Anda di halaman 1dari 31

HUBUNGAN

STRUKTUR
AKTIVITAS
HORMON
STEROID
Disusun Oleh :
1. Mega Puspita Sari 19105011141

2. Sofia Maulidia 19105011142

3. Mutiara Trie Sieya A. 19105011143

4. Maulida Luqmanah 19105011144

5. Annisa Raihan M. 19105011145

6. Mertha Melati 19105011146

7. Muhammad Zidan H.N. 19105011147


HORMON
Hormon adalah senyawa yang secara normal
dikeluarkan oleh kelenjar endokrin atau jaringan
tubuh dan dilepaskan ke perederan darah menuju
jaringan sasaran, berinteraksi secara selektif
dengan reseptor khas atau senyawa tertentu dan
menunjukkan efek biologis.
HORMON STEROID
- Hormon steroid yaitu hormon yang mengandung inti steroid. Karena
mempunyai inti yang sama, maka ketentuan mengenai tatanama dan
aspek sterokimianya juga sama.
- Fungsi hormon steroid adalah untuk mengatur proses metabolisme tubuh,
termasuk pembentukan glukosa, penyimpanan glikogen, dan menjaga
tekanan darah tetap normal.
HORMON STEROID
- Hormon steroid di bagi mejadi dua golongan yaitu
1. Hormon kortikoisteroid
- Mineralokortikoid
- Glukokortikoid
2. Hormon Kelamin
- Androgen
- Estrogen
- Progestin
A. HORMON
KORTIKOSTEROID
merupakan hormon steroid yang sintesis dari kolestrol dan diproduksi oleh kelenjar
adrenalis bagian korteks. Pengeluaran hormon ini dipengaruhi oleh adreno cortico
tropin hormone (ACTH) yang berasal dari pituitari anterior

Beberapa fungsi fisiologisnya berhubungan dengan sistem kardiovaskular dan


darah,sistem saraf pusat , otot polos dan stres

Hormon kortikosteroid dibagi menjadi 2 yaitu ;


a. Hormon mineralokortikoid
b. Hormon glukokortikoid
A. HORMON
KORTIKOSTEROID
Hubungan struktural aktivitas hormon kortikosteroid

Struktur umum kortikosteroid

a. Secara umum,karakteristik struktur dari kortikosteroid adalah ikatan rangkap C 4-C5 , gugus keton pada C3, dan rantai

samping 17β-ketol (-COCHO2OH) karena dapat menunjang aktivitas. Sejumlah senyawa tidak mempunyai sistem C 3-
keto masih mempunyai aktivitas cukup besar sehingga diduga gugus ini kecil sumbangannya terhadap interaksi obat-
reseptor
b. Pada konsep interaksi obat-reseptor,cincin C dan D lebih penting dibanding cincin A dan B
c. Substitusi gugus 21-OH dengan gugus F meningkatkan aktivitas gluko dan mineralokortikoid, tetapi substitusi dengan
gugus Cl atau Br akan menghilangkan aktivitas
d. Adanya substituen 2α-CH3, 9α-F, 21-OH, dan , 9α-Cl meningkatkan aktivitas glukokortikoid dan mineralokortikoid
1. HORMON MINERALOKORTIKOID

● biasa digunakan untuk pengobatan penyakit yang disebabkan oleh gangguan


fungsi kelenjar adrenalis karena suatu hal seprti tumor kelenjar, sehingga
produksi hormon menurun. Hormon ini dapat meningkatkan pemasukan ion
natrium dan pengeluaran kalium ditubulus ginjal.
● Mekanisme kerja Hormon Mineralokortikoid
 Berhubungan dengan metabolisme elektrolit dan air. Hormon ini memelihara
fungsi normal ginjal, yaitu dengan mengatur pemasukan ion natrium dan
pnegeluaran ion kalium.
 Pada tingkat molekul, hormon berinteraksi membentuk kompleks terpulihkan
dengan reseptor khas yang tedapat pda bagian inti ginjal.
 Contoh : aldosteron, deoksikortikosteron dan fludrokortison
1. HORMON MINERALOKORTIKOID

Hubungan struktur dan aktivitas hormon mineralokortikoid :

a. Mineralkorikoid pada umumnya tidak mengandung gugus 11-OH dan 17-OH. Adanya substituen OH

secara umum menghilangkan aktivitas mineralokortikoid

b. Pada umumnya substrat gugus F,Cl dan Br pada posisi 9α meningkatkan aktifitas mineralokortikoid

dengan urutan F> Cl> Br, demikian pula substitusi pada posisi 12α- F

c. Adanya ikatan rangkap pada posisi C1-C2 dan substituen pada 6α-Cl, 16α-OH, 16α-OCH3, 16α-CH3,

16β-CH3, 17α-OH, 17α-CH3 dan 16α,17α-ketal menurunkan secara bermakna aktivitas

mineralokortikoid.
2. HORMONE GLUKOKORTIKOID
Biasanya digunakan klinik terutama untuk pengobatan kelainan jaringan kolagen, kelainan
hematologis (leukimia) dan pernafasan (asma)untuk pengobatan rematik, pengobatan
penyakit karena alergi tertentu,seperti dermatologis yang berat, penyakit saluran cerna dan
penyakit hati. Hormon glukokortikoid juga efektif untuk pengobatan penyakit shock
Addison,sembab otak,hiperklasemia,dan miasteniagarfis.
.
2. HORMONE GLUKOKORTIKOID
. Mekanisme Kerja Hormon Glukokortikoid
• Hormon glukokortikoid berhubungan dengan metabolisme karbohidrat , protein dan
lemak serta dapat merangsang sintesis glukosa dan glukogen.
• Efek antiradang hormon glukokortikoid berhubungan dengan kemampuannya untuk
merangsang biosintesis protein lipomodulin yang dapat menghambat kerja enzimatik,
sehingga mencegah pelepasan mediator proses keradangan, yaitu asam arkodinat dan
metabolitnya
2. HORMONE GLUKOKORTIKOID

Hubungan struktur dan aktivitas glukokortikoid


a. Secara umum struktur glukokortikoid mengandung gugus keton atau hidroksi pada C 11 dan gugus α-

OH pada C17. Gugus 11β-OH ini sangat penting untuk interaksi obat–reseptor (gugus farmakofor).

b. Pemasukan gugus α-CH3 pada posisi 2, 6 dan 16 meningkatkan aktivitas glukokortikoid. Pemasukan

gugus 2α-CH 3 meningkatkan aktivitas glukokortikoid oleh karena pengaruh halangan ruangnya
dapat mencegah reduksi gugus 3-keton, baik pada in vitro maupun in vivo
c. Substitusi pada posisi 4α, 7α, 9α, 11α dan 21 menurunkan aktivitas glukokortikoid.
2. HORMONE GLUKOKORTIKOID

d. Pemasukan gugus α-OH pada posisi 1,6,7,9,14 dan 16 atau reduksi gugus 20-keton menurunkan aktivitas
glukokortikoid
e. Pemasukan substituen 9α-F dapat meningkatkan aktivitas oleh karena :
● Adanya gugus yang bersifat penarik elektron tersebut dapat menimbulkan efek indukai pada gugus 11β-OH
sehingga senyawa menjadi lebih asam dan kemampuan interaksi obat-reseptor, yang melibatkan ikatan hidrogen,
menjadi lebih baik;
● Dapat melindungi gugus 11β-OH dari proses oksidasi metabolik.
● Adanya substituen pada 6α-F dapat meningkatkan aktivitas glukokortikooid, tetapi efek terhadap retensi natrium

lebih rendah dibanding gugus 9a-F. Penurunan gugus F pada posisi 2α menurunkan aktivitas glukokortikoid .
f. Pemasukan ikatan rangkap antara C1-C2 meningkatkan secara nyata aktivitas glukokortikoid aktivitas

antiradang. Pemasukun ikatan rangkap pada C1-C2 cincin A akan mengubah bentuk konformasi cincin

sehingga interaksi dengan reseptor menjadi lebih baik dan menghasilkan peningkatan efek antiradang.

Adanya ikatan rangkap pada posisi 9-11, bila tidak ada gugus oksigen pada posisi 11, akan menurunkan

aktivitas. Adanya ikatan rangkap pada posisi 6-7 tidak mempengaruhi aktivitas.

g. Bentuk ester, seperti ester asetat, benzoat, butirat, heksanoat, kaproat, sipionat, diasetat, dipropionat,

piruvat dan valerat, asetonid dan garam, seperti natrium fosfat dan natrium suksinat, dapat meningkatkan

masa kerja obat. Bentuk ester dan asetonid merupakan pra-obat, pada in vivo senyawa dihidrolisis

melepaskan senyawa induk aktif.


B. HORMON KELAMIN

Hormon kelamin pada umumnya merupakan turunan steroid, molekulnya bersifat planar
dan tidak lentur. Kerangka dasarnya adalah siklopentanaperhidrofenantren yang bersifat
kaku (rigid).
• Ada tiga aspek stereokimia hormone kelamin yang penting diketahui karena dapat
mempengaruhi aktivitas , yaitu :
• 1.Letak gugus pada cincin, aksial atau ekuatorial
• 2.Posisi gugus pada bidang, konfiguarsi α atau β, dan isomer cis atau trans
• 3.Konformasi cincin sikloheksan, bentuk kursi atau perahu
1. HORMON ANDROGEN
Hubungan struktur dan aktivitas hormon androgen :
a. Pemasukan gugus 3-keto dan 3α-hidroksi dapat meningkatkan aktivitas androgenik.
b. Gugus 17ß-hidroksi penting dalam hubungannya dengan pengikatan reseptor, oleh
karena itu isomer 17ß-hidroksi lebih aktif dibanding 17α-hidroksi.
c. Testosteron, tidak dapat diberikan secara oral karena oleh bakteri usus gugus 17ß-
hidroksi akan dioksidasi menjadi 17-keto yang tidak aktif. Selain itu testosteron
mempunyai waktu paro pendek karena cepat diabsorpsi dalam saluran cerna dan cepat
mengalami degradasi hepatik.
a. Adanya gugus alkil pada C17α mencegah perubahan metabolisme gugus 17ß-hidroksi sehingga
senyawa dapat diberikan secara oral. Contoh: 17α- metiltestosteron, dapat diberikan secara oral,
walaupun aktivitasnya hanya setengah kali aktivitas testosteron bila dibandingkan dengan
pemberian secara intramuskular. Makin panjang rantai C gugus alkil makin menurun aktivitas
androgenik dan makin meningkat toksisitasnya. Contoh: 17α-metiltestosteron lebih aktif
dibanding 17α-etiltestosteron.
b. Esterifikasi pada gugus 17ß-hidroksi dapat memperpanjang masa kerja obat. Bentuk ester bersifat
lebih non polar, lebih mudah larut dalam jaringan lemak dan bila diberikan secara intramuskular
dapat menghasilkan respons sampai kurang lebih 2-4 minggu. Contoh: testosteron propionat,
testosteron enantat, testosteron fenilpropionat dan testosteron dekanoat. Testosteron propionat
mempunyai awal kerja cepat dan masa kerja yang lebih pendek dibanding ester-ester lain.
c. Substitusi atom halogen menurunkan aktivitas androgenik senyawa, kecuali substitusi pada atom
C4dan C9. Contoh: fluoksimesteron, mempunyai aktivitas androgenik 5-10 kali lebih besar
dibanding testosteron. Analog testosteron yang sering digunakan sebagai androgenik antara lain
adalah mesterolon dan metandrostenolon. Metandrostenolon mempunyai aktivitas androgenik
lebih kurang sama dengan testosteron.
 

Fluoksimesteron Mesterolon Metandostenolon

g. Pemasukan atom C terhibridisasi sp2 pada cincin A membuat cincin menjadi lebih planar dan
meningkatkan kerapatan electron senyawa, dan hal ini akan meningkatkan aktivitas anabolik. Contoh :
oksimetolon, mempunyai aktivitas androgenik anabolik = 1:2,5. Penambahan cincin pirazol pada
cincin A (stanozolol) meningkatkan aktivitas anabolic (1:5), tetapi penambahan cincin isoksazol
(danazol) akan memperlemah efek androgen, serta menghilangkan efek estrogenic dan progestinik

Stanozolol Danazol
h. Hilangnya gugus metal pada C19 (19-norandrogen) juga meningkatkan aktivitas anabolic. Contoh : nandrolon
(nortestosteron) dan etilestrenol, mempunyai aktivitas androgenic anabolic = 1:3

Nandrolon Etilestrenol Tibolon

Nandrolon, tidak mempunyai gugus alkil pada atom C17α, sehingga gugus 17ß. OH mudah dioksidasi oleh
bakteri usus menjadi bentuk keto yang tidak aktif. Oleh karena itu nandrolon hanya diberikan secara
intramuskular dalam bentuk ester fenilpropionat atau dekanoat.
i. Adanya ikatan rangkap pada atom C5-C10 (tibolon), akan memperlemah efek androgenik, demikian pula
terhadap efek estrogenik dan progestogenik.
2. HORMON ESTROGEN
Estrogen adalah hormon kelamin wanita, pada wanita diproduksi oleh ovarium, plasenta
dan korteks adrenalis sedang pada laki-laki diproduksi oleh testis dan korteks adrenalis.
Sebagian besar hormon estogeron alami pada manusia adalah estradiol, estron, dan
estriol.
Mekanisme Kerja Hormon Estrogen
• Hormon estrogen dapat menyebabkan beberapa efek biologis pada organ target. Pada
ovarium merangsang pertumbuhan folikular, pada uterus merangsang pertumbuhan
endometrium, pada vagina menyebabkan kornifikasi (pedangkalan), sel epitel, pada
serviks dapat meningkatkan sekresi lendir dan menurunkan kekentalan lendir, dan pada
kelenjar pituitari dapat merangsang pengeluaran gonadotropin. Pengikatan estrogen
dengan reseptor khas dalam sitoplasma atau protein di luar inti menyebabkan perubahan
bentuk konformasi protein sehingga memudahkan penetrasi kompleks estrogen-reseptor
ke dalam inti sel. Kompleks kemudian mengikat sisi aseptor di kromosom, memicu
sintesis mRNA dan protein, sehingga meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan
jaringan saluran reproduksi.
2. HORMON ESTROGEN

Hubungan struktur-aktivitas esterogen steroid


a. Allen dan doissy (1923), telah dapat mengisolasi dari ekstrak ovarium wanita senyawa-senyawa turunan yang
mempunyai aktivitas estrogenik, yaitu estron,estriol dan estradiol. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa
estradiol mempunyai aktivitas estrogenic tiga kali besar dibanding estron dan enam kali lebih besar dibanding
estrol.
b. Penelitian mengenai hubungan struktur dan aktivitas menunjukkan bahwa hilangnya atom O yang terikat pada
C3 dan C17.
c. Perluasan cincin D akan menurunkan aktivitas estrogenik secara drastic.
d. Modifikasi struktur estron menunjukkan bahwa pemasukan gugus OH pada posisi C 6,C7,dan C11 menurunkan
aktivitas estrogenic.
e. Estirifikasi gugus 17ß-hidroksi atau 3-hidroksiestradiol dapat memperpanjang masa kerja obat oleh
karena pada in-vivo bentuk ester dihidrolisis dengan lambat melepaskan estrogen bebas secara perlahan-
lahan. Contoh bentuk ester dari estradiol antara lain adalah ester 3-benzoat,3.17-dipropionat,17-valerat dan
ester 17-siklopentilpropionat.
f. Bentuk ester estradiol mempunyai kelarutan dalam lemak lebih bebas,penembusan membran biologis
menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan aktivitas estrogenic dan memperpanjang masa kerja obat.
g. Pemasukan gugus etinil pada posisi 17a dapat memperlambat proses oksidasi estradiol oleh bakteri usus
karena adanya pengaruh halangan ruang.
h. Bentuk eter pada gugus 3-hidroksi dari 17a-etinilestradiol akan meningkatkan kelarutan dalam lemak
dan memperpanjang masa kerja obat.
B. ESTROGEN NON STEROID

Hubungan struktur dan aktivitas


Menurut hipotesis schueler (1946), ada persamaan jarak kritik antara gugus-gugus yang dapat membentuk
ikatan hidrogen,seperti gugus hidroksil,keton dan hidroksil fenol,dari hormone estrogen non steroid dan estrogen
steroid. Jarak antara gugus 3-OH san 17-OH dari estradiol mempunyai persamaan dengan jarak antara gugus-gugus
hidroksil fenol dari dietistilbestrol yaitu ± 14,5 A0. Jarak ini sangat penting dalam hubungannya dengan
pengikatan obat-reseptor. Jarak antara gugus-gugus hidroksil dan estradiol adalah 10,9 A 0 sedang jarak gugus-
gugus hidroksil fenol dari dietilstilbenstrol = 12,1 A0 , sehingga diduga bahwa air juga mempunyai peran penting
terhadap efek estrogenik
Semua hormon esterogen non steroid aktif pada pemberian secara oral. Esterifikasi gugus hidroksil fenol dari dietilstilbestrol
dengan 2 molekul propionat atau asam fosfat akan memperpanjang masa kerja obat dan menurunkan efek samping. Benzestrol dan
dienestrol mempunyai aktivitas estrogenik hampir sama dengan dietilstrilbestrol

Klorotrianisem merupakan pra-estrogen,ditubuh dimetabolisis menjadi senyawa estrogen aktif. Senyawa mempunyai aktivitas estrogenic
lebih rendah dibanding dietilstilbestrol tetapi masa kerjanya lebih Panjang.
Hubungan struktur dan aktivitas turunan diestilstilbestrol
1. Yang aktif sebagai estrogenik adalah bentuk isomer trans,sedang bentuk isomer cis aktivitasnya rendah.
2. Gugus hidroksil fenol sangat penting untuk aktivitas estrogenic: penggantian dengan gugus lain menurunkan aktivitas secara drastic.
3. Aktivitas maksimum dicapai bila R3 dan R4 adalah gugus etil;pengurangan atau penambahan jumlh atom C menurunkan aktivitas
estrogenik
C. ANTIESTROGEN

Antiestrogen (antagonis estrogen), adalah senyawa yang digunakan sebagai

perangsang ovulasi karena mempunyai efek langsung terhadap hipotalamus dalam

meningkatkan produksi follicle stimulating hormone (FSH).


3. HORMON PROGESTIN
Hormon kelamin laki-laki yang dikeluarkan oleh korpus luteum dan plasenta
Mekasnisme kerja hormone progestin
Progestin terdapat dalam sejumlah jaringan seperti uterus,ovarium,hati,ginjal,serviks,kelenjar
adrenalis,hipotalamus dan vagina. Reseptor sitoplasma khas terdapat pada sel uterus. Efek progestin biasanya
berhubungan dengan hormone estrogen,yang melibatkan beberapa proses fisiologis penting, seperti pendarahan
normal pada menstruasi,pelepasan ovum,menyiapkan endometrium uterus untuk menerima
ovum,menghentikan kontraksi uterus dan menunjang perkembangan jaringan payudara.
Peran hormone progestin pada siklus menstruasi dan mekanisme kerjanya sebagai kontrasepsi dijelaskan pada
bab obat kontrasepsi.
Berdasarkan struktur kimianya hormone progestin dibagi menjadi dua kelompok,yaitu turunan progesteron dan
turunan testoteron.
Berdasarkan struktur kimianya hormon dibagi menjadi 2 kelompok :
A. Turunan progesteron
B. Turunan testosteron
A. TURUNAN PROGESTERON
Hubungan struktur-aktivitas :
a. Djerassi (1953),telah dapat mensintesis 19-norprogesteron yang pada pemberian secara intramuskular
ternyata mempunyai aktivitas 8 kali lebih besar dibanding progesteron.
b. Bentuk ester dari 17α-hidroksiprogesteron mempunyai aktivitas lebih tinggi dan masa kerja yang yang
lebih panjang dibanding progesteron. Hal ini disebabkan gugus 17α-ester dapat mencegah reduksi
gugus keton pada C20 menjadi gugus alkohol yang tidak aktif. Selain itu bentuk ester dapat
meningkatkan kelarutan senyawa dalam lemak,membentuk depo, dan ester dilepaskan secara
perlahan-lahan. Bentuk ester tersebut kemudian mengalami hidrolisis melepaskan obat aktif sehingga
masa kerja obat menjadi lebih panjang.
c. Adanya gugus metil pada posisi C6α dapat menurunkan kecepatan reduksi ikatan rangkap C4-5 dan
gugus 3-keto serta meningkatkan kelarutan dalam lemak sehingga masa kerja obat menjadi lebih
panjang. Contoh : medroksiprogesteron asetat

d. Aktivitas progestin turunan 17α-asetoksiprogesteron meningkat bila ada substitusi gugus metil atau
klor pada posisi C6α dan ikatan rangkap pada posisi C6-7.
B. TURUNAN TESTOSTERON
Hubungan struktur-aktivitas turunan testosteron
a. Pemasukan gugus etinil pada posisi 17α testosteron (etisteron), dapat mencegah oksidasi gugus 17β-hidroksi
menjadi 17-keto oleh bakteri usus, sehingga semyawa dapat deberikan secara oral. Selain itu adanya gugus 17α-
etinil dapat meningkatan kerapatan elektron sehingga menunjang interaksi obat reseptor, meningkatan aktivitas
progestinik dan menurunkan aktivitas anabolik.
b. Pemasukan gugus metil pada posisi 6α dapat menghambat metabolisme dan meningkatan aktivitas progestinik.
Contoh : 6α -metil
c. Hilangnya gugus metil pada metil pada C19 dari struktur testosteron (19-nortestosteron)akan meningkatkan aktivitas
progestik dan menurunkan aktivitas androgenik.
d. Penambahan gugus metil pada C18, missal pada norgestrel dan gestoden,meningkatkan aktivitas progestinik.
e. Bentuk ester pada gugus 17β-hidroksi mempunyai masa kerja lebih panjang .
f. Hilangnya gugus keto pada C3,misal pada linestrenol dan alilestrenol meningkatkan aktivitas androgenik.
4. OBAT KONTRASEPSI

Senyawa- senyawa estrogen dan progestin yang ternyata berfungsi untuk mengatur siklus menstruasi.
Mekanisme kerja obat kontrasepsi
Untuk lebih memahami mekanisme kerja obat kontrasepsi diperlukan pengetahuan fisiologi siklus menstruasi.
Siklus menstruasi dikontrol oleh sistem yang terintegrasi dan melibatkan dua gonatropin yaitu Luteinizing
Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH), yang berasal dari adenohipofisis, dua hormon
hipotalamus, FSH Release Factor (FRF) dan gonadorelin (GnRH), ovarium dan saluran reproduksi. FRF dan
GnRH dapat merangsang pengeluaran LH dan FSH dari adenohipofisis, sedang LH dan FSH merangsang
ovarium untuk memproduksi hormon estrogen dan progestin.
Cara kerja hormon progestin dan estrogen sebagai kontrasepsi adalah mencegah proses ovulasi dengan cara
menekan produksi LH dan FSH melalui mekanisme proses penghambatan kembali. Hal ini dapat terjadi kena
adanya kadar hormon progestin dan estrogen yang tinggi di tubuh.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai