CRS Mayang
CRS Mayang
Dosen Pembimbing :
D r. N . P. F i t r i a n i S i r e g a r , S p . P D
BAB I PENDAHULUAN
Sindrome Nefrotik (SN) merupakan tanda patognomonik penyakit
glomerular yang ditandai dengan edema anasarka, proteinuria masif
lebih dari 3,5 g/hari, hipoalbuminemia kurang dari 3,5 g/hari,
hiperkolesteromia, dan lipiduria.
Sindrom nefrotik memiliki efek metabolik yang berdampak pada
kesehatan individu. SN adalah self-limited, dan sebagian diantaranya
respon terhadap terapi spesifik, namun untuk sebagian besar pasien
merupakan kondisi yang kronis.
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. Aftika Yuliani
Umur : 22 Tahun
Jenis kelamin : PEREMPUAN
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : SK 06 harapan makmur
Ruangan / Kamar : Kelas III / A2
Tanggal Masuk : 05 Maret 2019
Tanggal pemeriksaan : 08 Maret 2019
• Pasien mengeluhkan bengkak yang menetap pada seluruh tubuh ± 1 bulan SMRS,
pembengkakan di awali pada bagian kaki kemudian menjalar ke perut, ke wajah ,
tangan, hingga seluruh tubuh. Pembengkakan terlihat lebih membesar pada bagian
perut. Pembengkakan mengakibatkan pasien sulit untuk berdiri, berjalan dan
beraktivitas. Keluhan disertai sesak hilang timbul ± 1 bulan SMRS dan memberat
sejak ± 2 minggu SMRS, sesak semakin berat pada saat berbaring dan lebih enakan
pada saat duduk. Pasien juga mengeluhkan batuk, tidak berdahak, lemas, lesu, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, BAB sedikit, BAK lancar berwarna kuning
pekat, tidak ada demam (-), mual muntah (-), sakit tenggorokan (-). Pasien juga
mengeluhkan mata kuning.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• ± 2 tahun yang lalu, pasien pertama kali mengeluhkan bengkak pada tubuh.
Bengkak di rasakan di bagian mata, tungkai dan perut. Pertama kali muncul di
bagian kelopak mata, kemudian di tungkai, setelah itu muncul di perut. Keluhan
disertai sesak hilang timbul, nafsu makan menurun, berat badan menurun, demam
(+), mual, muntah (-) dan lemas. BAK lancar berwarna kuning, BAB sedikit dan
jarang. Pasien di rawat di MMC ± 1 minggu dan dokter memberikan obat.
RIWAYAT PENYAKIT R I WAYAT P EN YA K I T RIWAYAT KEBIASAAN DAN SOSIAL
DAHULU K EL U A R G A
Riwayat bengkak pada • Riwayat keluhan serupa (-) • Pasien tidak bekerja dan
tubuh sejak ±2 tahun yang • Riwayat penyakit paru (-) tinggal bersama kedua
lalu berulang hingga 3 kali orangtuanya
• Riwayat penyakit ginjal (-)
dalam setahun • Pasien jarang makan,
• Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Asma (-) memiliki kebiasaan sering
• Riwayat Diabetes (-) ngemil
Riwayat penyakit jantung
(+) • Sosial ekonomi rendah,
Riwayat penyakit ginjal (-) pasien berobat menggunakan
BPJS
Riwayat penyakit paru (-)
Riwayat alergi obat-obatan
(-)
PEMERIKSAAN FISIK
TD HR RR T
Keadaan Umum
Tampak sakit sedang 110/80 80 20 36,1
Kesadaran mmHg x/menit x/menit C
Compos mentis
HIDUNG
TELINGA
Deviasi septum (-),
epistaksis (-) Serumen minimal AD/ AS,
Nyeri tekan tragus
(-/-)
MULUT LEHER
Bibir kering(+), Pembesaran KGB (-)
pucat (-) Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Trakea di tengah
JVP 5 + 2 cmH2O
PARU PARU
I :Gerakan dinding dada simetris JANTUNG
kanan dan kiri. I : Iktus kordis tidak terlihat
jaringan parut (-), P : Iktus kordis teraba di ICS V
linea midclavicularis sinistra
P : Nyeri tekan (-), krepitasi (-),
fremitus taktil menurun P : atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
P : redup pada apeks paru (+/+) Kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
p. Jantung : ICS IV linea midclavicularis
A : bronko vesikuler kanan dan kiri, sinistra
rhonki basah halus (+/+), wheezing
(-/-) A: BJ1 &2 reguler, Gallop (-),
Murmur (-)
ABDOMEN
PUNGGUNG
I : Cembung(+),asites (+), spider navi
I : Tortikolis (-), skoliosis (-), kifosis(-),
(-),venetrasi (-)
pergerakan simetris
Superior Superior
akral hangat, CRT < 2 detik, akral hangat, CRT < 2 detik,
Edema pada tangan dan jari- Edema pada tangan dan jari-
jari (+/+) eritem (-), sianosis jari (+/+) eritem (-), sianosis
(-) (-)
Inferior :
akral hangat, CRT <2 Detik, Inferior :
pitting edema pretibial (+/+) akral hangat, CRT <2 Detik,
pitting edema pretibial (+/+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DARAH RUTIN
Jenis 5/3/ 2019 9/3/2019 Normal
Pemeriksaan
WBC 16,26 26,09 (4-10,0 103/mm3)
RBC 5,07 4,83 (3,5-5,5 106/mm3) KESAN : leukositosis, anemia
hipokromik mikrositer
HGB 8,7 8,4 (11,0-16 g/dl)
HCT 30,9 30 (35,0-50,0 %)
PLT 178 160 (100-300 103/mm3)
MCV 60,9 62,2 (80-100 fl)
MCH 17,2 17,4 (27-34 pg)
MCHC 282 280 (320-360g/dl)
Elektrolit
Parameter 5/3/2019 6/3/2019 Harga Normal
Trakea ditengah
Inspirasi cukup
Clavikula kanan dan kiri simetris
Cor : CTR Sulit dinilai
Pulmo :
Tampak infiltrat pada paru dextra
Corakan bronkovaskular meningkat
Sudut costovrenikus tampak tumpul
• Edema anasarka
• Penurunan berat badan
• Leukositosis
• Anemia hipokromik mikrositer
• Hiperkolesterolemia
• Hiperkalemia
• Hiperkalsemia
• Proteinuria
• Hipoalbuminemia
• Hipoproteinemia
• Hipoglobulinemia
• Primer : Sindrom nefrotik
• Sekunder :
• CKD Stage IV
DIAGNOSIS • Efusi Pleura ec susp TB paru
• Anemia penyakit kronis
• Laki-laki : perempuan = 2 : 1
Mekanisme
Kerusakan
penghalang protein
glomerurus
EDEMA
Met anaerob dlm
darah
SINDROM NEFROTIK
Intravaskuler Edema
O2
Lipiduria
Penumpukan Gangguan
Jaringan mekanisme regulasi
Kebocoran glomerulus dan sekresi
tubulus
Pepermeabelitas glomerulus
Mekanisme
penghalang protein
Selektif
Non Selektif
Kebocoran molekul
Kebocoran molekul
besar
kecil (ex: Albumin)
Imunoglobulin
IgG
hipoalbuminemia
• Nafsu makan kurang berhubungan erat dengan beratnya edema yang diduga
sebagai akibatnya.
• Malaise
• hipertensi (25%)
Anamnesis
Gambaran Klinis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Laboratorium :
Penunjang Darah rutin,
urinalisis
Biopsi Serologi
Ginjal
Tatalaksana
Non Farmakologi
Anak dengan manifestasi klinis SN pertama kali : sebaiknya dirawat di rumah sakit →
dengan tujuan : -untuk mempercepat pemeriksaan dan evaluasi pengaturan diit
-penanggulangan edema
-memulai pengobatan steroid
-edukasi orangtua.
Umum :
* Tirah baring
* Cairan dan diet : - cairan dibatasi sesuai kebutuhan
- makanan mengandung protein tinggi (1,5- 2g/kgbb/hari)
- makanan rendah garam (1-2 g/hari)
*cegah infeksi
Farmakologi
* Teliti kemungkinan menderita TB
- uji Mantoux : ~Bila + : profilaksis INH selama 6 bulan
bersama steroid
~Bila ditemukan tuberkulosis : diberikan obat
antituberkulosis (OAT).
*Timbang berat badan harian
* Ukur tekanan darah harian
* Periksa kadar elektrolit harian : pada pemakaian diuretik lebih dari 1-
2minggu.
# Restriksi cairan dianjurkan selama ada edema berat → diberikan loop
diuretic seperti furosemid 1-3 mg/kgbb/hari, bila perlu dikombinasikan
dengan spironolakton (antagonis aldosteron, diuretik hemat kalium) 2-4
mg/kgbb/hari. Sebelum pemberian diuretik, perlu disingkirkan
kemungkinan hipovolemia.
• Skema pemberian diuretik untuk mengatasi edema :
Furosemid 1 – 3 mg/kgbb/hari + spironolakton 2-4 mg/kgbb/hari
Respon -
Berat badan tidak menurun atau tidak ada diuresis dalam 48 jam
Respon -
Dosis furosemid dinaikkan 2 kali lipat (maksimum 4-6 mg/kgbb/hari)
Respon -
Tambahkan hidroklorothiazid 1-2 mg/kgbb/hari
Respon -
Bolus furosemid IV 1-3 mg/kgbb/dosis atau per infus dengan kecepatan 0,1-1 mg/kgbb/jam
Respon -
Albumin 20% 1g/kgbb intravena diikuti dengan furosemid intravena
KORTIKOSTEROID
o Pengobatan pada SN idiopatik :
o TERAPI INSIAL
* Jika proteinuria ≥ 2+ tanpa edema dan terbukti infeksi : beri antibiotiK 5- 7 hari
* proteinuria ≥ 2+ dengan edema : beri pengobatan steroid
PENGOBATAN SN RELAPS SERING ATAU DEPENDEN
STEROID
Farmakologi
KOMPLIKASI
Infeksi
Hiperlipidemia
Hipokalsemia
Hipovolemia
PROGNOSIS
• Kebanyakan anak dengan SN mengalami remisi.
• Hampir 80% anak dengan SNKM mengalami relaps → didefinisikan sebagai proteinuria masif yang
menetap selama 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu.
• Proteinuria transien (kurang dari 3 hari) dapat terjadi bila terdapat infeksi dan tidak termasuk relaps.
• Terapi steroid efektif untuk mengatasi relaps.
• Pasien yang sensitif steroid berisiko rendah mengalami gagal ginjal kronik.
• Pasien dengan GSFS (glomerulonefritis fokal segmental) mulanya memberikan respons terhadap terapi
steroid, namun kemudian menjadi resisten.
• Pasien dengan GSFS dapat berkembang menjadi gagal ginjal terminal.
• Pada anak yang menjalani transplantasi ginjal, rekurensi GSFS berkisar 30%.
• Buruk untuk nefrotik sindrom kongenital, pada dalam 2-18 bulan akan terjadi kematian karena gagal ginjal
• Baik untuk anak dengan kelainan minimal glomerulus karena kebanyakan anak respon tehadap terapi
steroid
• Kematian pada pasien kelainan minimal biasanya disebabkan oleh infeksi dan komplikasi ekstra renal .
GAGAL GINJAL KRONIK
Definisi
atau
Nefropati
Hipertensi
diabetik
35%
26%
Glomerulo
pati Lain-lain
12%
Patofisiologi
Anamnesis
Gambaran Klinis
Pemeriksaan Fisik
↑ Kadar Ur & Kr serum
Pielografi
antegrad
Radiologis
Proteinuria, hematuria,
Renografi
leukosituria
Foto polos USG abdomen
abdomen
Penatalaksanaan
Definisi
Penumpukan cairan yang
abnormal dalam rongga pleura
akibat peningkatan produksi cairan
dan/atau berkurangnya absorbsi oleh
kelenjar limfe
ETIOLOGI
MEKANISME PENYAKIT
Permiabilitas membran pleura Inflamasi, keganasan, emboli paru
tek. onkotik Hipoalbumin ec SN atau SH
Permiabilitas kapiler Trauma, keganasan, inflamasi, infeksi, infark
paru, hipersensitivitas obat, uremia,
pankreatitis
tek. hidrostatik CHF, SVCS
Tek. intra pleura Trapped lung
aliran limfe Keganasan, infeksi
Cairan intraperitoneal Hidrotorak hepatik, SH, dialisis
peritoneal
Perpindahan cairan Edema paru
Tek. Onkotik cairan pleura Efusi pleura
menetap
ETIOLOGI
EKSUDAT TRANSUDAT
Parapneumonia effusi CHF
EFUSI PLEURA GANAS Sirosis hepatis
Tuberkulosis Atelektasis
Emboli paru Hipoalbumin
Penyakit kolagen (RA, SLE) Sindroma nefrotik
Pankreatitis Dialisis peritoneal
Trauma Myxedema
Sindroma trauma postcardiac Perikarditis konstriktiva
Meigs syndrome Urinotoraks
Uremia Kebocoran cairan Serebrospinal
Cylothorax Fistula duropleural
Infeksi jamur Migrasi ekstravaskuler dr kateter vena
sentral
GEJALA KLINIS
GEJALA UTAMA
Sesak napas makin lama makin meningkat
Meningkat dengan aktivitas
Suka tidur pada sisi yang sakit
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi : cembung,
pergerakan tertinggal
Palpasi : fremitus <
Perkusi : redup/pekak
Auskultasi : Suara napas melemah/menghilang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Anamnesis Anamnesis
1. Sudoyo Aru W, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata Marcellus K, Setiati Siti. Buku ajar ilmu penyakit
dalam, vol I. Edisi VI. Jakarta : Internal publishing FKUI; 2014.
2. Leliana v, Muryawan MH, Radityo AN. Hubungan antara terapi kortikosteroid dengan kejadian katarak pada
anak dengan sindroma nefrotik. Jurnal media Medika Muda. 2012:1
3. Noer MS, Soemyarso N. 2009. Sindrom Nefrotik. [on line] [(1) : screens]. Available from:
URL:http//www.pediatrik.com. Akses: on September 8, 2009.
4. Sudjadi WP. Sindrom nefrotik. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Kolopaking MS, Setiati S, editor.
Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;2006.
5. Cohen EP. Nephrotic syndrome. Emedicine, medscape Agust25, 2009 available at http://www.medscape.cpm
diunduh 10 maret 2019
6. Keddish MT, Karnath BM. The nephritic syndrome. Hospital Physician. October 2007 p 25-30, 38. Available at
www.turner-white.com diunduh 10 maret 2019
7. Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton. 2007. Nelson Textbook of Pediatric 18 th ed. Saunders. Philadelphia.
8. Wila Wirya IG, 2002. Sindrom nefrotik. In: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO, editors. Buku Ajar
Nefrologi Anak. Edisi-2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI pp. 381-426.
9. Travis L, 2002. Nephrotic syndrome. Emed J [on line] [(20) : screens]. Available from:
URL:http//www.emedicine.com/PED/topic1564.htm. Akses: on September 8, 2009.
10. Pardede, Sudung O. 2002. Sindrom Nefrotik Infantil. Cermin Dunia Kedokteran No. 134. Jakarta, h.32-37
TERIMA KASIH
Slide after thank you
Pertanyaan :
1. Pemberian obat pada sindoma nefrotik primer/idiopatik .
b. Glomerulonefritis membranosa
• Terapi inisial selama 6 bulan dengan memberikan kortikosteroid (i.v dan oral) dan agen
alkil oral (siklofosfamid) bergantian selang 1 bulan
b. Glomerulonefritis membranoproliferatif
• Kortikosteroid dosis rendah (harian atau selang sehari) ditambah dengan siklofosfamid
oral atau MMF oral. Terapi ini dierikan selama 6 bulan