STRUKTUR
AKTIVITAS
HORMON
STEROID
Disusun Oleh :
1. Mega Puspita Sari 19105011141
a. Secara umum,karakteristik struktur dari kortikosteroid adalah ikatan rangkap C 4-C5 , gugus keton pada C3, dan rantai
samping 17β-ketol (-COCHO2OH) karena dapat menunjang aktivitas. Sejumlah senyawa tidak mempunyai sistem C 3-
keto masih mempunyai aktivitas cukup besar sehingga diduga gugus ini kecil sumbangannya terhadap interaksi obat-
reseptor
b. Pada konsep interaksi obat-reseptor,cincin C dan D lebih penting dibanding cincin A dan B
c. Substitusi gugus 21-OH dengan gugus F meningkatkan aktivitas gluko dan mineralokortikoid, tetapi substitusi dengan
gugus Cl atau Br akan menghilangkan aktivitas
d. Adanya substituen 2α-CH3, 9α-F, 21-OH, dan , 9α-Cl meningkatkan aktivitas glukokortikoid dan mineralokortikoid
1. HORMON MINERALOKORTIKOID
a. Mineralkorikoid pada umumnya tidak mengandung gugus 11-OH dan 17-OH. Adanya substituen OH
b. Pada umumnya substrat gugus F,Cl dan Br pada posisi 9α meningkatkan aktifitas mineralokortikoid
dengan urutan F> Cl> Br, demikian pula substitusi pada posisi 12α- F
c. Adanya ikatan rangkap pada posisi C1-C2 dan substituen pada 6α-Cl, 16α-OH, 16α-OCH3, 16α-CH3,
mineralokortikoid.
2. HORMONE GLUKOKORTIKOID
Biasanya digunakan klinik terutama untuk pengobatan kelainan jaringan kolagen, kelainan
hematologis (leukimia) dan pernafasan (asma)untuk pengobatan rematik, pengobatan
penyakit karena alergi tertentu,seperti dermatologis yang berat, penyakit saluran cerna dan
penyakit hati. Hormon glukokortikoid juga efektif untuk pengobatan penyakit shock
Addison,sembab otak,hiperklasemia,dan miasteniagarfis.
.
2. HORMONE GLUKOKORTIKOID
. Mekanisme Kerja Hormon Glukokortikoid
• Hormon glukokortikoid berhubungan dengan metabolisme karbohidrat , protein dan
lemak serta dapat merangsang sintesis glukosa dan glukogen.
• Efek antiradang hormon glukokortikoid berhubungan dengan kemampuannya untuk
merangsang biosintesis protein lipomodulin yang dapat menghambat kerja enzimatik,
sehingga mencegah pelepasan mediator proses keradangan, yaitu asam arkodinat dan
metabolitnya
2. HORMONE GLUKOKORTIKOID
OH pada C17. Gugus 11β-OH ini sangat penting untuk interaksi obat–reseptor (gugus farmakofor).
b. Pemasukan gugus α-CH3 pada posisi 2, 6 dan 16 meningkatkan aktivitas glukokortikoid. Pemasukan
gugus 2α-CH 3 meningkatkan aktivitas glukokortikoid oleh karena pengaruh halangan ruangnya
dapat mencegah reduksi gugus 3-keton, baik pada in vitro maupun in vivo
c. Substitusi pada posisi 4α, 7α, 9α, 11α dan 21 menurunkan aktivitas glukokortikoid.
2. HORMONE GLUKOKORTIKOID
d. Pemasukan gugus α-OH pada posisi 1,6,7,9,14 dan 16 atau reduksi gugus 20-keton menurunkan aktivitas
glukokortikoid
e. Pemasukan substituen 9α-F dapat meningkatkan aktivitas oleh karena :
● Adanya gugus yang bersifat penarik elektron tersebut dapat menimbulkan efek indukai pada gugus 11β-OH
sehingga senyawa menjadi lebih asam dan kemampuan interaksi obat-reseptor, yang melibatkan ikatan hidrogen,
menjadi lebih baik;
● Dapat melindungi gugus 11β-OH dari proses oksidasi metabolik.
● Adanya substituen pada 6α-F dapat meningkatkan aktivitas glukokortikooid, tetapi efek terhadap retensi natrium
lebih rendah dibanding gugus 9a-F. Penurunan gugus F pada posisi 2α menurunkan aktivitas glukokortikoid .
f. Pemasukan ikatan rangkap antara C1-C2 meningkatkan secara nyata aktivitas glukokortikoid aktivitas
antiradang. Pemasukun ikatan rangkap pada C1-C2 cincin A akan mengubah bentuk konformasi cincin
sehingga interaksi dengan reseptor menjadi lebih baik dan menghasilkan peningkatan efek antiradang.
Adanya ikatan rangkap pada posisi 9-11, bila tidak ada gugus oksigen pada posisi 11, akan menurunkan
aktivitas. Adanya ikatan rangkap pada posisi 6-7 tidak mempengaruhi aktivitas.
g. Bentuk ester, seperti ester asetat, benzoat, butirat, heksanoat, kaproat, sipionat, diasetat, dipropionat,
piruvat dan valerat, asetonid dan garam, seperti natrium fosfat dan natrium suksinat, dapat meningkatkan
masa kerja obat. Bentuk ester dan asetonid merupakan pra-obat, pada in vivo senyawa dihidrolisis
Hormon kelamin pada umumnya merupakan turunan steroid, molekulnya bersifat planar
dan tidak lentur. Kerangka dasarnya adalah siklopentanaperhidrofenantren yang bersifat
kaku (rigid).
• Ada tiga aspek stereokimia hormone kelamin yang penting diketahui karena dapat
mempengaruhi aktivitas , yaitu :
• 1.Letak gugus pada cincin, aksial atau ekuatorial
• 2.Posisi gugus pada bidang, konfiguarsi α atau β, dan isomer cis atau trans
• 3.Konformasi cincin sikloheksan, bentuk kursi atau perahu
1. HORMON ANDROGEN
Hubungan struktur dan aktivitas hormon androgen :
a. Pemasukan gugus 3-keto dan 3α-hidroksi dapat meningkatkan aktivitas androgenik.
b. Gugus 17ß-hidroksi penting dalam hubungannya dengan pengikatan reseptor, oleh
karena itu isomer 17ß-hidroksi lebih aktif dibanding 17α-hidroksi.
c. Testosteron, tidak dapat diberikan secara oral karena oleh bakteri usus gugus 17ß-
hidroksi akan dioksidasi menjadi 17-keto yang tidak aktif. Selain itu testosteron
mempunyai waktu paro pendek karena cepat diabsorpsi dalam saluran cerna dan cepat
mengalami degradasi hepatik.
a. Adanya gugus alkil pada C17α mencegah perubahan metabolisme gugus 17ß-hidroksi sehingga
senyawa dapat diberikan secara oral. Contoh: 17α- metiltestosteron, dapat diberikan secara oral,
walaupun aktivitasnya hanya setengah kali aktivitas testosteron bila dibandingkan dengan
pemberian secara intramuskular. Makin panjang rantai C gugus alkil makin menurun aktivitas
androgenik dan makin meningkat toksisitasnya. Contoh: 17α-metiltestosteron lebih aktif
dibanding 17α-etiltestosteron.
b. Esterifikasi pada gugus 17ß-hidroksi dapat memperpanjang masa kerja obat. Bentuk ester bersifat
lebih non polar, lebih mudah larut dalam jaringan lemak dan bila diberikan secara intramuskular
dapat menghasilkan respons sampai kurang lebih 2-4 minggu. Contoh: testosteron propionat,
testosteron enantat, testosteron fenilpropionat dan testosteron dekanoat. Testosteron propionat
mempunyai awal kerja cepat dan masa kerja yang lebih pendek dibanding ester-ester lain.
c. Substitusi atom halogen menurunkan aktivitas androgenik senyawa, kecuali substitusi pada atom
C4dan C9. Contoh: fluoksimesteron, mempunyai aktivitas androgenik 5-10 kali lebih besar
dibanding testosteron. Analog testosteron yang sering digunakan sebagai androgenik antara lain
adalah mesterolon dan metandrostenolon. Metandrostenolon mempunyai aktivitas androgenik
lebih kurang sama dengan testosteron.
g. Pemasukan atom C terhibridisasi sp2 pada cincin A membuat cincin menjadi lebih planar dan
meningkatkan kerapatan electron senyawa, dan hal ini akan meningkatkan aktivitas anabolik. Contoh :
oksimetolon, mempunyai aktivitas androgenik anabolik = 1:2,5. Penambahan cincin pirazol pada
cincin A (stanozolol) meningkatkan aktivitas anabolic (1:5), tetapi penambahan cincin isoksazol
(danazol) akan memperlemah efek androgen, serta menghilangkan efek estrogenic dan progestinik
Stanozolol Danazol
h. Hilangnya gugus metal pada C19 (19-norandrogen) juga meningkatkan aktivitas anabolic. Contoh : nandrolon
(nortestosteron) dan etilestrenol, mempunyai aktivitas androgenic anabolic = 1:3
Nandrolon, tidak mempunyai gugus alkil pada atom C17α, sehingga gugus 17ß. OH mudah dioksidasi oleh
bakteri usus menjadi bentuk keto yang tidak aktif. Oleh karena itu nandrolon hanya diberikan secara
intramuskular dalam bentuk ester fenilpropionat atau dekanoat.
i. Adanya ikatan rangkap pada atom C5-C10 (tibolon), akan memperlemah efek androgenik, demikian pula
terhadap efek estrogenik dan progestogenik.
2. HORMON ESTROGEN
Estrogen adalah hormon kelamin wanita, pada wanita diproduksi oleh ovarium, plasenta
dan korteks adrenalis sedang pada laki-laki diproduksi oleh testis dan korteks adrenalis.
Sebagian besar hormon estogeron alami pada manusia adalah estradiol, estron, dan
estriol.
Mekanisme Kerja Hormon Estrogen
• Hormon estrogen dapat menyebabkan beberapa efek biologis pada organ target. Pada
ovarium merangsang pertumbuhan folikular, pada uterus merangsang pertumbuhan
endometrium, pada vagina menyebabkan kornifikasi (pedangkalan), sel epitel, pada
serviks dapat meningkatkan sekresi lendir dan menurunkan kekentalan lendir, dan pada
kelenjar pituitari dapat merangsang pengeluaran gonadotropin. Pengikatan estrogen
dengan reseptor khas dalam sitoplasma atau protein di luar inti menyebabkan perubahan
bentuk konformasi protein sehingga memudahkan penetrasi kompleks estrogen-reseptor
ke dalam inti sel. Kompleks kemudian mengikat sisi aseptor di kromosom, memicu
sintesis mRNA dan protein, sehingga meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan
jaringan saluran reproduksi.
2. HORMON ESTROGEN
Klorotrianisem merupakan pra-estrogen,ditubuh dimetabolisis menjadi senyawa estrogen aktif. Senyawa mempunyai aktivitas estrogenic
lebih rendah dibanding dietilstilbestrol tetapi masa kerjanya lebih Panjang.
Hubungan struktur dan aktivitas turunan diestilstilbestrol
1. Yang aktif sebagai estrogenik adalah bentuk isomer trans,sedang bentuk isomer cis aktivitasnya rendah.
2. Gugus hidroksil fenol sangat penting untuk aktivitas estrogenic: penggantian dengan gugus lain menurunkan aktivitas secara drastic.
3. Aktivitas maksimum dicapai bila R3 dan R4 adalah gugus etil;pengurangan atau penambahan jumlh atom C menurunkan aktivitas
estrogenik
C. ANTIESTROGEN
d. Aktivitas progestin turunan 17α-asetoksiprogesteron meningkat bila ada substitusi gugus metil atau
klor pada posisi C6α dan ikatan rangkap pada posisi C6-7.
B. TURUNAN TESTOSTERON
Hubungan struktur-aktivitas turunan testosteron
a. Pemasukan gugus etinil pada posisi 17α testosteron (etisteron), dapat mencegah oksidasi gugus 17β-hidroksi
menjadi 17-keto oleh bakteri usus, sehingga semyawa dapat deberikan secara oral. Selain itu adanya gugus 17α-
etinil dapat meningkatan kerapatan elektron sehingga menunjang interaksi obat reseptor, meningkatan aktivitas
progestinik dan menurunkan aktivitas anabolik.
b. Pemasukan gugus metil pada posisi 6α dapat menghambat metabolisme dan meningkatan aktivitas progestinik.
Contoh : 6α -metil
c. Hilangnya gugus metil pada metil pada C19 dari struktur testosteron (19-nortestosteron)akan meningkatkan aktivitas
progestik dan menurunkan aktivitas androgenik.
d. Penambahan gugus metil pada C18, missal pada norgestrel dan gestoden,meningkatkan aktivitas progestinik.
e. Bentuk ester pada gugus 17β-hidroksi mempunyai masa kerja lebih panjang .
f. Hilangnya gugus keto pada C3,misal pada linestrenol dan alilestrenol meningkatkan aktivitas androgenik.
4. OBAT KONTRASEPSI
Senyawa- senyawa estrogen dan progestin yang ternyata berfungsi untuk mengatur siklus menstruasi.
Mekanisme kerja obat kontrasepsi
Untuk lebih memahami mekanisme kerja obat kontrasepsi diperlukan pengetahuan fisiologi siklus menstruasi.
Siklus menstruasi dikontrol oleh sistem yang terintegrasi dan melibatkan dua gonatropin yaitu Luteinizing
Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH), yang berasal dari adenohipofisis, dua hormon
hipotalamus, FSH Release Factor (FRF) dan gonadorelin (GnRH), ovarium dan saluran reproduksi. FRF dan
GnRH dapat merangsang pengeluaran LH dan FSH dari adenohipofisis, sedang LH dan FSH merangsang
ovarium untuk memproduksi hormon estrogen dan progestin.
Cara kerja hormon progestin dan estrogen sebagai kontrasepsi adalah mencegah proses ovulasi dengan cara
menekan produksi LH dan FSH melalui mekanisme proses penghambatan kembali. Hal ini dapat terjadi kena
adanya kadar hormon progestin dan estrogen yang tinggi di tubuh.
THANKS