Anda di halaman 1dari 22

KAJIAN ANTROPOLOGI FILSAFI TERHADAP

HAKIKAT MANUSIA DAN PENDIDIKAN

Oleh:

Wati Rohmawatiningsih (1707224)


Shofiyatun Nurlaili (1707961)
RUANG LINGKUP
Kajian Pandangan Filsafat Terhadap Hakikat
Manusia dan Pendidikan

Implikasi Pandangan Antropologi Flsafi


terhadap Peranan Pendidik dan Peserta Didik
daam Mencapai Tujuan
IDEALISME TERHADAP HAKIKAT MANUSIA

Plato meyakini bahwa manusia sejak lahir membawa ide bawaan (innate
idea), ide tersebut memiliki nilai-nilai kebaikan atau kebenaran
(Muhmidayeli, 2013, hlm.132).

Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya, yakni apa yang disebut mind
(Sadulloh, 2009, hlm. 97).

Menurut Plato dan Immanuel Kant, sepanjang memiliki jiwa, manusia


bebas dan terikat pada hukum alam (Sadulloh, 2009, hlm. 97-98).

Kehidupan manusia ditentukan oleh pandangan spiritual (Kuswana, 2013,


hlm. 57)
IDEALISME TERHADAP PENDIDIKAN

Pendidikan harus mengajarkan hubungan antara anak


dengan bagian alam spiritual (Sadulloh, 2009, hlm.
101).

Menurut Kneller, pendidikan menekankan kesesuaian


batin antara anak dan alam semesta.

Power (dalam Sadulloh, 2009, hlm. 102) menyatakan


bahwa pendidikan haruslah memiliki tujuan untuk
membentuk karakter, bakat, dan kebaikan sosial
menuju manusia yang ideal.
Implikasi Aliran Idealisme terhadap Peranan
Pendidik
Mengajarkan nilai-nilai yang tetap, abadi, dan bagaimana
melaksanakannya yang besesuaian Sang Pencipta (Sadulloh,
2009, hlm. 102)

Menghubungkan pengajaran dengan spiritual karena anak


merupakan bagian dari alam spiritual (Sadulloh, 2009, hlm. 101)

Menjadi contoh (modeling) yang baik (Ornstein dkk., 2011)

Membimbing peserta didik agar sadar terhadap potensi


intelektualnya secara penuh.
Implikasi Aliran Idealisme terhadap Peranan Peserta Didik

Menurut Power (dalam Sadulloh,


2009, hlm. 102-103), peserta didik bebas
untuk mengembangkan kepribadian, dan
kemampuan dasar bakatnya sesuai dengan
kesesuaian antara batin dan alam semesta.
REALISME TERHADAP HAKIKAT MANUSIA

Manusia merupakan subjek yang tinggal dalam alam semesta (dunia


fisik) yang bertindak untuk menyerap dunia objek sehingga diperoleh
pengetahuan.

Aristoteles (dalam Ornstein dkk., 2011, hlm. 164) menyatakan bahwa


manusia adalah hewan yang rasional sehingga mereka dapat bertindak
dengan cara rasional.

Rasionalitas yang dimiliki manusia hanya merupakan instrumen untuk


mendekati alam sehingga diperoleh pengetahuan (Muhmidayeli, 2013)
REALISME TERHADAP PENDIDIKAN

Pendidikan formal merupakan studi tentang pengetahuan


yang disusun dan diklasifikasikan ke dalam disiplin materi
pelajaran ((Ornstein dkk., 2011, hlm. 165).

Kurikulum yang terorganisasi dan subjek yang terpisah


merupakan cara yang paling akurat dan efisien untuk
mempelajari realitas (Ornstein dkk., 2011)

Inkuiri ilmiah digunakan agar peserta didik memperoleh


pengalaman indrawinya dan mengembangkan potensi
rasionalnya (Muhmidayeli, 2011; Ornstein dkk., 2011).
Implikasi Realisme terhadap Peranan Pendidik

Bertanggung jawab untuk membawa ide-ide peserta didik mengenai


dunia yang berkorespondensi dengan realitas (Ornstein, dkk., 2011;
Sadulloh, 2009).

Menguasai konten pengetahuan (Ornstein, dkk., 2011, hlm. 165).

Terampil dalam teknik mengajar. Pendidik Menekankan penggunaan


pendekatan inkuiri ilmiah agar peserta didik memperoleh pengalaman
dan potensi rasionalnya Ornstein, dkk., 2011).

Menuntut prestasi peserta didik (Ornstein, dkk., 2011, hlm. 165).


Implikasi Realisme terhadap Peranan Peserta Didik

 Dalam hal pelajaran, peserta didik harus


menguasai pengetahuan yang handal dan
dapat dipercaya (Sadulloh, 2009).
 Sedangkan dalam hal didiplin, peserta didik
harus memiliki disiplin mental dan moral
yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil
yang baik (Sadulloh, 2009).
Pragmatisme terhadap
Hakikat Manusia
• Manusia memiliki akal pikiran yang tidak absolut dan
ultimate. Artinya pikiran manusia bersifat aktif,
berhubungan dengan upaya penyelidikan dan penemuan
(selalu ingin meneliti) (Muhmidayeli, 2013, hlm. 96;
Sadulloh, 2009, hlm. 120)
• Dewey memandang manusia sebagai organisme logis, sosial,
dan verbal yang menggunakan dorongan untuk bertahan
hidup mereka untuk tumbuh dan berkembang.
• Manusia berinteraksi dengan lingkungan sehingga
memperoleh pengalaman dan pengetahuan darinya.
Pragmatisme dan Pendidikan

• Menurut Dewey, pendidikan merupakan suatu


proses reorganisasi dan rekonstruksi dari
pengalaman-pengalaman individu. Pengalaman-
pengalaman berasal dari aktivitas asli dari
lingkungannya (Sadulloh, 2009, hlm. 125)
• Pendidikan merupakan alat pemenuhan hidup,
pembaruan hidup, dan sebagai fungsi social
(Dewey dalam Sadulloh, 2009, hlm. 125).
Pragmatisme dan Pendidikan

• Pendidikan adalah sebuah proses


eksperimental melalui metode pemecahan
masalah (Ornstein dkk., 2011, hlm. 168).
• Pendidikan memperhatikan proses daripada
muatan materi (Ornstein dkk., 2011, hlm.
169)
Implikasi Pragmatisme terhadap Peranan
Pendidik

• Memberikan kesempatan kepada peserta didik


untuk mengungkapkan ide seluas-
luasnya(Sadulloh, 2009, hlm. 132).
• Memahami minat dan bakat setiap peserta didik
(Sadulloh, 2009, hlm. 132).
• Menghidupkan spirit inkuiri agar tampil dalam
realitas pembelajaran sesuatu (Muhmidayeli,
2011, hlm. 98).
Implikasi Pragmatisme terhadap Peranan
Pendidik

• Mefasilitasi peserta didik untuk melakukan penelitian dan


aktivitas untuk memecahkan masalah dengan menggunakan
metode ilmiah (Ornstein, dkk., 2011, hlm. 169).
• Melaksakan pembelajaran berbasis teknologi informasi (Ornstein,
dkk., 2011, hlm. 169).
• Melaksanakan pembelajaran kolaboratif (Ornstein, dkk., 2011, hlm.
169).
• Sebagai fasilitator (Sadulloh, 2009, hlm. 133)
• Membangun penelitian interdisipliner tentang isu dari berbagai
sumber (Ornstein, dkk., 2011).
Implikasi Pragmatisme terhadap Peranan
Peserta Didik

• Peserta didik di dalam kelas berbagi


pengalaman menerapkan metode ilmiah
dengan berbagai masalah pribadi, sosial, dan
intelektual (Muhmidayeli, 2011, hlm. 98;
Sadulloh, 2009, hlm. 133).
• Peserta didik mampu menggunakan
kecerdasannya untuk memecahkan situasi-
situasi problematis.
EKSISTENSIALISME

Hakikat manusia dalam aliran filsafat eksistensialisme menjelaskan


bahwa manusia yang sadar adalah manusia yang dapat meragukan
sesuatu dan dapat mengaktifkan kemampuan berpikir dalam dirinya,
alam serta apa saja yang tercakup dalam realitas.(Muhmidayeli, 2013,
hlm.138-139)

Suyitno (2012) menjelaskan bahwa pandangan eksistensialisme


terhadap pendidikan terdapat pada pengembangan daya kreatif anak
yang disesuaikan dengan realitas kehidupannya. Sebagai makhluk
yang unik dan memiliki ciri khas, setiap anak harus mengembangkan
daya kreatif tersebut.
Sikun Pribadi tujuan dari pendidikan haruslah mendorong setiap
individu agar mampu mengembangkan semua potensinya untuk
pemenuhan diri (Sadulloh, 2009, hlm.137).
Sadulloh (2009) adalah untuk mendorong setiap
individu agar mampu mengembangkan semua potensi
yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan dirinya.

Implikasi
Peranan seorang pendidik adalah sebagai fasilitator
Eksistensialisme
untuk membiarkan peserta didik berkembang menjadi
terhadap Peranan
dirinya dengan memberikan kesempatan dan jalan
Pendidik dan untuk mereka lalui. (Alwasilah, 2008, hlm. 106).
Peserta Didik

Peserta didik harus diberikan kebebasan untuk


menciptakan suasana belajar yang ekspresif sesuai
diri mereka. (Ornstein, dkk., 2011, hlm. 171).
PANCASILA

Suyitno (2012) menjelaskan bahwa


Hakikat manusia ‘monopluralis’ hakikat pendidikan menurut konsep
yang memiliki unsur-unsur filsafat pendidikan Pancasila adalah
bersisfat organis dan harmonis, proses pengembangan potensi
kemanusiaan untuk meningkatkan
‘susunan kodrat’ jasmani rohani,
derajat martabat manusia ke arah
‘sifat kodrat’ individu-makhluk yang lebih tinggi mencakup potensi
sosial, dan ‘kedudukan kodrat’ biologis, fisis, psikologis,
sebagai pribadi berdiri sendiri sosiologis, antropologis, dan
dan sekaligus sebagai makhluk teologis melalui pendidikan untuk
Tuhan Yang Maha Esa. menuju ke arah kehidupan manusia
Fadillah (2009) yang bermartabat.
Tujuan
Pendidikan
PANCASILA
Undang-
Undang- Undang- Undang
Undang undang Sistem
Pengajara Nomor 2 Pendidika
n Tahun Tahun n Nasional
1951 1989 No.20/200
3
Implikasi Pancasila Peranan Pendidik dan Peserta Didik

Peranan pendidik dalam mewujudkan tujuan


pendidikan dalam pandangan filsafat Pancasila
berkaitan erat prinsip pendidikan Ki Hajar
Dewantara yaitu; Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing
Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani.

Peranan peserta didik baik sebagai individu


maupun sebagai anggota masyarakat dalam
kegiatan pendidikan, adalah sebagai seorang
pelajar yang memiliki kebebasan untuk
mengembangkan potensinya dan
mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan
masyarakat, melalui aktivitas-aktivitas program
pendidikan di sekolahnya.

(Suyitno, 2012).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai