Anda di halaman 1dari 19

EMESIS DAN HIPEREMESIS

GRAVIDARUM
PENDAHULUAN

Dalam kehamilan biasanya terjadi perubahan fisiologis, salah satu perubahan tersebut terjadi di
saluran gastrointestinal, dimana terjadi penurunan tonus dan motilitas saluran gastrointestinal yang
menimbulkan pemanjangan waktu pengosongan lambung dan transit usus. Pengaruh hormon estrogen,
pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat menyebabkan pengeluaran air liur yang berlebihan
(hypersaliva), daerah lambung terasa panas, terjadi mual muntah dan sakit kepala terutama pada pagi
hari yang disebut morning sikness, muntah yang terjadi disebut emesis gravidarum.
Muntah yang berlebihan yang mengganggu kehidupan sehari-hari disebut hiperemesis
gravidarum. Menurut World Health Organization (WHO) jumlah kejadian hiperemesis gravidarum
mencapai 12,5 % dari jumlah seluruh kehamilan di dunia. Mual dan muntah dapat mengganggu dan
membuat ketidakseimbangan cairan pada cairan pada jaringan ginjal dan hati menjadi nekrosis.
Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia diperoleh data ibu dengan hiperemesis gravidarum mencapai
14,8 % dari seluruh kehamilan. Keluhan mual dan muntah terjadi pada 60-40 % multigravida. Satu
diantara seribu kehamilan gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Pada janin dengan ibu yang menderita
hyperemesis gravidarum berkepanjangan dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, bahkan
kematian.
DEFINISI

Emesis keluhan mual muntah yang terjadi antara 4 dan 8 minggu


kehamilan dan terus berlanjut hingga 14-16 minggu
Gravidarum kehamilan dan gejala biasanya akan membaik.

Hiperemesis Keluhan mual muntah mual dan muntah yang terjadi pada
kehamilan hingga usia kehamilan 20 minggu dengan gejala
Gravidarum ringan sampai berat secara terus menerus.
EPIDEMIOLOGI

• 70 % wanita hamil mengalami NVP, dengan


tingkat bervariasi
• Dengan prevalensi Hiperemesis gravidarum 1,1
%
Derajat
Penelitian di indonesia didapatkan data, Hiperemesis
14% Gravidarum mencapai 14,8 %
40%

60 – 80 40 – 60
46%
% %

Ringan Sedang Berat


Primigravida Multigravida
ETIOLOGI

Adaptasi hormonal  Anemnia,


primigravida, mola hidatidosa Faktor Endokrin

Faktor Usia Faktor Metabolik

Faktor Psikosomatik Faktor Alergi

Faktor Keturunan Faktor Infeksi


PATOFISIOLOGI

Peningkatan
hormon
Efek inhibisi pada
progesteron
otot polos pylorus Refleks Muntah
meningkat
dan usus halu

Peningkatan Penurunan
permeabelitas kontrkasi
tonus gaster + gastrointestinal
Gangguan
motilitas gaster
GEJALA KLINIS

Terjadi pada trimester pertama kehamilan Hipotensi


Mual Ptialism (Saliva yang berlebihan)
Muntah Penurunan berat badan
Hipotensi Dehidrasi

Pemeriksaan laboratorium dijumpai


hipokalemia, hiponatrem, peningkatan
hematokrit, hipertiroid dan LFT yang
abnormal juga dapat dijumpai
KLASIFIKASI

Tingkat I
Muntah terus-menerus, muntah pertama (keluar makanan, lendir,
sedikit cairan empedu dan darah), berat badan menuru, intoleransi
terhadap makanan dan minuman, nyeri epigastrium. Penigkatan nadi
sampai 100 kali permenit dan penurunan tekanan darah sistolik. Mata
cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi
masih normalemiliki gejala nafsu makan menurun (berat badan
menurun), lemah, nyeri epigastrium.
Tingkat II
Gejala menjadi lebih berat, memuntahkan semua makanan
dan minuman, sub-febril, haus hebat, nadi cepat dari 100-
140 kali permenit, tekanan darah sistolik kurang dari 80
mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus,
nafas bau aseton, bilirubin dalam urin dan berat badan cepat
menurun.
Tingkat III

Jarang terjadi, mempunyai gejala keadaan umum jelek,


gangguan kesadaran (delirium-koma), mual muntah
berkurang atau berhenti, suhu badan meningkat, dehidrasi
berat, terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan
jantung, bilirubin dan proteinuria dalam urin.
Anamnesis

DIAGNOSIS Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Penunjang
DIAGNOSIS
BANDING

Obtruksi usus
GERD PUD Kolesistitis
halus

Pankreatitis Gastroentritis Pielonefritis Hepatitis


TATALAKSANA

1 Tatalaksana Awal

2 Tatalaksana Farmakologi

3 Tatalaksana Program Diet

4 Tatalaksana Alternatif
Farmakologi Mual dan Muntah
Inisiasi tata laksana dengan vitamin
B6

Tambahkan doxylamine

Substitusidoxylaminedengan
promethazineatau dimenhydrinate

Tanpa dehidrasi Dehidrasi

Penggantian cairan intravena

Tambahkan metoclopramide Tambahkan metoclopramide


atau atau
trimethobenzamide ondansetron intravena
atau atau
ondansetron promethazine intramuscular

Tambahkan metilprednisolon
setelah 10 minggu usia gestasi

Algoritme Terapi Farmakologi untuk Mual dan Muntah dalam Kehamilan


Algoritma manajemen NVP dan Hiperemesis
KOMPLIKASI

Umum terjadi adalah penurunan berat


badan, dehidrasi dan kelemahan otot.

komplikasi yang lebih serius seperti acute kidney injury (mungkin memerlukan
dialisis), depresi, ruptur diaphragma, ruptur esofagus (sindrom boerhaave),
hipoprotrombinemia, defisiensi vitamin K, komplikasi hiperalimentasi, Mallory-Weiss
tears, Rhamdomyolysis, Wernicke encephalopathy. Pada ibu yang menderita
hyperemesis gravidarum berkepanjangan dapat menghambat pertumbuhan janin, yang
lebih mengakibatkan kematian
PROGNOSIS

Mual dan muntah pada kehamilan biasanya self-limited dan akan hilang


dengan sendirinya di akhir trimester pertama, terkadang ada yang berlanjut sampai
pertengahan trimester kedua. Pada derajat ringan dan sedang tidak menyebabkan
morbiditas dan mortalitas yang berarti, tetapi quality of life terganggu. Pasien dengan
tatalaksana yang tepat, menunjukkan perbaikan
KESIMPULAN

Emesis gravidarum merupakan keluhan mual dan muntah yang umum pada
kehamilan muda yang terjadi antara 4 dan 8 minggu kehamilan dan terus berlanjut hingga
14-16 minggu kehamilan. Emesis Gravidarum yang berat akan mengakibatkan terjadinya
hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu muntah terus menerus diikuti dengan
keluhan yang dapat memperberat kondisi kesehatan ibu.

Penyebab dari emesis dan hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti,
tetapi kemungkinan merupakan gabungan antara beberapa faktor. Perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui etologi yang pasti agar pemberian terapi efektif
dan aman. Ketepatan diagnosis serta tatalaksana yang tepat dapat mencegah terjadinya
komplikasi hiperemesis gravidarum yang dapat membahayakan ibu dan janin
DAFTAR PUSTAKA

1. Atiqoh RN. 2020. Kupas Tuntas Hiperemesis Gravidarum (Mual Muntah Berlebih Dalam Kehamilan). One Peach Media. Jakarta.
2. Austin K, Wilson K, Saha S. 2019. Hyperemesis Gravidarum, Nutrition in Clinical Practice. 34 (2). 226–241.
3. Cunningham, F. Gary , et al. 2018. Williams Obstetrics. Vol. 25th. McGraw-Hill Education.
4. Fejzo MS, et all. 2019. Nausea and vomiting of pregnancy and hyperemesis gravidarum. Primer. 5 (62). 1-17.
5. Gunawan K, Maneikei PSK, Ocviyanti D. 2011. Diagnosis dan Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum. J Indon Med Assoc. 61 (11). Jakarta. 458-
464.
6. Indrayani T. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum Di Rsud Dr. Drajat Prawiranegara Kabupaten
Serang Tahun 2017. Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya. 4 (1). 9-21.
7. Koren G, et all. 2002. Motherisk-PUQE (Pregnancy-unique quantification of emesis and nausea) Scoring System for Nausea and Vommiting of
pregnancy. American journal of obstetrics and gynecology.
8. Prawirohardjo S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
9. Rufaridah A, Herien Y, Mofa E. 2019. Pengaruh Seduhan Zingiber Offcinale (Jahe) Terhadap Penurunan Emesis Gravidarum. Jurnal Endurance :
Kajian Ilmiah Problema Kesehatan. 4 (1). 204-209.
10. Wijayanti AR, Suwito CRL. 2017. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Hiperemesis Gravidarum. Jurnal Kebidanan Dharma
Husada. 6 (2). 131-138.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai