Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN
• Kolangitis akut adalah sindrom klinis yang ditandai dengan demam, ikterus,
dan nyeri perut kanan atas yang berkembang sebagai akibat dari sumbatan dan
infeksi di saluran empedu. Kolangitis akut terjadi sebagai hasil dari obstruksi
saluran bilier dan pertumbuhan bakteri dalam empedu. Koledokolitiasis atau
adanya batu didalam saluran empedu/bilier merupakan penyebab utama
kolangitis akut.
• Penyakit ini perlu diwaspadai karena insiden batu empedu di Asia Tenggara
cukup tinggi, serta kecenderungan penyakit ini untuk terjadi pada pasien
berusia lanjut, yang biasanya memiliki penyakit penyerta yang lain yang dapat
memperburuk kondisi dan mempersulit terapi.
• Prevalensi batu empedu di dunia sekitar 20-35% dan resiko terjadinya kolangitis
akut simtomatik dilaporkan sekitar 0.2%. Data rekam medik di Rumah Sakit Dr.
Hasan Sadikin Bandung (RSHS) sepanjang tahun 2014 menunjukkan angka
mortalitas akibat kolangitis akut yang cukup tinggi, yaitu sebesar 27%.
• Kolangitis akut dapat pula disebabkan adanya batu primer di saluran bilier,
keganasan dan striktur. Diketahui dari data rekam medis RSHS tahun 2014,
terdapat 65% kolangitis akut disebabkan oleh batu CBD sedangkan sisanya (35%)
merupakan obstruksi bilier malignan.
• Proporsi kasus didiagnosis sebagai berat sesuai dengan kriteria penilaian keparahan
pada Tokyo Guideline 2007 adalah 12,3% atau 23 dari 187 kasus kolangitis akut
karena saluran batu empedu
• Diagnosis secara klinis dapat ditegakan dengan trias Charcot, yaitu adanya
demam, ikterus dan nyeri perut kanan atas. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan meliputi pemeriksaan darah rutin, fungsi hati (aspartate
transaminase& alinine transaminase), alkali fosfatase, dan bilirubin serum,
dan kultur bakteri dari sampel darah. Studi pencitraan juga dapat membantu
dalam menegakan diagnosis kolangitis akut.
• Terapi kolangitis akut terdiri dari pemberian antibiotik dan drainase
bilier.Derajat kolangitis akut menetukan perlu tidaknya pasien dirawat di
rumah sakit. Bila klinis penyakitnya ringan, dapat berobat jalan, terutama jika
kolangitis akut ringan yang berulang.
BAB 2
DEFINISI
• Kolangitis akut  sindrom klinis yang ditandai dengan demam,
ikterus, dan nyeri perut kanan atas yang berkembang sebagai akibat
dari sumbatan dan infeksi di saluran empedu.
• Kolangitis pertama kali dijelaskan oleh Charcot sebagai penyakit yang
serius dan mengancam jiwa, sekarang diketahui bahwa keparahan
yang muncul dapat berkisar dari ringan hingga mengancam nyawa.
• Sumbatan dapat disebabkan oleh penyebab dari dalam lumen saluran
empedu misalnya batu koledokus, askaris yang memasuki duktus
koledokus atau dari luar lumen misalnya karsinoma caput pankreas
yang menekan duktus koledokus
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi batu empedu di dunia sekitar 20-35% dan resiko terjadinya kolangitis
akut simtomatik dilaporkan sekitar 0.2%. Kolangitis akut dapat pula disebabkan
adanya batu primer di saluran bilier, keganasan dan striktur.
• angka kematian sekitar 13-88%. Kolangitis ini dapat ditemukan pada semua ras.
Berdasarkan jenis kelamin, dilaporkan perbandingan antara laki-laki dan
perempuan tidak ada yang dominan diantara keduanya. Berdasarkan usia
dilaporkan terjadi pada usia pertengahan sekitar 50-60 tahun
• kejadian kasus yang parah adalah 7-25,5% terjadi syok, 7-22,2% terjadi gangguan
kesadaran, dan 3,5-7,7% terjadi Pentad Reynold. Proporsi kasus didiagnosis
sebagai berat (grade III) sesuai dengan kriteria penilaian keparahan TG07 adalah
12,3% atau 23 dari 187 kasus kolangitis akut karena saluran empedu batu.
Tingkat keparahan kolangitis akut
berdasarkan TG13
• Grade I (ringan)
Tidak memenuhi kriteria kelas II dan kelas III pada diagnosis awal
• Grade II (sedang)
Ditemukan 2 dari 5 kriteria berikut:
1. Leukosit >12000/mm3, <4000/mm3
2. Demam (>39oC)
3. Umur > 75 tahun
4. Peningkatan bilirubin (total bilirubin >5 mg/dl)
5. Hipoalbuminemia (<STD x 0,7)
• Grade III (berat)
Disertai disfungsi salah satu organ dari kriteria tersebut :
1. Disfungsi jantung : hipotensi
2. Disfungsi syaraf : gangguan kesadaran
3. Disfungsi pernafasan : PaO2<300
4. Disfungsi ginjal : oliguria, serum kretinin >2.0 mg/dl
5. Disfungsi hepar : PT-INR>1.5
6. Disfungsi kelainan darah : trombosit < 100.000/mm3
PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
Infeksi biliar saja tidak menyebabkan kolangitis klinis kecuali jika obstruksi bilier meningkatkan tekanan intraduktal.
Peningkatan tekanan mendorong perpindahan bakteri dari sirkulasi portal ke saluran empedu dan kolonisasi selanjutnya.
Ia juga mendorong migrasi bakteri dari empedu ke dalam sirkulasi sistemik, sehingga meningkatkan insiden septikemia
KOMPLIKASI
• Sepsis
• Abses hepar
• Trombosis vena porta
• Peritonitis bilier
• Kolangiokarsinoma
• Kolangitis sclerosis
• Striktur bilier
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Darah rutin: Hb, Ht, Leukosit dan Trombosit
• CRP
• Fungsi Hepar: SGPT SGOT
• USG
• MRI/CT scan
• Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) dan
percutaneous transhepatic cholangiography (PTCA)  pemeriksaan
dengan sinar x dengan penyuntikan zat kontras ke saluran empedu.
PENATALAKSANAAN
Terapi antibiotik
• Kolangitis akut ringan sebaiknya pemberian jangka pendek 2-3 hari
golongan cephalosporin (cefazolin, cefoxitin)
• Kolangitis sedang-berat ebaiknya pemberian antibiotic minimal 5-7
hari dengan sefalosporin generasi ketiga atau keempat, nonbaktam
dengan atau tanpa metronidazol untuk kuman anaerob, atau
karbapenem.
Drainase bilier
• Drainase bilier biasanya diperlukan pada pasien kolangitis akut untuk
menghilangkan sumber infeksi dan juga karena obstruksi yang dapat
menurunkan ekskresi bilier antibiotic.
• Drainase dapat dilakukan secara elektif pada pasien kolangitis akut
ringan, dalam 24-28 jam pada apsien kolangitis sedang, dan segera
(dalam beberapa jam) pada pasien kolangitis berat karena tidak akan
respon dengan pemberian antibiotic saja.
Alur penatalaksanaan kolangitis akut menurut
TG13
• Penilaian diagnosis suspek kolangitis akut dapat menggunakan kriteria TG13
setiap 6-12 jam
• Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis kolangitis akut adalah EUS, MRCP,
ERCP dan CT-scan
• Nilai ulang tingkat keparahan dalam waktu 24 jam
• Penanganan dini segera berikan antibiotik dan lakukan pemantauan keadaan
umum
• Px grade 1 : jika tidak ada respon dengan penanganan awal, drainase sal
empedu dapat dilakukan segera
• Px grade II : drainase saluran empedu segera dan juga dilakukan pengobatan
awal, jika drainase biliary tidak dapat dilakukan karena kurang fasilitas atau
tenaga Kesehatan, pasien di rujuk
• Px grade III: keadaan yang segera drainase saluran empedu dapat dilakukan
dan disertai dengan pengobatan dini dan pemantauan keadaan umum
BAB 3
• Kolangitis akut merupakan infeksi di saluran empedu yang ditandai
dengan gejala klinis demam, icterus dan nyeri perut kanan atas yang
berkembang sebagai akibat dari adanya sumbatan saluran empedu.
• Berdasarkan kriteria TG13 kolangitis akut dibagi menjadi tiga tingkat
ringat, sedang dan berat.
• Proses terjadinya gejala klinis pada kolangitis akut terutama
disebabkan oleh sumbatan pada common bile duct (CBD) Dengan
adanya obstruksi, saluran tersebut terhambat dan aliran empedu
menjadi lambat sehingga bakteri dapat berkembang biak
• Penatalaksanaan untuk kasus kolangitis akut yaitu terapi antibiotik
dan drainase bilier dilanjutkan dengan penatalaksanaan etiologi yang
mendasari terjadinya kolangitis.
• Komplikasi kolangitis akut dapat berupa sepsis, abses hepar,
trombosis vena porta, peritonitits bilier dan dapat mengarah pada
striktur biliaris, kolangitis sklerotik dan kolangiokarsinoma.

Anda mungkin juga menyukai