Anda di halaman 1dari 16

TERAPI MODALITAS DALAM

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

 Anggota Kelompok :
1. Alfina Choirunisa (1902040)
2. Angga Daniel Rio Syaputra (1902041)
3. Anggita Rizki Kumala (1902042)
4. Aprilia Saputri (1902043)
5. Atik Surahmiyati (1902044)
Tujuan Terapi Modalitas Dalam Asuhan
Keperawatan Jiwa

Pengertian ☉  Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku pasien


Terapi Modalitas merupakan ☉ Mengurangi gejala gangguan jiwa
terapi utama dalam keperawatan ☉ Memperlambat kemunduran
jiwa. Terapi ini diberikan dalam ☉ Membantu adaptasi terhadap situasi sekaran

upaya mengubah perilaku pasien ☉ Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti

dari perilaku yang maladaptif Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri
☉ Meningkatkan aktivitas
menjadi perilaku yang adaptif ☉ Meningkatkan kemandirian (Prabowo,2014)
(Prabowo,2014)
Peran Perawat dalam Terapi Modalitas Asuhan Keperawatan

☉ Mendidik dan mengorientasi kembali seluruh anggota keluarga


☉ Memberikan dukungan kepada klien
☉ Mengkoodinasi dan mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan.
☉ Memberi pelayanan prevensi primer, sekunder dan tersier melalui penyuluhan,
perawatan dirumah, pendidikan dan sebagainnya.
Jenis-Jenis Terapi
Modalitas Asuhan
Keperawatan
Terapi individual
adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan
pendekatan hubungan individual antara seorang
terapis dengan seorang klien.
Tahapan hubungan dalam terapi individual
meliputi:
☉ Tahapan orientasi
☉ Tahapan kerja
☉ Tahapan terminasi
1. Terapi Lingkungan
  Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi
perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.

2. Terapi Biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical di
mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit .
Terapi Kognitif Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi diberikan kepada seluruh anggota keluarga
keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perasaan sebagai unit penanganan (treatment unit).
dan perilaku klien. Tujuan terapi keluarga adalah agar
keluarga mampu melaksanakan fungsinya
Terapi Terapi Perilaku Terapi Bermain
Kelompok
Terapi bermain diterapkan karena ada
Anggapan dasar dari terapi
anggapan dasar bahwa anak-anak akan
perilaku adalah kenyataan
Terapi kelompok adalah bentuk dapat berkomunikasi dengan baik
bahwa perilaku timbul akibat
terapi kepada klien yang dibentuk melalui permainan dari pada dengan
proses pembelajaran.
dalam kelompok, suatu ekspresi verbal
pendekatan perubahan perilaku
melalui media kelompok.
Terimakasih

SKENARIO ROLE PLAY
Alfina Choirunnisa sebagai Perawat 1
Angga Daniel sebagai Bapak
Anggita Rizki sebagai Perawat 2
Aprilia Saputri sebagai Perawat 3
Atik Surahmiyati sebagai Ibu
 
Pada suatu hari, perawat Rumah Sakit Jiwa menur menerima informasi bahwa ada seorang
pemuda di Desa Sumber Waras yang dipasung selama 5 tahun. Menurut informasi, pemuda
tersebut di pasung karena sering melakukan perilaku kekerasan. Lalu, perawat Rumah Sakit Jiwa
menur berinisiatif untuk melakukan kunjungan ke rumah pemuda tersebut. Namun sebelum
melakukan kunjungan ke rumah keluarga klien, perawat terlebih dahulu membuat janji 2 hari
sebelumnya.
2 hari kemudian.
SESI I
Perawat I : Assalamu’alaikum Wr.Wb
Ibu : Wa’alaikumsalam Wr.Wb (sambil mempersilahkan duduk)
Perawat I : Bapak ibu perkenalakan kami perawat RS.Jiwa Menur. Perkenalkan saya Riyaldi, bersama 2 teman saya ibu, Ratna dan
Riska. Kedatangan kami disini bertujuan untuk program psikoedukasi seperti yang saya janjikan 2 hari yang lalu.
Perawat II : Sebelumnya ibu namanya siapa dan panggilannya siapa?
Ibu : Panggil saja Ibu Licha.
Perawat II : Ibu Licha, bagaimana perasaan ibu dalam mengikuti program psikoedukasi ini?
Ibu : Saya senang bisa mengikuti program seperti ini. Karena saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan untuk menghadapi anak saya
dengan kondisi yang seperti itu.
Perawat II : Begitu ya bu. Kami juga senang jika ibu mendukung pelaksanaan program ini. Kami melakukan beberapa sesi dalam terapi
ini ibu, yaitu ada 5 sesi. Setiap 1 sesi kita butuh 1 hari ibu dan untuk 1 sesinya membutuhkan waktu 60 menit. Apakah ibu setuju?
Ibu : Iya mbak, tentu saya setuju.
Perawat III : Apa yang dirasakan ketika ibu dan bapak mengetahui bahwa anak ibu dan bapak mengalami perilaku kekerasan?
Bapak : Tentunya saya merasa sedih, malu dengan tetangga yang lain, takut dan khawatir jika ada anggota keluarga maupun tetangga yang
celaka karena anak saya.
Perawat III : Apa ada masalah dalam merawat anak bapak?
Bapak : Sebenarnya tidak ada masalah dalam merawat anak kami tetapi kami takut kalau sewaktu-waktu anak kami mengamuk dan
mencelakai tetangga, makanya kami memutuskan untuk memasung anak kami.
Ibu : Tapi untuk makan minum kami tetap memberikan setiap hari mbak. Untuk buang air kecil maupun besar tetap di tempat
pemasungan. Dan sengaja kami pasung di dekat sawah.
Perawat I : Adakah perubahan dalam keluarga ketika bapak dan ibu mengetahui bahwa ada anak bapak yang mengalami
perilaku kekerasan?
Ibu : Dulunya anak kami itu sangat pendiam dan kami berharap besar supaya dia bisa membawa perubahan yang lebih baik
dalam keluarga kami. Tapi setelah ada kejadian ini, kami seperti kehilangan harapan. Karena kebetulan dia anak sulung kami.
Perawat I : Bu maaf sebelumnya, mengapa anak ibu harus dipasung dan tidak dibawa ke Rumah Sakit untuk diterapi?
Bapak : Karena kami tidak mempunyai dana untuk membawa anak kami ke Rumah Sakit. Selain itu Rumah Sakitnya juga jauh dari
rumah kami.
Perawat I : Apa yang menjadi harapan bapak maupun ibu dalam terapi ini?
Bapak : Harapan kami, kami ingin lebih maksimal dalam merawat dan anak kami bisa mengurangi perilaku kekerasannya.
Perawat II : Kalau begitu, apa sekarang ada yang perlu ditanyakan tentang masalah anak bapak dan ibu?
Ibu : Apa yang harus kami lakukan dalam merawat anak kami di rumah?
Perawat II : Untuk hal tersebut kita diskusikan di sesi 2 ya bu. Karena waktu sudah berjalan 60 menit.
Ibu : Iya mbak.
Perawat II : Berarti dapat kami simpulkan bahwa masalah bapak dan ibu adalah ketakutan akibat perilaku kekerasan anak ibu
sehingga bapak dan ibu memutuskan untuk memasung anak ibu. Bagaimana perasaan ibu setelah mengikuti sesi I ini bu?
Ibu : Kami sangat lega karena kami bisa berbagi informasi mengenai anak kami. Dan kami juga tidak sabar agar anak kami
mengurangi perilaku kekerasannya.
Perawat III : Iya ibu. Kalau begitu kita buat kontrak untuk besok. Besok kita akan membahas tentang perilaku kekerasan anak ibu
serta merawat anak ibu. Kita besok berkunjung lagi kesini, ibu ada waktu pukul berapa?
Ibu : Saya selalu ada di rumah mbak. Tapi lebih enak pagi hari.
Perawat III : Kalau begitu besok pukul 8 pagi kami kesini bu.
Ibu : Iya mbak.
Perawat I : kalau begitu kami permisi bu. Wassalamu’alaikum.
Ibu : Iya mas. Wa’alaikumsalam.
 
SESI III
Perawat I : Assalamu’alaikum Wr.Wb
Ibu : Wa’alaikumsalam Wr.Wb (sambil mempersilahkan duduk)
Perawat I : Bagaimana perasaannya hari ini, Bu? Setelah mengikuti 2 sesi sebelumnya? Apakah ada ada pertanyaan tentang 2 sesi
sebelumnya yang belum dimengerti?
Ibu : Perasaan saya lebih baik daripada sebelum bertemu mbak dan mas. Sekarang saya sudah mulai melepas anak saya pelan-pelan
setiap pagi sekitar 1-2 jam, biasanya bapaknya mengajaknya untuk jalan-jalan berolahraga dekat sini. Dan saya membersihkan tempatnya
dipasung.
Bapak : Awalnya waktu saya keluarkan, masih banyak pandangan negatif dari para tetangga. Sehingga terkadang, saya dan istri merasa
putus asa dan tidak ingin merawat anak saya lagi.
Perawat II : Baik, kalau begitu bapak dan ibu ingin waktu berapa lama dalam sesi ke tiga ini? Apakah 30 menit cukup?
Bapak : Iya mbak, silahkan.
Perawat III : Sekarang, karena adanya perasaan sedikit putus asa yang terkadang dirasakan oleh bapak dan ibu, sehingga pada sesi ini
kami akan memberikan cara-cara dalam menghadapi stress agar bapk dan ibu tidak memiliki perasaan untuk menyerah dalam merawat
anaknya.
Perawat I : Ketika anak bapak dan ibu dilepas dari pasungnya, memang awalnya tetangga masih berpikiran negatif karena masih
belum terbiasa dengan hal tersebut. Namun, bapak bisa sedikit menjelaskan kepada tetangga bahwa anak bapak tidak akan melakukan
kekerasan jika tidak ada yang membuat dia marah.
Perawat II : Ketika stress dan rasa putus asa itu muncul lagi, maka bapak dapat mengikuti tehnik yang akan saya ajarkan sekarang.
Tehnik ini namanya tehnik relaksasi dengan nafas dalam (tarik nafas dalam dengan hidung sambil membaca istighfar di dalam hati lalu
dikeluarkan perlahan melalui mulut). Tak lupa bapak dan ibu mengingat bahwa Wahyu adalah anak bapak yang bapak harapkan dan
sampai sekarang pun masih bapak harapkan apalagi umur Wahyu juga masih muda.
Perawat I : Coba sekarang bapak ibu ulangi tehnik yang saya ajarkan tadi.
Bapak, ibu : (mengulangi tehnik relaksasi)
Perawat I : Iya bagus pak. Sekarang bapak dan ibu sudah dapat melakukan tehnik relaksasi secara
mandiri. Sehingga pada saat bapak dan ibu mengalami stress, bapak ibu bisa melakukan tehnik
relaksasi yang sudah saya ajarkan tadi.
Bapak : Iya mas, terima kasih untuk tehniknya. Saya sekarang lebih bersemangat untuk merawat
anak saya.
Perawat II : Iya bapak bagus sekali. Besok kita dapat melakukan sesi yang ke-4 dengan anggota
keluarga yang lain, seperti adik dari Mas Wahyu dengan topik yaitu mengurangi beban keluarga.
Bagaimana bapak, kita besok melanjutkan sesi yang selanjutnya pada pukul berapa?
Ibu : Seperti biasa saja Mbak. Pukul 8 pagi di rumah saya.
Perawat II : Baiklah kalau begitu ibu., kami permisi. Wassalamu’alaikum.
Ibu : Iya mbak. Wa’alaikumsalam.
 
SESI IV
Perawat I : Assalamu’alaikum Wr.Wb
Ibu : Wa’alaikumsalam Wr.Wb (sambil mempersilahkan duduk)
Perawat II : Ibu bagaimana kabarnya hari ini? Apa bapak ibu masih ingat tehnik relaksasi yang saya ajarkan kemarin?
Bapak : Baik mbak. Iya kami masih ingat.
Perawat II : Coba bapak ibu ulangi tehnik relaksasinya pak.
Bapak, ibu : (mampraktekkan tehnik relaksasi)
Perawat III : Bagus bapak ibu. Hari ini kita akan membahas tentang cara untuk mengurangi beban di dalam keluarga. Untuk 30 menit
ke depan, apakah cukup?
Ibu : Iya mbak. Cukup.
Perawat III : Kalau boleh kami tahu, apakah Mas Wahyu memiliki adik atau kakak?
Ibu : Ada 2 adik perempuan Nak Wahyu tetapi mereka masih belum mau ikut merawat Wahyu dan cenderung malu bahkan tidak mau
mengakui Wahyu sebagai kakaknya.
Perawat I : Kalau begitu, boleh saya bertemu dengan adiknya Mas Wahyu.
Bapak : Iya mas boleh (lalu bapak Wahyu masuk ke dalam dan memanggil adik dari Wahyu).
Selang beberapa menit…………
Perawat I : Boleh saya tahu, siapa nama mbak-mbak ini?
Ratih : Saya adik yang pertama mas, nama saya Ratih dan ini adik saya, namanya Vinka.
Perawat II : Kalau boleh kita tahu, bagaimana tanggapan Mbak Vinka dan Mbak Ratih mengenai perilaku kekerasan yang dilakukan
Mas Wahyu?
Vinka : Kita malu punya kakak seperti Mas Wahyu.
Perawat II : Keadaan seperti ini memang susah diterima mbak. Tapi jika hanya dihadapi oleh bapak dan ibu
saja, maka akan menjadi beban yang sangat besar. Namun, jika satu sama lain saling membantu dan berbagi
beban tersebut, maka akan menjadi sedikit lebih ringan. Untuk itu saling mendukung dan saling berbagi adalah
hal yang paling tepat dalam mengurangi beban di keluarga.
Perawat III : Tidak apa-apa untuk saat ini mbak tidak bisa menerima, namun pelan-pelan mbak juga harus ikut
membantu bapak dan ibu untuk merawat Mas Wahyu. Mungkin bapak dan ibu bisa juga mengajarkan tehnik
relaksasi kepada Mbak Ratih dan Mbak Vinka.
Bapak : Terima kasih atas saran mbak dan mas, kami akan mencoba untuk mengikuti saran dari
mbak dan mas.
Perawat I : Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah mengikuti sesi ini?
Bapak : Kami sedikit lega karena adik-adiknya Wahyu mau membantu kami untuk merawat
Wahyu.
Perawat I : Sampai sejauh ini, bapak dan ibu sangat kooperatif untuk mengikuti setiap sesi dari terapi
kami. Sampai disini sesi IV, besok kita lanjutkan ke sesi yang ke V. besok bagaimana bapak, seperti
biasanya ya pak? Pukul 8 pagi.
Bapak : iya mas, seperti biasa saja.
Perawat II : Baiklah kalau begitu ibu., kami permisi. Wassalamu’alaikum.
Ibu : Iya mbak. Wa’alaikumsalam.

Anda mungkin juga menyukai