Anda di halaman 1dari 24

Langkah-Langkah dalam Penafsiran

Langkah 1: Analisa Nats/Kritik Teks


a. Tujuan
untuk mengadakan rekonstruksi teks yang terjadi
pada masa teks ditulis, yang diterima sebagai
kitab sebelum pengkanonan seluruh Alkitab.
Peneliti kritik teks mempelajari dan mampu untuk:
 Mengenal kesalahan-kesalahan untuk
dibenarkan
 Melengkapi, menyisipkan, memelihara sampai
pada penulisan yang kurang atau berlebihan
Menurut Hans Walter Wolff, ada empat hal
mendasar yang perlu diperhatikan dalam
kritik teks:
1. Kesalahan penulisan
2. Dogmatis
3. Kesulitan bahasa
4. Kebutuhan gambaran alih bahasa
Menurut van der Kooijj, teks masora terdiri dari lima
bagian:
1. Penulisan Ibrani dengan teks konsonan, lalu dibagi atas
pasal-pasal atau perikop perikop.
2. Vokalisasi teks
3. Tekanan bunyi teks
4. Catatan-catatan Masora di samping, di atas, dibawah
tubuh teks setiap gulungan dan juga pada setiap akhir
suatu kitab
5. Koreksi yang cermat dari seluruh teks
Langkah 1: Analisa Nats/Kritik Teks
b. Tugas Kritik Teks
melalui usaha kritik teks , penafsir harus
menentukan naaskah asli dari tradisi nats
Ibrani atau terjemahan yang tertua dengan
penelitian yang kritis
Langkah 1: Analisa Nats/Kritik Teks
c. Langkah-langkah melaksanakan Kritik Teks
1. Mengumpulkan nats yang menyimpang dan
menelitinya. Dalam hal ini saksi yang lebih tua atau
dan yang meyakinkan kebenarannya harus
ditentukan lebih dahulu.
2. Menguji nats menurut unsur isinya (pengertian isi,
sejarah atau teologi)
3. Mengambil keputusan (kata yang dapat diterima
sesuai dengan alasan yang dapat diterima dan
meyakinkan).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
mengambil keputusan
1) Apabila biasanya naskah Masora dan saksi-saksi lain
mempunyai nats yang sama artinya dan yang dapat
dipahami, maka hal ini menyebabkan bahwa tradisi nats
yang disampaikan itu dapat diikuti dengan sepatutnya.
2) Apabila naskah Masora dan naskah lainnya
menyimpang satu sama lain, maka besar kemungkinan
bahwa naskah Masora berada dalam keadaan yang pasti
asli, dalam hal ini naskah-naskah yang menyimpang
adalah sebagai saksi sekunder. Keputusan kita harus
mengikuti naskah Masora.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
mengambil keputusan
1) Apabila biasanya naskah Masora dan saksi-saksi lain
mempunyai nats yang sama artinya dan yang dapat
dipahami, maka hal ini menyebabkan bahwa tradisi nats
yang disampaikan itu dapat diikuti dengan sepatutnya.
2) Apabila naskah Masora dan naskah lainnya
menyimpang satu sama lain, maka besar kemungkinan
bahwa naskah Masora berada dalam keadaan yang pasti
asli, dalam hal ini naskah-naskah yang menyimpang
adalah sebagai saksi sekunder. Keputusan kita harus
mengikuti naskah Masora.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
mengambil keputusan
5) Apabila sesuatu nats tidak dapat diperbaiki
dari naskah Masora, maupun dari naskah-
naskah lainnya, maka hal yang menolong
adalah pengambilan suatu dugaan, yang
telah dianjurkan oleh beberapa penerjemah/
ahli dari angkatan sebelum itu.
Contoh Kritik teks
• Kej 18:22b, nats asli tetapi yahweh masih
tetap berdiri dihadapan Abraham. LAI :” tetapi
Abraham masih tetap berdiri di hadapan
yahweh”, mengikuti Septuaginta
• Amos 3:9, nats asli siarkanlah di puri Asdod,
LAI “siarkanlah di puri Asyur”
Langkah 2:Kritik Sastra
• Kritik Sastra meneliti sejarah pendahuluan dari
suatu kesusasteraan, yaitu mulai dari
penentuan pertama nats yang tertulis sampai
pada bentuk yang terakhir terjadinya kitab itu,
artinya dari satuan-satuan nats yang lebih kecil
yang digabung kemudian, lalu disana didapati
perbedaan pandangan dan pengarahan
masing-masing nats.
Tugas Kritik Sastra
• Tugas Kritik Sastra:
Untuk menetapkan kedudukan kata asli (dari
satu kitab, dari satu sumber, atau satu tradisi
dari sumber terhadap kata-kata tambahan
yang timbul di kemudian hari, kemudian
merintis jalan untuk untuk suatu penilaian
nats dalam sejarahnya.
Langkah-langkah dalam Kritik Sastra
Langkah1:
nats harus dibatasi susunan bangunan natsnya atau
susunan rangkaian dari suatu bagian nats yang lebih
kecil. (suatu nats adalah sempurna sastranya,
apabila nats itu terjadi dari satu jenis gaya bahasa,
tidak terputus-putus susunannya, tidak melompat-
lompat jalan pikirannya dan apabila susunan tidak
sempurna, maka kita akan meneliti gabungan
susunan/komposisi nats, dimana ditemukan sumber
sastra yang lebih dari satu jenis.)
Langkah-langkah dalam Kritik Sastra

Langkah kedua:
Penafsir mendalami pandangan-pandangan
dari PL dan pandangan-pandangan khusus dari
tiap-tiap kitab PL, hubungannya yang
menyangkut unsur-unsur kesusasteraan Israel
serta kesusasteraan di sekitar PL (diluar dunia
Israel).
Langkah-langkah dalam Kritik Sastra

Dalam langkah kedua ini kita mencari di dalam


nats:
1) bentuk Ulangan/Rangkap (Duplikasi)
2) bentuk yang bertentangan
3) ketidakseragaman susunan, dari bentuk puisi
ke dalam bentuk prosa atau sebaliknya.
Jadi kritik Sastra, menganalisa sastra dari nats, jika
tidak seragam, maka berarti ada sisipan, dan
menemukan alasan penyisipan tersebut.
Contok Kritik Sastra
• Amos 3:3-8,
dari ayat 3-6 dan ayat 8 susunan nats sangat
teratur, baik dari bentuk maupun isinya,
kecuali ayat 7. ayat 3-6 dan ayat 8 diakhiri
dengan tanda tanya retorika.
Menganalisa ayat 7, bukan berasal dari zaman
Amos, dari isinya, kita akan perhatikan unsur
atau istilah “nabi”
Langkah 3: Kritik Hadis Lisan
• Suatu teks berasal dari tradisi lisan yang
dilanjutkan dengan tradisi tertulis, dalam hal
ini, analisis hadis lain mencoba meneliti
serangkaian nats atau susunan nats yang lebih
besar dalam tradidi lisan.
Tugas Analisis Hadis Lisan
• Analisis hadis lisan adalah menyangkut
penelitian sejarah nats itu sendiri secara
khusus dan sekalligus menyangkut bidang
kehidupannya (Sitz im Leben)
Langkah-langkah dalam Analisis Hadis Lisan

• Meneliti hubungan hadis lisan dengan kritik


sastra. Contoh Amsal 22:17-23:11, ada
kesamaan dengan pengajaran hikmat raja
Mesir Purbakala Amenemope, yang disusun
sejak abad ke-10 sM
• Meneliti jenis dan tujuan perubahan hadis lain
• Menurut Wilcke, hadis lisan dibagi dalam tiga
pokok utama, yaitu:
- Setelah perbandingan di dalam teks.
- Perbandingan di dalam PL
- Perbandingan di luar PL
Langkah 4: Analisis Sejarah Peredaksian
Analisis Sejarah peredaksian adalah melihat suatu proses
penulisan dari tahap awal sampai akhir.
Langkah-langkah dalan Analisis Sejarah Peredaksian:
• Menentukan batas-batas suatu nats dalam suatu
komposisi
• Fungsi sisipan dalam rangkaian satuan-satuan nats.
• Pengenalan akan rumpun kata-kata atau bahan-bahan
nats
• Serangkaian nats dapat diliput oleh cerita/bentuk
bingkai dari redaksi atau penulisnya
Tugas Analisis Sejarah Peredaksian
• Dalam tugas ini penafsir menganalisa tentang:
 Penulis
 Waktu Penulisan
 Tempat Penulisan
 Maksud dan Tujuan Penulis
 Ciri khusus
Langkah 5: Analisis Bentuk
• Tugas penafsir dalam langkah ini adalah mengnalisa suatu nats melalui
bentuk bahasa, susunan dari nats, tipe sastra dan bidang kehidupannya
(Sitz im Leben)
• Langkah-langkah Analisis Bentuk:
- Penentuan Jenis Nats: bentuk ornamental dan bentuk struktural
- Perubahan serta campuran jenis
- Bidang kehidupan: nats dapat didengar atau dipergunakan pada
tempat/situasi yang sama fungsinya, walaupun nats tersebut berulang-
ulang dipakai.
Bidang agama, sosial, politik dan budaya
- Genre PL (Narasi PL, Amsal Populer, Teka-teki, Fabel, Perumpamaan,
Nyanyian-nyanyian, daftar-daftar, hukum, puisi, nubuatan dan hikmat.
lih hlm 136-165)
Langkah 6: Firman
• TEOLOGI KITAB
• TAFSIRAN AYAT PER AYAT
• TAFSIRAN KESELURUHAN
• SKOPUS
• APLIKASI

Anda mungkin juga menyukai