Anda di halaman 1dari 21

ISSUE STRATEGIC

PERTEMUAN 14
Dr. RATNAWATI SUSANTO,
M.M.,M.Pd.
PGSD - FKIP
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Mahasiswa Mampu Mengidentifikasi Isue Strategik Yang Mencakup :


1.Kesejahteraan Spiritual Di tempat Kerja dalam Aspek Individu, Kelompok
dan organisasi
2.Inovasi Pendidikan
3.Pengembangan Profesionalitas
WORKPLACE SPIRITUALITY

MAKNA SPIRITUALITAS DALAM


MEMBANGUN VISI, MISI, NILAI DAN
TUJUAN ORGANISASI.
Kemajuan suatu organisasi sangat tergantung pada bagaimana orang-orang
yang ada dalam organisasi tersebut.

Dalam proses bekerja diperlukan kemampuan individu untuk dapat memaknai


pekerjaannya, sehingga individu tersebut menjadi berbahagia, sehat hidupnya
dan pada akhirnya tidak hanya menjadi produktif, tetapi juga dapat melahirkan
berbagai ide yang inovatif. Untuk membuat orang-orang didalam organisasi
dapat memahami makna dari pekerjaannya tersebut lahirlah disiplin baru yang
disebut dengan spiritualitas di tempat kerja (workplace spirituality), bagian
khusus dari budaya organisasi (organizational culture)
Workplace spirituality adalah konsep baru dalam model manajemen dan
perilaku organisasi, khususnya budaya organisasi. Konsep ini pun sebenarnya
telah digambarkan dalam konsep-konsep perilaku organisasi seperti values,
ethics, dan sebagainya. Hal ini dijelaskan oleh Robbins (2005) sebagai
berikut, The concept of workplace spirituality draws on our previous
discussion of topics such as values, ethics, motivation, leadership, and
work/life balance.
Robbins (2005) mendefinisikan workplace spirituality sebagai berikut,
“Workplace spirituality recognizes that people have an inner life that
nourishes and is nourished by meaningful work that takes place in the context
of community. Organizations that promote a spiritual culture recognize that
people have both mind and a spirit, seek to find meaning and purpose in their
work, and desire to connect with other human being and be part of
community”. Pemahaman lain mengenai konsep ini dijabarkan oleh Sauber
(2003) sebagai berikut, “Spirit in the workplace is leaders learning to lead
instead of manage. It is an understanding that organizations are in service, not
just providing a service. It is searching one’s self for his/her purpose in l ife
and tapping into that pass ion. It is embracing and appreciating the gifts and
talents each and every employee brings to their job each and every day – day
in and day out”.
Istilah yang biasanya digunakan untuk menjelaskan konsep ini adalah
workplace spirituality, spirituality in the workplace, spirituality at work,
spiritual workplace, spirit at work, atau spiritualitas kerja. Istilah-istilah ini
merujuk pada konsep yang sama, yaitu menerima manusia (karyawan) sebagai
mahluk spiritual (spiritual being) dan organisasi atau tempat kerja harus
memfasilitasi perkembangan dimensi spiritual ini sebagai bentuk penerimaan
bahwa setiap karyawan adalah human being yang membutuhkan nilai dan
makna. Istilah spiritualitas yang dimaksud merujuk pada sesuatu yang
universal, yaitu meaning, purpose, dan value.
Spiritualitas ditempat kerja ini adalah pemanfaatan, penumbuhan, dan
pengembangan nilai-nilai ditempat kerja sehingga menjadi spiritual bagi
orang-orang yang ada di organisasi. Dengan demikian, orang-orang yang ada
dalam organisasi tersebut “menikmati” segala kelebihan dan kekurangan yang
ada dalam pekerjaannya, membuatnya bahagia, membuatnya ingin
mengaktualisasikan diri sebaik mungkin, sampai pada akhirnya menjadi lebih
produktif dalam menangani berbagai pekerjaan. Namun, karena spiritualitas
ini berkaitan dengan nilai-nilai maka akan berkaitan dengan agama, karena
agama selalu memberikan nilai-nilai yang harus dianut oleh pemeluknya,
(Zohar dan Marshall, 2005) lebih lanjut mengemukakan hal tersebut sebagai
berikut.
Ada tiga kategori utama workplace spirituality (Milliman dkk, 2003), yaitu
purpose in one’s work atau ”meaningful work”, having a ”sense of
community”, dan being in ”alignment with the organization’s values” and
mission. Masing-masing kategori tersebut mewakili tiga level dari workplace
spirituality, yaitu individual level, group level, dan organizational level.
INOVASI PENDIDIKAN

Inovasi Pendidikan menurut Ibrahim (1988) :


Berfungsi untuk memecahkan masalah atau Inovasi pada bidang
pendidikan.

Kesimpulannya :
Inovasi Pendidikan adalah suatu gagasan atau ide, metode, barang
yang dirasa oleh seseorang atau masyarakat (kelompok orang)
sebagai hal yang baru, baik itu berupa hasil penemuan baru (inverse)
atau baru ditemukan orang (discovery) yang dipakai dalam mencapai
tujuan pendidikan dan memecahkan permasalahan pendidikan.
2. TUJUAN INOVASI PENDIDIKAN
Menurut Santoso (1974), Tujuan Utama Inovasi :
Meningkatkan sumber-sumber tenaga, uang, dan sarana termasuk
struktur dan prosedur organisasi.

Tujuan Inovasi Pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi,


kualitas, dan efektivitas : sarana serta jumlah peserta didik sebanyak-
banyaknya dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya (menurut
kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan pembangunan)
dengan menggunakan sumber, tenaga, uang, alat, dan waktu dalam
jumlah yang sekecil-kecilnya.
Tujuan Inovasi Pendidikan :
a.Pemerataan Layanan Pendidikan.
b.Pengkondisian Kegiatan Belajar yang Kondusif.
c.Efisiensi Pendidikan.
d.Efektifitas dan Efisien Sistem Pengelolaan.
e.Kelancaran Sistem Informasi.
f.Pemeliharaan Unsur Kebudayaan Nasional.
Arah Tujuan Inovasi Pendidikan :
a.Mengejar Ketertinggalan karena Perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK).
b.Penyelenggaraan Pendidikan Formal dan Luar Sekolah bagi
Masyarakat.
3. FAKTOR – FAKTOR DALAM INOVASI PENDIDIKAN

GURU

SISWA

FASILITAS

PROGRAM

KURIKULUM
LINGKUP SOSIAL
MASYARAKAT
4. PERMASALAHAN YANG MEMERLUKAN INOVASI
a. Pertumbuhan Penduduk menyebabkan tingginya kebutuhan akan
pemenuhan Sarana Pendidikan yang memadai.
b. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Konsep Pendidikan Seumur
Hidup.
c. Perkembangan Teknologi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam demi
Kesejahteraan Umat Manusia.
5. TANTANGAN DALAM INOVASI
a. Keterbatasan Sumber dan Pola Pemanfaatan.
b. Lemahnya Sistem dan Kurikulum Pendidikan.
c. Pengelolaan Pendidikan yang belum mengantisipasi Tuntutan
Keadaan Masa Mendatang.
6. UPAYA INOVASI PENDIDIKAN
a. Sistem Pamong
• Pendidikan yang dilaksanakan oleh orang tua, masyarakat, dan
guru.
• Prinsip belajar dapat berlangsung di berbagai tempat.
• Merupakan upaya untuk pemerataan pendidikan.

b. Program Magang
• Membekali Pengetahuan Praktis.
• Keterhubungan Teori dan Praktek secara nyata.
c. Program Penerimaan Bakat
• Penghargaan prestasi bagi para siswa dan ekonomi lemah.

d. Proyek Pendidikan Guru


• Pembekalan guru dalam profesi.
PENGEMBANGAN KRITERIA PENGETAHUAN, PERFORMANCE DAN
PRODUCT KRITERIA DALAM PROFESI GURU.

1. Knowledge Criteria : kemampuan intelektual yang dimiliki seorang guru


yang meliputi pengausaaan materi, pengetahuan mengenai cara mengajar,
pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang
keamsyarakatan dan pengeahuan umum.
2. Performancee criteria: kemampuan guru yang berkaitan dengan perlbagai
keterampilan dan perilaku,meliputi keterampilan emngajar, membimbing,
menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, beragul dan ebrkomunikasi
dengan siswa dan keerampilan menyusun persiapan emngajar atau
perencanaan mengajar.
3. Product Criteria: yakni kemampuan guru dalam mengukur kemampuan dan
kemajuan siiswa setelah mengikuti proses belajar.
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai