Anda di halaman 1dari 35

BAGIAN ILMU NEUROLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN Maret 2021


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laporan Kasus: Tarsal Tunnel Syndrome

DISUSUN OLEH:
Riski Amaliah H.R
111 2020 2039
PEMBIMBING:
dr. Moch. Erwin Rachman, M. Kes, Sp. S
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU NEUROLOGI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULU
AN
neuropati tekan pada
saraf tibialis posterior
atau salah satu nyeri di atas terowongan
tarsal adalah gejala yang
cabangnya di dalam
mendominasi, yang mungkin
tarsal terowongan yang disertai atau tidak dengan
sering disebabkan oleh gejala sensorik,
berbagai lesi yang penatalaksanaan
menempat ruang, seperti Konservatif termasuk obat
ganglia, lipoma, varises, anti inflamasi dan aktivitas
tumor saraf, trauma, atau adalah standar perawatan.
penyakit sistemik
BAB II
LAPORAN
KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Tawangmangu, Karanganyar
Status : Menikah
Tanggal Periksaan: -
No CM : 01163841
ANAMNESIS

Keluhan Utama:
Telapak kaki terasa nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang laki laki berusia 60 tahun Sejak 4 hari SMRS pasien mengeluh telapak kaki
terasa nyeri. Pasien mengeluhkan nyeri terutama setelah pasien berkebun. Nyeri
dirasakan tajam seperti ditusuk jarum. Nyeri dirasakan hilang timbul. Jika digunakan
untuk berjalan, nyeri dirasakan bertambah. Nyeri pinggang (-) nyeri pada pergelangan
kaki (-)
Pasien juga merasakan kesemutan pada telapak kaki setelah merasakan kedua kakinya
terasa tebal. Keluhan dirasakan hilang timbul. Keluhan dirasakan bertambah jika pasien
berjalan.
Selama 4 tahun ini, pasien bekerja sebagai petani. Pasien sering berjongkok saat
melakukan pekerjaannya. Pasien menyangkal riwayat bengkak dan panas di
pergelangan kaki. Pasien juga menyangkal riwayat kelemahan anggota gerak.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat infeksi TBC : Tidak ada
Riwayat kejang : Tidak ada
Riwayat hipertensi : tidak ada
Riwayat DM : Tidak dijelaskan di jurnal
Riwayat stroke : Tidak dijelaskan dijurnal
Riwayat penyakit jantung : Tidak dijelaskan dijurnal
Riwayat hepatitis : Tidak dijelaskan dijurnal
Riwayat low back pain : Tidak dijelaskan dijurnal
Riwayat osteoarthritis : Tidak dijelaskan dijurnal
Riwayat kelainan tulang belakang : Tidak dijelaskan dijurnal
Riwayat tumor/keganasan : Tidak dijelaskan dijurnal
Riwayat konsumsi obat-obatan : Tidak dijelaskan dijurnal
Riwayat konsumsi alcohol : Tidak dijelaskan dijurnal
Riwayat penyakit keluarga  tidak ada
Riwayat berobat  tidak dijelaskan
pada jurnal
riwayat alergi obat  tidak ada

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang kepala keluarga dengan 3 orang anak yang sudah
berkeluarga. Pasien pernah bekerja sebagai cleaning service tapi sudah
tidak bekerja karena faktor usia. Saat ini, pasien bekerja sebagai petani.
Saat ini berobat di RSDM dengan fasilitas Jamkesmas
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum compos mentis, E4V5M6, gizi kesan cukup
Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/ menit, isi cukup, irama teratur, simetris
Respirasi : 20x/menit, irama teratur, tipe thoracoabdominal

Suhu : 36,50C per aksiler


Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-), spider naevi (-),
striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-).
Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam beruban, tidak
mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot (-)
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan
tak langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-),
sekret (-/-), lagoftalmus (+/-)
Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-)
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor
(-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi
(-)
Leher
Simetris, trakea di tengah, step off (-), JVP (R+2) ,limfonodi tidak
membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-)
Thoraks
Retraksi (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler, bising (-)
Paru Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri, gerakan paradoksal (-)
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar ( vesikuler / vesikuler ), suara tambahan (-/-)
Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, bruit (-) dan lien tidak
teraba
Pemeriksaan fisik

•Ekstremitas
Oedem dan Akral dingin (-)
•Status Neurologis
Kesadaran : GCS E4V5M6
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Nervi Cranialis
N. III : pupil isokor (3mm/3mm), Refleks Cahaya (+/+),
Refleks Cornea (+/+)
N. VII : dalam batas normal
N. XII : dalam batas normal

Status Lokalis
Look : deformitas (-), tendo radang (-)
Feel : Nyeri tekan (+) pada daerah maleolus
medialis (tarsal tunnel)
Kompresi test pada Tarsal Tunnel (+)
Tinel Test pada Tarsal Tunnel (+)
Sensoris : hipoestesi ranjakan n.tibialis setingkat
pergelangan kaki
Move: Range of Motion (ROM) ankle : dalam batas
normal,
Status Ambulasi Mild dependent
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Darah

Laboratorium Nilai Nilai Foto Pedis PA


Normal Kesan : Calcaneus spur pedis kanan
GDP (mg/dL) 100 70 – 100
GD2PP (mg/dl) 125 80 - 140
Kolesterol total 201 50-200
(mg/dl)
LDL (mg/dl) 207 80-210
HDL (mg/dl) 46 37-91
Trigliserida 77 <150
(mg/dl)
Asam urat 3,9 2,4-6,1
Résumé
Seorang laki laki berusia 60 tahun Sejak 4 hari Sebelum Masuk
RS pasien mengeluh telapak kaki terasa nyeri. Pasien
mengeluhkan nyeri terutama setelah pasien berkebun. Nyeri
dirasakan tajam seperti ditusuk jarum. Nyeri dirasakan hilang
timbul. Jika digunakan untuk berjalan, nyeri dirasakan
bertambah. Pasien juga merasakan kesemutan pada telapak
kaki setelah merasakan kedua kakinya terasa tebal. Keluhan
dirasakan hilang timbul. Keluhan dirasakan bertambah jika
pasien berjalan. Selama 4 tahun ini, pasien bekerja sebagai
petani. Pasien sering berjongkok saat melakukan pekerjaannya
Résumé
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum compos mentis, E4V5M6, gizi kesan cukup
Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/ menit, isi cukup, irama teratur, simetris
Respirasi : 20x/menit, irama teratur, tipe thoracoabdominal

Suhu : 36,50C per aksiler


Kulit : normal
Kepala: dalam batas normal
Mata : dalam batas normal
Hidung: dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
Telinga: dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Toraks:
a. Retraksi –
b. Jantung : DBN
c. Paru : DBN
Abdomen :DBN
Ekstremitas: edema (-), akral dingin
(-)
Status Neurologis
Kesadaran : GCS E4V5M6
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Nervi Cranialis
N. III : pupil isokor (3mm/3mm), Refleks Cahaya (+/+), Refleks
Cornea (+/+)
N. VII : dalam batas normal
N. XII : dalam batas normal

Status Lokalis
Look : deformitas (-), tendo radang (-)
Feel : Nyeri tekan (+) pada daerah maleolus medialis (tarsal
tunnel)
Kompresi test pada Tarsal Tunnel (+)
Tinel Test pada Tarsal Tunnel (+)
Sensoris : hipoestesi ranjakan n.tibialis setingkat ankle
Move: Range of Motion (ROM) ankle : dalam batas normal,
Status Ambulasi Mild dependent
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah  DBN

Foto Pedis PA Kesan : Calcaneus spur pedis kanan


DIAGNOSIS
Tarsal Tunnel Syndrome bilateral
penatalaksanaan

Non-
medikamentosa
medikamentosa
Ultrasound pada
- Meloxicam 15 mg 1 x 1 terowongan tarsal (daerah
- Vit B 6 (piridoksin) tab malleolus medial) kanan
50mg 3x1 - Infra Red pedis bilateral
- Injeksi metylprednisolon - Menurunkan aktivitas
20 mg intrakompartemen dengan jongkok
prognosis

 
Ad vitam : sanam
Ad sanam : sanam
Ad fungsiona : sanam
BAB III
PEMBAH
ASAN
Sindrom terowongan tarsal adalah kompresi, atau
tekanan, pada saraf tibialis posterior yang
menghasilkan gejala di mana saja jalur saraf dari
bagian dalam pergelangan kaki ke kaki
epidemiologi

Insiden sindrom terowongan tarsal tidak diketahui.


Ini relatif jarang dan penyakit yang sering tidak
terdiagnosis. Ini lebih tinggi pada wanita daripada
pria dan bisa jadi terlihat pada usia berapa pun.
etiologi

Penyebab ekstrinsik Penyebab intrinsik


Gejala Terkadang gejala
klinis sindrom muncul secara
• Kesemutan, rasa
tiba-tiba. diperburuk
terbakar oleh penggunaan yang
• Mati rasa berlebihan kaki, seperti
• Nyeri berdiri lama, berjalan,
berolahraga, atau
memulai program
latihan baru.
diagnosis
Diagnosis sindrom terowongan (MRI)
tarsal dibuat berdasarkan
identifikasi karakteristik gejala,
riwayat pasien secara rinci, evaluasi
klinis menyeluruh dan berbagai tes (EMG / NCV)
khusus. Temuan khusus yang dapat
mendeteksi saraf yang teriritasi
adalah tinnels signs
tatalaksan
perawatan konservatif, yang
a Pembedahan
dapat mencakup istirahat,
obat antiinflamasi nonsteroid
(NSAID), dan ortotik nonrigid.
Orthotics mengacu pada
perangkat seperti belat atau
kawat yang digunakan untuk
melindungi atau memperbaiki
posisi kaki. Manajemen
konservatif dan keberhasilan
bervariasi berdasarkan
etiologi tarsal sindrom
terowongan.
BAB IV
KESIMPULA
N
KESIMPULAN
Sindrom terowongan tarsal adalah kompresi, atau tekanan, pada saraf tibialis posterior
yang menghasilkan gejala di mana saja jalur saraf dari bagian dalam pergelangan kaki ke
kaki Sindrom terowongan tarsal adalah kelainan langka yang disebabkan oleh kerusakan
pada saraf tibialis atau sarafnya cabang, biasanya karena kompresi saat melewati
terowongan tarsal (entrapment neuropathy).
Pasien dengan sindrom terowongan tarsal merasa Kesemutan, terbakar, Mati rasa,
Nyeri Gejala biasanya dirasakan di bagian dalam pergelangan kaki dan / atau di bagian
bawah kaki. Diagnosis sindrom terowongan tarsal dibuat berdasarkan identifikasi
karakteristik gejala, riwayat pasien secara rinci, evaluasi klinis menyeluruh dan berbagai tes
khusus. Temuan khusus yang dapat mendeteksi saraf yang teriritasi adalah tinnels signs.3
terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
1. Hong H C et all. Tarsal tunnel syndrome caused by an uncommon ossicle of the
talus. Department of Orthopaedic Surgery, Soonchunhyang University Hospital
Cheonan. Medicine (2018).
2. Mufty M ett. Venous malformation as source of a tarsal tunnel syndrome: treat the
source or the cause of the complaints? A case report. Department of Vascular
Surgery, University Hospitals Leuven, Leuven, Belgium. ACTA CHIRURGICA
BELGICA, 2017
3. Patient Education . Tarsal Tunnel Syndrom. American collage of foot and ankle
surgeons.
4. G J et all. Tarsal Tunnel Syndrome. Attending Orthopaedic Surgeon. Hospital for
Special Surgery 535 East 72nd Street New York.National Organization For Rare
Disorder.
5. Kiel J and Kaeiser K. Tarsal Tunnel Syndrome. University of Florida College of
Medicine. Jacksonville. statPearls Publishing LCC.2021

Anda mungkin juga menyukai