro normoblast
• dalam keadaan normal 40-60% normoblast mengandung granula f
sitoplasmanya, yaitu sideroblast. pada ADB sideroblast (-).
• study ferokinetik
• ada 2 jenis study yaitu : PIT (Plasma Irontransport Rate) dan EIT
(EritrositeIronturnOverate)
• pemeriksaan untuk mencari penyebab ADB
• pemeriksaan feses untuk cacing tambang, pemeriksaan darah sam
endoskopi, barium intake atau barium inloop.
DIAGNOSIS

• atau kriteria klinik.


DIAGNOSIS BANDING
TERAPI
PENCEGAHAN
BAB III
PEMBAHASAN
 Bagaimana penegakan diagnosis pada pasien ini ?

Dari anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan, didapatkan bahwa pasien


mengaku merasa pusing, lemas, sakit kepala,sesak, dan kaki bengkak ± 2 minggu .
Pasien juga mengeluhkan nafsu makan menurun dikarenakan sariawan yang
berada di bibir. pasien juga mengeluh sering mengalami nyeri pada ulu hati. Lemas
(+), mual (+) muntah (-), sakit kepala (+) pusing (+) batuk (-) demam (-) Nyeri ulu
hati (+).

Hal ini sudah sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa gejala umum dari
anemia meliputi Badan lemas, lesu, cepat lelah, dan mata berkunang-kunang.
Pada awal sakit, kebanyakan penderita hanya pusing dan mudah lelah. Lama
kelamaan pasien akan merasa mudah capek , lesu, pusing, mata berkunang-
kunang.
Dalam kasus ini pasien juga mengeluh nyeri pada daerah ulu hati yang di
rasakan seperti menikam.
Hal ini karena pasien mengatakan memiliki penyakit lambung dan
sering makan terlambat.
Pada kasus ini didapatkan pemeriksaan fisik yang khas pada anemia
defisiensi besi yaitu pada mata didapatkan konjungtiva anemis, pada
daerah mulut didapatkan atrofi papil lidah dan stomatitis angularis, pada
jari-jari tangan didapatkan coilonychia
Pada pasien ini setelah dilakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
ditemukan tanda dan gejala anemia defisiensi besi.
Penyebab anemia pada pasien kasus ini dicurigai
karena kebiasaan pasien mengaku sering
menkonsumsi antasid, promag dan bintang tujuh.
Terapi yang diberikan pada pasien ini dapat dikatakan
sesuai dengan teori yaitu pemberian obat SF dan
trasfusi darah untuk meningkatkan HB.
TERIMA KASIH


Anda mungkin juga menyukai