Anda di halaman 1dari 70

Dengue hemorrhagic

fever
Presentasi Longcase
Galuh Shafira Savitri - 20204010055

Pembimbing: dr Yosephine Maria Christina, M.Sc. Sp.A


Kasus
Keluhan Utama
Demam tinggi sejak 1 hari SMRS (Kamis, 22 Oktober 2020 pukul 15.30)

Keluhan tambahan
Nyeri kepala (+), nyeri perut (-), batuk (-), pilek (-), mual/muntah (-), BAB cair/diare (-),
BAK nyeri (-), perdarahan (-)
Riwayat penyakit sekarang
• 1HSMRS: Pasien demam sejak sore pukul 15.30 dengan suhu tertinggi
39oC (Kamis, 22 Oktober 2020). Pasien mengonsumsi paracetamol
terakhir pukul 19.30 WIB
• HMRS: Pasien datang dengan keadaan umum tampak lemah ditemani
orangtua dengan keluhan demam tinggi 1 hari SMRS. Demam
dirasakan tiba-tiba tinggi dan tidak turun dengan pemberian
paracetamol. Suhu pasien 39,3oC. Nyeri kepala (+), nyeri otot dan
nyeri retroorbital disangkal. Gusi berdarah (-), epistaksis (-), BAK (+),
BAB (+), makan/minum (+). Riwayat kontak dengan pasien COVID-19
(-)
Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat DF/DHF disangkal
• Riwayat berpergian keluar kota atau ke daerah endemis malaria
disangkal
• Riwayat ISK (-)
• Riwayat alergi (-)
• Riwayat batuk lama (-)
• Riwayat kejang (-)

Kesan: Tidak terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan


dengan keluhan pasien saat ini
Riwayat penyakit keluarga
• Anggota keluarga tidak ada yang sedang demam
• Anggota keluarga tidak ada yang sedang batuk pilek
• Asma, kencing manis, darah tinggi, dan flek disangkal

Kesan: Tidak terdapat riwayat penyakit keluarga yang berhubungan


dengan penyakit sekarang
Riwayat penyakit sosial
• Tetangga ada yang menderita DBD (+) sebanyak 7 orang
• Teman bermain ada yang menderita DBD (+)

Kesan: Terdapat riwayat penyakit sosial yang berhubungan dengan


penyakit sekarang
pedigree

Kesan: Pasien adalah anak hidup pertama dari pasangan ayah berusia 48 tahun dan ibu
berusia 47 tahun.
Riwayat pribadi
Riwayat kehamilan dan persalinan
• Riwayat kehamilan: Pasien adalah anak pertama dari Ibu P1A3 berusia
47 tahun, pada saat hamil ibu berusia 32 tahun, selama hamil ibu rutin
kontrol ke bidan dan puskesmas, tekanan darah tinggi (-), perdarahan
pervaginam (-), kejang (-), kehamilan merupakan kehamilan yang
diharapkan
• Riwayat persalinan: Ibu hamil aterm usia kehamilan 38 minggu, lahir
secara spontan. Berat badan lahir dan panjang badan tidak terdapat data,
bayi lahir menangis kuat, air ketuban jernih, IMD (+), injeksi vit K1 (+),
dan injeksi Hb0 (+)
• Riwayat pasca persalinan: Pasien dirawat gabung dengan Ibu

Kesan: Riwayat kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan baik


Riwayat makan
Usia Jenis Makanan Frekuensi Keterangan
0-6 bulan ASI eksklusif Sedikitnya 8-12 kali sehari, pagi, ASI diberikan setiap bayi menginginkan
siang sore, maupun malam
6-9 bulan ASI + MPASI Pemberian dilakukan sebanyak 1- ASI tetap diberikan terlebih dahulu, kemudian
Ibu memberikan bubur nasi 2 kali setiap hari bubur nasi atau nasi tim setelahnya dengan
atau nasi tim tambahan sayuran yang dilunakkan

9-12 bulan Memberikan MPASI dalam Pemberian dilakukan sebanyak 3  ASI masih diberikan tetapi frekuensi
bentuk yang dilunakkan dan kali sehari bersama dengan berkurang
dimasak dengan air yang pemberian ASI  Makanan yang diberikan meliputi
banyak sehingga tampak karbohidrat (nasi tim, kentang yang
berair dengan tambahan lauk dilunakkan), protein (tempe, tahu),
yang dicincang atau diiris halus sayuran (wortel, bayam), dan buah
(semangka)

1 tahun – 2 tahun Memperkenalkan anak dengan Pemberian dilakukan sebanyak 3 ASI diberikan terlebih dahulu kemudian
makanan yang lebih padat, kali sehari dengan 2 kali makanan diberikan makanan keluarga
yaitu makanan keluarga, ringan di antaranya, serta tetap
terdiri dari nasi, lauk pauk, diberikan ASI sampai usia 2 tahun
sayur, dan buah.

2 tahun - sekarang Makanan gizi seimbang sesuai Makan teratur sebanyak 3 kali Makanan yang diberikan meliputi
dengan piramida makanan dalam sehari, mau semua jenis karbohidrat, protein, sayuran, dan buah.
yang dianjurkan makanan dan tidak terdapat
alergi makanan

Kesan: riwayat makan baik, kualitas dan kuantitas makanan baik


Status gizi (kurva cdc)
• BB= 57 kg, TB= 170 cm
• BB/U= 101,7% (baik)
• TB/U= 102% (normal)
• BB/TB= 101,7% (normal)

Kesan: status gizi baik


Riwayat perkembangan
Jenis Perkembangan dan Kepandaian Pencapaian
Motorik kasar Berdiri sendiri, berdiri 2 detik, duduk tanpa 12 bulan
berpegangan, berjalan dengan baik,
membungkuk dan berdiri

Motorik halus Mencorat-coret, memasukkan mainan ke dalam 12 bulan


wadah
Bahasa Bericara dapat dimengerti, menunjuk gambar, 2-4 tahun
menunjuk bagian tubuh, tertawa dan berteriak

Personal sosial Pasien mulai bersosialisasi dengan tetangga 5-8 tahun


dekat rumah

Kesan: riwayat perkembangan sesuai dengan usia


Riwayat imunisasi
Imunisasi Status Keterangan
Hb0 (+) 1x Usia 0 bulan
BCG (+) 1x Usia 1 bulan
DPT/Hb/HiB (+) 3x Usia 2, 3, dan 4 bulan
Polio (IPV) (+) 1 x Usia 2, 3, dan 4 bulan
MR (+) 1x Usia 9 bulan
DPT/Hb/HiB (+) 1 x Usia 18 bulan
MR (+) 1x Usia 19 bulan
DT (+) 1x Usia 7 tahun (1 SD)
Campak (+) 1x Usia 7 tahun (1 SD)
Td (+) 2x Usia 7 dan 8 tahun (2 SD dan 3 SD)

Kesimpulan: Imunisasi dasar lengkap sesuai dengan Program


Pengembangan Imunisasi (PPI)
Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan
a. Sosial
Pasien merupakan siswa kelas 3 SMP saat ini. Hubungan pasien dengan teman, tetangga, dan
keluarga baik
b. Ekonomi
Pasien adalah anak tunggal dari Tn. L yang bekerja sebagai buruh harian lepas dan Ny M yang
bekerja sebagai buruh harian lepas
c. Lingkungan
Keluarga menempati rumah sendiri, pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan nenek dari ayah.
Ruangan di dalam rumah terdiri dari tiga kamar tidur, satu kamar mandi dengan WC jongkok di
dalam rumah, satu ruang tamu, dan satu dapur. Sumber air yang digunakan berasal dari sumur,
diperuntukkan untuk mandi, cuci baju, dan konsumsi sehari-hari. Air diminum setelah dimasak
terlebih dahulu. Tidak terdapat genangan air di sekitar rumah. Ventilasi di dalam rumah baik
karena akses jendela yang mudah dibuka dan hampir setiap pagi Ibu rutin membuka pintu dan
jendela. Keluarga yang tinggal satu rumah dengan pasien tidak ada yang merokok
Kesan: Kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan baik, tidak terdapat faktor risiko
yang berkaitan dengan penyakit pasien saat ini
Anamnesis sistem
Tanda Vital
• Status Generalis
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis

• Tanda Vital
Nadi : 124 x/menit, kuat, reguler
Pernafasan : 34x/menit
Suhu : 39,3o C (axilla)
Tekanan darah: 100/50 mmHg
• Kepala : ukuran normocephal, bentuk mesocephal,
distribusi rambut merata, UUB menonjol (-)

• Mata : mata cowong (-/-), konjungtiva anemis (-/-), Jejas (-)


sklera ikterik (-/-), edem palpebral (-/-) Kaku kuduk (-)
• Hidung : bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-),
Limfonodi teraba tidak membesar
epistaksis (-/-)

• Mulut : bibir sianosis (-), mukosa mulut lembab (+), gusi berdarah (-)

• Telinga : bentuk normal, sekret (-)


• Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri • Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
• Palpasi : fremitus raba kanan = kiri • Palpasi : iktus kordis kuat angkat
• Perkusi: sonor/sonor di seluruh lapang • Perkusi: batas jantung kesan tidak
paru membesar
• Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), • Auskultasi : BJ I-II intensitas normal,
ronkhi (-/-), wheezing (-/-) reguler, bising (-)
• Superior: Akral hangat (+/+), edema (-/-),
• Inspeksi : sejajar dengan dada (+), tanda
turgor kulit baik (+/+)
peradangan (-), distensi (-)
• Inferior : Akral hangat (-/-), edema (-/-),
• Auskultasi : bising usus (+) normal ADP teraba kuat (+/+), CRT < 2
• Perkusi : timpani (+), shifting dullness (-) detik
• Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), turgor
baik dan elastisitas kulit
kembali cepat (<2 detik), hepar dan lien
teraba tidak membesar
Kesimpulan:

• Pada pemeriksaan kepala tidak didapatkan kelainan

• Pada pemeriksaan leher tidak didapatkan kelainan

• Pada pemeriksaan thorax tidak didapatkan kelainan

• Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan kelainan

• Pada pemeriksaan ekstremitas inferior didapatkan akral


teraba hangat (-/-)
Diagnosa banding
• ISK
• DF
• DHF
• Malaria
• Leptospirosis
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan DL dan Elektrolit
Hematologi Hasil Rujukan
Hemoglobin 13,8 g/dl 9,5-14 g/dl
Leukosit 4,36 x 103 uL 4,0-11 x 103 uL
Eritrosit 4,93 x 106 uL 4,0-5,0 x 106 uL
Trombosit 139 x 103 uL 150 - 450 x 103 uL
Hematokrit 38,2 vol% 42,0-46,0 vol%
Eosinofil 0% 2–4%
Basofil 1% 0–1%
Batang 1% 2–5%
Segmen 79 % 40 – 60 %
Limfosit 12 % 45 – 65 %
Monosit 7% 2–8
ANC 3,5 1 – 7 x 103 uL
ALC 0,52 1 – 3,7 x 103 uL
Kesan: Viral
Infection
Pemeriksaan UL
Urinalisa Hasil Rujukan
Warna Kuning Kuning
Kekeruhan Jernih Jernih
Reduksi Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
BJ 1015 1015-1025
Darah samar 1+ Negatif
pH 5,5 5-8,5
Protein 1+ Negatif
Urobilinogen 4 0,2-1
Nitrit Negatif Negatif
Leukosite Esterase Negatif Negatif
Sedimen Urin Hasil Rujukan
Kesan: tidak didapatkan kelainan pada
Eritrosit 1-2 0-2
pemeriksaan laboratorium urin
Leukosit 0-2 1-2
lengkap
Sel epitel Positif Positif
Diagnosis kerja
• Observasi Febris H-2 ec suspect Dengue Fever
• Viral Infection
• Trombositopenia
planning
1. Planning Medikamentosa 3. Planning Monitoring
• Infus Ringer Laktat 3cc/kgBB/jam (sesuai BB ideal)  50 • Keadaan umum
tpm
• Tanda-tanda vital
• PO Paracetamol (10-20mg/kgBB selama 6 jam) 4 x 500mg
(1 tab) • Tanda perdarahan
• Tanda syok
2. Planning Diet • Angka trombosit dan hematokrit per 8 jam
TKTP • Diet
• Kebutuhan energi total pada pasien sesuai dengan berat
badan dan usia berdasarkan dengan angka kecukupan gizi
adalah 2400kkal
• Kebutuhan protein pada pasien sesai dengan berat badan
usia berdasarkan dengan angka kecukupan gizi adalah 70
gram
prognosis
Quo ad vitam dan quo ad funtionam: dubia ad bonam
Follow Up
Hasil pemeriksaan Rontgen Thorax RLD tanggal 27 Oktober 2020 (10.51)

Kesan: efusi pleura dextra (+), besar cor normal


definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk
(Aedes aegypti dan Aedes albobticus) yang terinfeksi salah satu dari
empat tipe virus dengue manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau
nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik (WHO).
epidemiologi
• Masalah kesehatan masyarakat dan endemis di Indonesia. Penyakit ini
dapat mengakibatkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di beberapa daerah
endemis yang terjadi hampir setiap tahunnya pada musim penghujan
• World Health Organization (WHO) mencatat sejak tahun 1968-2009,
Negara Indonesia merupakan Negara dengan kasus DBD tertinggi di
Asia Tenggara.
• Jumlah kasus DBD di Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 156.086
kasus dengan jumlah kematian akibat DBD sebanyak 1.358 orang
• Pada periode 2001-2011, total kasus DBD di Kota Yogyakarta
mencapai 7.631 orang penderita dengan 51 kasus kematian
etologi
PATOGEN VEKTOR
Virus dengue ini termasuk kelompok B Vektor utama dalam transmisi 
nyamuk
Arthropod Virus (Arbovirus) yang
sekarang dikenal sebagai genus • Aedes aegypti: spesies utama dalam
Flavivirus, famili Flaviviride, dan transmisi virus dengue
mempunyai 4 jenis serotipeyaitu: • Aedes albopictus
• Dengue Virus tipe 1 (DEN-1) • Aedes polynesiensis
• Dengue Virus tipe 2 (DEN-2) • Aedes scutellaris
• Dengue Virus tipe 3 (DEN-3)
Paling banyak di Indonesia
• Dengue Virus tipe 4 (DEN-4)
etiologi
HOST FAKTOR ABIOTIK
Nyamuk menghisap darah • Suhu lingkungan, kelembaban, dan
manusia yang sedang mengalami curah hujan berperan dalam
viremia  kemudian menularkan penyebaran penyakit dengue
virus ke manusia lain. Kerentanan • Perubahan iklim global  nyamuk
untuk timbulnya penyakit pada mengalami dehidrasi  untuk
individu atara lain ditentukan oleh mempertahankan diri nyamuk akan
status imun dan faktor genetik lebih sering menggigit manusia
penjamu • Peningkatan curah hujan (peralihan
kemarau penghujan)  peningkatan
kasus penyakit dengue
patogenesis
Nyamuk menggigit manusia  virus masuk dalam darah  interaksi
berbagai respon imun atau reaksi inflamasi yang terjadi secara terintegrasi
(sel dendrit, monosit/makrofag, sel endotel, dan trombosit)  keluar
berbagai mediator (sitokin), peningkatan aktivasi sistem kompelemen,
serta terjadi aktivasi limfosit T dan B  apabila aktivasi sel imun tersebut
berlebihan, akan diproduksi sitokin (terutama proinflamasi), kemokin, dan
mediator inflamasi lain dalam jumlah banyak  menimbulkan berbagai
kelainan yang akhirnya menimbulkan tanda dan gejala infeksi virus dengue
antibody-dependent enhacement infeksi sekunder yang heterolog
(ADE)
klasifikasi
Manifestasi klinis
Dengue Fever Dengue hemorrhagic fever
Dengue fever (DF) ditandai dengan: Gejala dengue fever ditambah dengan:
• Demam akut 2-7 hari • Pada akhir fase demam, terdapat
kecenderungan terjadinya syok
• Nyeri retroorbital, kepala, mialgia, hipovolemik (sindrom syok dengue)
artralgia, ruam akibat kebocoran plasma
• Kadang terjadi perdarahan: • Tanda peringatan sebelumnya seperti
epitaksis, ekimosis, ptekiae, gusi muntah terus menerus, sakit perut,
berdarah lesu atau gelisah, atau lekas marah
• Leukopenia dan trombositopenia dan oliguria penting untuk intervensi
mencegah syok
• Hemostasis abnormal dan kebocoran
Perbedaan antara DD dan DBD ialah adanya kebocoran
plasma, bukan pada ada/tidaknya perdarahan. Secara
plasma adalah tanda patofisiologis
klinis, kebocoran plasma ditandai oleh adanya efusi utama DBD
pleura atau ascites
• Fase demam/viremia (1-3 hari)

• Fase kritis (4-6 hari)

• Fase penyembuhan/konvalens (6-10 hari)


Syndrome Syok Dengue Expanded dengue syndrome
• Terkompensasi dan dekompensasi Terjadi keterlibat organ seperti hati, ginjal,
otak, dan jantung. Terdapat menifestasi klinis
• Perlu penanganan segera karena yang tidak biasa seperti tanda dan gejala:
bila berlanjut menimbulkan • Kelebihan cairan
komplikasi seperti disseminated
intravascular coagulation (DIC), • Gangguan elektrolit
perdarahan hebat, gagal fungsi • Ensefalopati
organ, dan kematian • Ensefalitis
• Perdarahan hebat
• Gagal ginjal akut
• Haemolytic Uremic Syndrome (HUS)
• Gangguan jantung
• Infeksi ganda
Penegakan diagnosis
anamnesis
Gejala Riwayat
• Keluhan utama • Tetangga atau teman bermain
• Demam tinggi mendadak, terus ada yang terkena DF/DHF
menerus, berlangsung 2-7 hari
• Pernah terinfeksi DF/DHF
• Nyeri kepala, otot, tulang, sendi, sebelumnya
retroorbital, mual, muntah
Pemeriksaan fisik
• Pada anak kecil  ruam maculopapular
• Tanda perdarahan: uji tourniquet positif, ptekiae, purpura, ekimosis,
epitaksis, perdarahan gusi, hematemesis
• Tanda kebocoran plasma: edem palpebral, efusi pleura, ascites,
hepatomegali
• Tanda-tanda syok:
Terkompensasi  takikardi, takipneu, tekanan nadi < 20mmHg, CRT > 2
detik, kulit dingin, produksi urin menurun (<1ml/kgBB/jam), anak gelisah
Dekompensasi  takikardi, hipotensi, nadi cepat dan kecil, pernafasan
kusmaul, sianosis, kulit lembab dan dingin, profound syok (nadi tidak
teraba, tekanan darah tidak terukur)
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan penunjang
• NS1  antigen NS1 dideteksi saat
viremia terjadi sampai hari ke 3
demam terjadi (puncak hari 1-2),
sensitivitas antigen NS1 berkisar
63-93,4% dengan spesifitas 100%
• IgM  terdeteksi pada hari 5-7
dan menghilang setelah 60-90 hari
• IgG  pada infeksi primer muncul
pada hari ke 10-14, pada infeksi
sekunder IgG terdeteksi pada hari
ke 2-4
Pemeriksaan penunjang
Pada infeksi dengue primer:
• IgG anti dengue muncul lebih
lambat dibanding dengan IgM
anti dengue

Pada infeksi dengue sekunder:


• IgG anti dengue muncul lebih
cepat dibanding dengan IgM
anti dengue
Penegakan diagnosis
1. Demam Dengue
Penegakan diagnosis
2. Demam berdarah Dengue
Penegakan diagnosis
3. Dengue Syock Syndrome
penatalaksanaan
Indikasi rawat
inap
Tatalaksana rawat jalan
• Tidak ada komorbid + indikasi
social  rawat jalan
• Pasien diberikan antipiretik yaitu
paracetamol 10-15mg/kgBB/x
setiap 4-6 jam. Berikan nasihat
kepada orangtua
Tatalaksana rawat inap
tanpa syok
• Banyak minum larutan oralit atau jus buah atau air sirup atau susu untuk mengganti cairan yang hilang
akibat kebocoran plasma, demam, muntah atau diare.
• Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-obatan ini dapat
merangsang terjadinya perdarahan.
• Berikan hanya larutan isotonic seperti Ringer Laktat atau Asetat dengan dosis sesuai kebutuhan cairan
parenteral:
Berat badan < 15 kg: 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg: 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg: 3 ml/kgBB/jam
• Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan secara bertahap
sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran
pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan
• Apabila terjadi perburukan klinis, berika tatalaksana sesuai dengan tatalaksana syok terkompensasi
(compensated shock)
Tatalaksana rawat inap
syok terkompensasi
• Perlakukan hal ini kegawatdaruratan. Berikan Oksigen 2-4 liter/menit secara nasal
• Berikan resusitasi cairan dengan larutan kristaloid isotonik (ringer laktat/asetat) intravena
dengan jumlah cairan 10-20 cc/kgBB dalam waktu 1 jam
• Bila syok teratasi, berikan cairan dengan dosis 10-20 cc/kgBB selama 1-2 jam
• Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya,
maksimal 30 menit, atau pertimbangkan pemberian koloid 10-20 ml/kgBB/jam, maksimal 30
ml/kgBB/24 jam
• Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun, pertimbangkan
terjadinya perdarahan tersembunyi, berikan transfusi darah/komponen
• Jika keadaan sirkulasi tetap stabil, jumlah cairan dikurangi secara bertahap menjadi 7,5, 5, 3,
1,5 cc/kgBB/jam. Pada umumnya setelah 24-48 jam pasca resusitasi, cairan intravena sudah
tidak diperlukan. Pertimbangkan untuk mengurangi asupan intravena bila melalui oral makin
membaik
• Bila syok tidak teratasi, periksa analisis gas darah, hematokrit, kalsium, dan gula darah (A-B-C-
S) yang memperberat syok hipovolemik
Tanda Penyembuhan pada Infeksi Dengue
• Frekuensi nadi, tekanan darah, dan frekuensi nafas stabil
• Suhu badan normal
• Tidak dijumpai perdarahan internal maupun eksternal
• Nafsu makan membaik
• Tidak dijumpai muntah maupun nyeri perut
• Volume urin cukup
• Kadar hematokrit stabil pada kadar basal
• Ruam konvalens ditemukan pada 20-30% kasus
Kriteria Pulang Rawat
• Tidak demam minimal 24 jam tanpa terapi anti piretik
• Nafsu makan membaik
• Perbaikan klinis yang jelas
• Jumlah urin cukup
• Minimal 2-3 hari setelah syok teratasi
• Tidak tampak distres pernafasan yang disebabkan oleh efusi pleura
atau ascites
• Jumlah trombosit > 50.000/mm3
pencegahan
1. Lingkungan  Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)  3M
2. Biologis  menggunakan ikan pemakan jentik
3. Kimiawi  fogging dan abate
4. Vaksinasi
Syarat: berusia lebih dari 9 tahun dan sudah pernah terinfeksi dengue sebelumnya
komplikasi
• Ensefalopati Dengue
• Kelainan ginjal
• Edema paru

prognosis
• Baik bila dapat dijaga untuk tidak berkembang menjadi DSS
• Buruk bila terjadi DSS dengan syok berulang/berkepanjangan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai