Anda di halaman 1dari 21

Alur Penerimaan Karyawan

Jakarta, 29 Januari 2021,


oleh Varez Al Kahfi – HRGA Staff
Alur Penerimaan Karyawan
1. Mengisi FORM Permintaan Karyawan.
2. Pengajuan permintaan karyawan ke HR & MGM
3. Membuat iklan, jobpost, & hunting kandidat.
4. Screening (collect cv,collect form pelamar, ajukan
ke user)
5. Melakukan Panggilan interview. Tahap test awal
berupa Psikotest,IQ test & interview bakat minat
7. Interview User & MGM
8. Penilaian hasil semua tahap
9. Finalisasi pembuatan kontrak kerja
User/Manajer Mengisi Setelah Approve, HRD
FORM Permintaan Pengajuan terhadap melakukan pencarian
Karyawan dan FORM manajemen dan HRD kandidat melalui
Analisa Beban Kerja jiklan,jobpost dan hunting

Tahapan Test Interview Melakukan Panggilan


Screening CV
HRD, Psikotest & IQ test Interview

Interview User & MGM Penilaian Semua Tahap

Finalisasi: pembuatan
kontrak kerja, melengkapi
data karyawan baru.
Apa itu EPPS? Dan apa fungsi Psikotest EPPS?
EPPS mengukur lima belas variable kepribadian.
Merupakan tes kepribadian yang disusun pertama kali
sebagai alat riset dan konseling, yang dengan cepat dan
mudah mengukur sejumlah variable.
Pada EPPS memiliki cara agar sebisa mungkin menutup
munculnya jawaban karena tuntutan social sehingga
jawaban yang diberikan benar-benar mencerminkan
kepribadian testee. Hal tersebut dilakukan dengan
bersamaan menampilkan pasangan pernyataan dimana
testee harus memilih salah satu dari pasangan
pernyataan yang menggambarkan dirinya, dengan
demikian testee akan lebih banyak ditentukan oleh
dirinya sendiri dibandingkan oleh tuntutan social.
1. Achievement
Dorongan untuk berprestasi, bertindak lebih baik, tertarik dengan tugas menantang dan rumit,
tidak pantang menyerah, cenderung ambisius.
2. Deference
Dorongan untuk beradaptasi terhadap masukkan orang lain terhadap dirinya, kecendrungan untuk
patuh.
3. Order
Keteraturan yang tinggi dan gigih, rapih dan selalu menuruti segala perencanaan, cenderung kaku.
4. Exhibition
Selalu memamerkan apapun yang dimilikinya kepada orang lain.
5. Autonomy
Bertindak sesuai kemauan diri sendiri, bebas dari peraturan dan kekangan dari orang lain, tidak
bergantung pada orang lain.
6. Affiliation
Kecendrungan untuk bergaul terhadap lingkungan sekitar, memiliki loyalitas tinggi dan selalu ingin
dihargai pada lingkungan pergaulannya. .
7. Intraception
Mengevaluasi perasaan diri sendiri sehingga bisa membantu orang lain dalam memahami
perasaan mereka.
8. Succorance
Membutuhkan afeksi orang lain dan bergantung pada bantuan orang lain, cenderung lemah dan
tidak bisa berdiri
6. Affiliation
Kecendrungan untuk bergaul terhadap lingkungan sekitar, memiliki loyalitas tinggi dan selalu ingin dihargai pada
lingkungan pergaulannya. .
7. Intraception
Mengevaluasi perasaan diri sendiri sehingga bisa membantu orang lain dalam memahami perasaan mereka.
8. Succorance
Membutuhkan afeksi orang lain dan bergantung pada bantuan orang lain, cenderung lemah dan tidak bisa berdiri
sendiri.
9. Dominance
Kecendrungan untuk memimpin dan mempengaruhi orang lain untuk mengikuti kehendaknya, menguasai orang
lain
10. Abasement
Pribadi yang mudah merasa bersalah, menyesali diri, layak untuk dihukum akibat tindakannya.
11. Nurturance
Kecendrungan untuk selalu menolong orang lain dengan senang hati, mudah bersimpati dan kadang kurang
memperhatikan dirinya karena terlalu memikirkan untuk membantu orang lain.
12. Change
Ketertarikan tinggi pada situasi baru, berubah-ubah termasuk dalam tindakannya bekerja berupaya dengan cara
baru.
13. Endurance
Tekun, dan kredibilitas tinggi pada pekerjaan, sangat bertanggung jawab bila ada pekerjaan akan melakukannya
sampai selesai.
14. Heterosexuality
Bergaul dengan lawan jenis, berusaha menarik perhatian lawan jenis.
15. Aggression
Terpicu dengan konflik dan senang dengan konfrontasi apabila terjadi perbedaan pendapat.
Apa itu IST?
IST merupakan tes psikotes yang dikembangkan oleh
Rudolf Amthauer di Frankfurt. IST sendiri merupakan
kependekan dari Intelligenz Struktur Test. Tes ini
dikembangkan di Jerman pada tahun 1953 dan sudah
direvisi sebanyak kurang lebih 4 kali revisi dengan
sedikit perubahan pada subtest dan perubahan kriteria
usia dari peserta tes. komponen dalam struktur tes
tersebut tersusun secara hierarkis, di mana bidang
yang dominan kurang lebih akan berpengaruh pada
bidang-bidang yang lain, serta kemampuan yang
dominan dalam struktur intelegensi akan menentukan
dan mempengaruhi kemampuan yang lainnya.
Apa Saja yang Diukur dalam Test IST?
Secara umum, masing-masing dari 9 subtest IST yang tersaji, memiliki beberapa tujuan
pengukuran khusus. Berikut ini adalah beberapa hal yang diukur menggunakan
masing – masing subtest di dalam IST :
1. Mengukur pembentukan keputusan, informasi secara umum, relitas, dan juga
pemikiran secara mandiri dari masing – masing individu.
2. Mengukur struktur kemampuan berbahasa, menggunakan bahasa, dan juga
pemahaman mengenai suatu bahasa
3. Fleksibilitas dalam berpikir, dan menganalisa hubungan antar kejadian, serta
menjelaskan pola berpikir seseorang.
4. Berpikir logis dan juga memahami persoalan
5. Kemampuan dalam berhitung, berpikir secara induktif, dan juga bagaimana proses
penalaran yang dimiliki seseorang.
6. Kemampuan seseorang dalam menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan
angka – angka, serta problem solving secara logis dan teratur
7. Kemampuan melakukan abstraksi dan juga konstruksi, serta bagaimana
kemampuan analisa seseorang
8. Kemampuan untuk membayangkan bangun ruang, kemampuan spasial,
kemampuan tiga dimensi, dan juga kemampuan konstruktif yang dimiliki seseorang
9. Kemampuan untuk melakukan konsentrasi dan daya ingat.
• Apa Yang diperoleh dari Tes IST?
• Ada banyak hal yang bisa diperoleh apabila seseorang mengikuti
tes IST secara penuh, yaitu seluruh subtest diberikan dan dikerjakan
dengan serius dan penuh konsentrasi. Berikut ini adalah hal – hal
yang akan diperoleh seseorang dari mengerjakan tes IST :
• Kecerdasan secara umum, atau yang populer dikenal sebagai IQ
• Kemampuan dan juga pola berpikir seseorang
• Profil kecerdasan dan cara berpikir, yang terdiri dari dua bentuk
profil cara berpikir, yaitu:
1. Pola dan cara berpikir verbal – teoritis, dimana seseorang penuh
pertimbangan dan juga berpikir berdasarkan kemampuan secara
teoritis.
2. Pola dan cara berpikir praktis – konkrit, dimana seseorang
cenderung berpikir praktis, yang berfokus pada bagaimana
menyelesaikan sebuah masalah yang ada di depan mata dengan
peralatan atau situasi yang ada secara nyata.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai