Kelompok 12
- Ade Firmansyah Firmansyah 201851006
- Cindi Melsandi 201851330
- Intan Ambar Kusumowati 201851128
- Nilam Trigustami Sintia 201851198
- Siswanti Utami Rohmah 201851271
Alkali : Basa
Alkaloid
Oid : Mirip
Alkaloid ialah senyawa yg mengandung atom nitrogen
yang biasanya terdapat pada tanaman dan kebanyakan
bersifat basa atau basa lemah.
Dulu istilah alkaloid digunakan karena kelompok
senyawa yang dikenal terlebih dahulu adalah kelompok
organik bersifat basa lemah. Tapi dewasa ini diketahui
banyak senyawa alakaloid tidak bersifat basa lemah tapi
netral atau bahkan asam. Semua alkaloid mengandung
satu atau lebih atom nitrogen.
Atom N sebagai amina primer RNH2, amina sekunder
R2NH atau siklis atau kuarterner ammonium hidroksida
R4NOH.
Selain bersifat basa, ikatan nitrogen
dalam alkaloid dapat bersifat :
• Netral, contohnya (Asam anida)
C N
C N C
H
Sejarah alkaloid
Pada tahun 1803, Derosne mengisolasi alkaloid semi murni dari opium
dan diberi nama narkotin. Opium telah digunakan dalam obat-obatan selama
berabad-abad dan sifat-sifatnya sebagai analgesik maupun narkotik telah
diketahui. Seturner pada tahun 1805 mengadakan penelitian lebih lanjut
terhadap opium dapat berhasil mengisolasi morfin. tahun 1817-1820 di
Laboratorium Pelletier dan Caventon di Fakultas Farmasi di Paris, melanjutkan
penelitian di bidang kimia alkaloid yang menakjubkan. Diantara alkaloid yang
diperoleh dalam waktu singkat tersebut adalah Stikhnin, Emetin, Brusin,
Piperin, kaffein, Quinin, Sinkhonin, dan Kolkhisin.
Tahun 1939 hampir 300 alkaloida telah diisolasi dan ± 200 telah
ditentukan struktur. Dalam seri Alkaloida yang diterbitkan pertama oleh
Manske pada 1950 memuat lebih 1000 alkaloida. Dikenalnya teknik sistem
analisis kromatografi preparatif dan instrumen canggih maka penemuan
alkaloida meningkat cepat-nya. Buku terbitan 1973 mencatat 4959 alkaloida
dapat diisolasi dan 3293 ditentukan strukturnya. Perkembang Ilmu
Pengetahuan dengan penemuan berbagai macam kromatografi dan instrumen
spektroskopii dengan sistem komputerisasi maka isolasi dan penentuan
struktur alkaloida sudah tidak terbilang lagi.
Sifat umum alkaloid :
• Alkaloid tidak larut atau sukar larut di dalam air, tetapi alkaloid yang
berada dalam bentuk garam biasanya mudah larut dalam air.
• Alkaloid bebas (yang bersifat basa) biasanya larut dalam eter, CHCL3
atau pelarut organik lainnya, tapi garamnya tidak larut. Sifat ini
(kelarutan ini) digunakan sebagai dasar untuk isolasi dan pemurnian
alkaloid. Contoh : isolasi/ekstraksi alkaloid metode Culvenor-
Fitzgerald.
Protoalkaloid
Pseudo alkaloid
Berdasarkan asal-usul biogenetik:
OH
CO2H NH O
NH2 NH N N
2 H
lisina isopeletierina pseudopeletierina lupinin
Contoh alkaloid fenilalanina
R CO2H MeO
MeO
O -
NMe + OH
MeO O N
OMe OMe
OMe OMe
laudanosina berberina
MeO HO
NMe
MeO O
MeO NMe
MeO HO
koridina morfina
Fungsi alkaloid bagi tumbuhan :
Beberapa kemungkinan :
• Senyawa racun yg melindungi tumbuhan dari
serangga & herbivora
• Produk akhir rex detoksifikasi (metabolic lock
up) senyawa2 yg berbahaya bagi tumbuhan
• Regulator faktor pertumbuhan
• Senyawa cadangan u/ sumber N / elemen lain
yg berguna bagi tumbuhan
Efek Alkaloid pada Manusia
• Aktivitas biologi tinggi menghasilkan berbagai
tingkat respons fisiologis dan psikologis -
sebagian besar menggangu neurotransmitters,
transportasi membran, sintesis protein.
• Dalam dosis besar - sangat beracun - fatal
• Dalam dosis kecil, banyak memiliki efek
terapetik
– relaksan otot, obat penenang, penghilang rasa sakit,
obat pengubah pikiran dan kemoterapi.
Psychoactive alkaloids
Ekstraksi Alkaloid :
• Cara Dragendorf : berdasarkan pembentukan
garam sulfat dari alkaloid yang umumnya larut
dalam alkohol.
• Cara Stass Otto : berdasarkan pembentukan
garam tartrat yang dapat larut dalam air dan
alkohol.
• Cara Schoorl : berdasarkan kekuatan basa dari
alkaloid. Alkaloida-alkaloida ditarik pada pH
yang berlainan dengan eter, ada yang mudah
larut, ada yang sukar larut dalam eter. Alkaloid
dapat juga ditarik dengan kloroform.
Umumnya isolasi bahan bakal sediaan galenik yang mengandung
alkaloid dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
1. Dengan menarik menggunakan pelarut-pelarut organik berdasarkan azas
Keller. Yaitu alkaloida disekat pada pH tertentu dengan pelarut organik. Prinsip
pengerjaan dengan azas Keller yaitu alkaloida yang terdapat dalam suatu bakal
sebagai bentuk garam, dibebaskan dari ikatan garam tersebut menjadi
alkaloida yang bebas. Untuk itu ditambahkan basa lain yang lebih kuat dari
pada basa alkaloida tadi. Alkaloida yang bebas tadi diekstraksi dengan
menggunakan pelarut-pelarut organic misalnya Kloroform. Tidak dilakukan
ekstraksi dengan air karena dengan air maka yang masuk kedalam air yakni
garam-garam alkaoida dan zat-zat pengotor yang larut dalam air, misalnya
glikosida-glikosida, zat warna, zat penyamak dan sebagainya. Tapi yang masuk
kedalam kloroform disamping alkaloida juga lemak-lemak, harsa dan minyak
atsiri. Maka setelah alkaloida diekstraksi dengan kloroform maka harus
dimurnikan lagi dengan pereaksi tertentu. Diekstraksi lagi dengan kloroform.
Diuapkan, lalu didapatkan sisa alkaloid baik dalam bentuk hablur maupun
amorf. Ini tidak berarti bahwa alkaloida yang diperoleh dalam bentuk murni,
alkaloida yang telah diekstraksi ditentukan lagi lebih lanjut. Penentuan untuk
tiap alkaloida berbeda untuk tiap jenisnya.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada ekstraksi
dengan azas Keller, adalah :
a. Basa yang ditambahkan harus lebih kuat daripada alkaloida yang akan
dibebaskan dari ikatan garamnya, berdasarkan reaksi pendesakan.
b. Basa yang dipakai tidak boleh terlalu kuat karena alkaloida pada umumnya
kurang stabil. Pada pH tinggi ada kemungkinan akan terurai, terutama dalam
keadaan bebas, terlebih bila alkaloida tersebut dalam bentuk ester, misalnya :
Alkaloid Secale, Hyoscyamin dan Atropin.
c. Setelah bebas, alkaloida ditarik dengan pelarut organik tertentu, tergantung
kelarutannya dalam pelarut organik tersebut. Alkaloid biasanya diperoleh
dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan memakai air yang diasamkan
yang melarutkan alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat
dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya dan basa bebas
diekstraksi dengan pelarut organik seperti kloroform, eter dan sebagainya.
Radas untuk ekstraksi sinabung dan pemekatan khusunya digunakan untuk
alkaloid yang tidak tahan panas. Beberapa alkaloid menguap seperti,nikotina
dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutan yang dibasakan.
lanjutan.....
Larutan dalam air yang bersifat asam dan mengandung alkaloid dapat
dibasakan dan alkaloid diekstaksi dengan pelarut organik , sehingga
senyawa netral dan asam yang mudah larut dalam air tertinggal dalam
air. Cara lain yang berguna untuk memperoleh alkaloid dari larutan
asam adalah dengan penjerapan menggunakan pereaksi Lloyd.
Kemudian alkaloid dielusi dengan dammar XAD-2 lalu diendapkan
dengan pereaksi Mayer atau Garam Reinecke dan kemudian endapan
dapat dipisahkan dengan cara kromatografi pertukaran ion. Masalah
yang timbul pada beberapa kasus adalah bahwa alkaloid berada dalam
bentuk terikat yang tidak dapat dibebaskan pada kondisi ekstraksi
biasa. Senyawa pengkompleksnya barangkali polisakarida atau
glikoprotein yang dapat melepaskan alkaloid jika diperlakukan dengan
asam.
Cara isolasi selanjutanya selain azas keler
Cara kedua dan ketiga merupakan cara yang paling umum dan cocok
untuk memisahkan campuran alkaloid. Tata kerja untuk mengisolasi
dan mengidentifikasi alkaloid yang terdapat dalam bahan tumbuhan
yang jumlahnya dalam skala milligram menggunakan gabungan
kromatografi kolom memakai alumina dan kromatografi kertas.
Identifikasi Senyawa Alkaloid
1. Berdasarkan sifat spesifik.
Alkaloid dalam larutan HCl dengan pereaksi Mayer dan Bouchardhat
membentuk endapan yang larut dalam alkohol berlebih. Protein juga
memberikan endapan, tetapi tidak larut dalam dalam alcohol berlebih.
2. Berdasarkan bentuk basa dan garam-nya / Pengocokan
Alkaloid sebagai basanya tidak larut dalam air, sebagai garamnya larut
baik dalam air. Sebaiknya pelarut yang digunakan adalah pelarut
organik : eter dan kloroform.
Pengocokan dilakukan pada pH : 2, 7, 10 dan 14.Sebelum
pengocokan, larutan harus dibasakan dulu, biasanya menggunakan
natrium hidroksida, amonia pekat, kadang-kadang digunakan natrium
karbonat dan kalsium hidroksida.
Identifikasi Senyawa Alkaloid lanjutan
3. Reaksi Gugus Fungsionil
a. Gugus Amin Sekunder
Reaksi SIMON : larutan alkaloida + 1% asetaldehid + larutan na.
nitroprussida = biru-ungu.
Hasil cepat ditunjukkan oleh Conilin, Pelletierin dan Cystisin.
Hasil lambat ditunjukkan oleh Efedrin, Beta eucain, Emetin,
Colchisin dan Physostigmin.
b. Gugus Metoksi
Larutan dalam Asam Sulfat + Kalium Permanganat = terjadi
formaldehid, dinyatakan dengan reaksi SCHIFF. Kelebihan Kalium
Permanganat dihilangkan dengan Asam Oksalat.
Hasil positif untuk Brucin, Narkotin, koden, Chiksin, Kotarnin,
Papaverin, Kinidin, Emetin,Tebain, dan lain-lain.
c. Gugus Alkohol Sekunder
Reaksi SANCHES : Alkaloida + Larutan 0,3% Vanilin dalam HCl pekat,
dipanaskan diatas tangas air = merah-ungu.
Hasil positif untuk Morfin, Heroin, Veratrin, Kodein, Pronin, Dionin,
dan Parakonidin.
d. Gugus Formilen
- Reaksi WEBER & TOLLENS :
Alkaloida + larutan Floroglusin 1% dalam Asam Sulfat (1:1), panaskan
= merah.
- Reaksi LABAT :
Alkaloida + Asam Gallat + asam Sulfat pekat, dipanaskan diatas
tangas air = hijau-biru.
Hasil positif untuk Berberin, Hidrastin, Kotarnin, Narsein,
Hidrastinin, narkotin, dan Piperin.
e. Gugus Benzoil
Reaksi bau : Esterifikasi dengan alcohol + Asam Sulfat pekat = bau ester.
Hasil positif untuk Kokain, Tropakain, Alipin, Stivakain, Beta eukain,
dan lain-lain.
f. Reaksi GUERRT
Alkaloida didiazotasikan lalu + Beta Naftol = merah-ungu.
Hasil positif untuk kokain, Atropin, Alipin, Efedrin, tropakain,
Stovakain, Beta eukain, dan lain- lain.
g. Reduksi Semu
Alkaloida klorida + kalomel + sedikit air = hitam Tereduksi menjadi logam
raksa. Raksa (II) klorida yang terbentuk terikat dengan alkaloid sebagai
kompleks.
Hasil positif untuk kokain, Tropakain, Pilokarpin, Novokain,
Pantokain, alipin, dan lain-lain.
h. Gugus Kromofor
- Reaksi KING :
Alkaloida + 4 volume Diazo A + 1 volume Diazo B + natrium Hidroksida
= merah intensif. Hasil
positif untuk Morfin, Kodein, Tebain dan lain-lain.
- Reaksi SANCHEZ :
Alkaloida + p-nitrodiazobenzol (p-nitroanilin + Natrium Nitrit + Natrium
Hidrolsida) = ungu kemudian jingga.
Hasil positif untuk alkaloida opium kecuali Tebain, Emetin, Kinin,
kinidin setelah dimasak dengan Asam Sulfat 75%.
4. Pereaksi untuk analisa lainnya
a. Iodium-asam hidroklorida
Merupakan pereaksi untuk golongan Xanthin. Digunakan untuk
pereaksi penyemprot pada lempeng KLT (Kromatografi Lapis Tipis)
dimana akan memberikan hasil dengan noda ungu-biru sampai
coklat merah.
b. Iodoplatinat
Pereaksi untuk alkaloid, juga sebagai pereaksi penyemprot pada
lempeng KLT dimana hasilnya alkaloid akan tampak sebagai noda
ungu sampai biru-kelabu.
Alat: Bahan :
• Pipet tetes •Metanol
•Tabung Reaksi • n-Heksana
• Gelas piala • Asam asetat
• spektrofotometer • Kloroform
UV-Vis • Aquadest
• Daun alpukat
Cara Kerja
Uji Fitokimia
>>Ekstrak etil asetat hasil dari fraksinasi, positif mengandung flavonoid dan alkaloid.
Hasil negatif ditunjukkan pada uji steroid, saponin dan terpenoid
>>Ekstrak n-heksan positif pada uji flavonoid dan uji alkaloid. Ekstrak n-heksan
menunjuk-kan hasil negative pada uji steroid, terpenoid, dan saponin
>> Ekstrak air hasil dari tahap fraksinasi menunjukkan hasil negative pada uji alkaloid,
steroid, saponin dan terpenoid. Hasil positif diperoleh pada uji flavonoid yang ditandai
dengan adanya perubahan warna.
>>Berdasarkan hasil uji fitokimia fraksi 7 positif pada uji flavonoid dan alkaloid
>> Karakterisasi dari senyawa hasil isolasi dapat dilakukan dengan menggunakan
analisis spektrofotometer Infra Red (IR) dan spektrofotometer UV-Vis.
Kesimpulan
pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa isolat fraksi 7 dari
daun alpukat (Persea Americana Mill) yang ada dalam ekstrak
kental metanol diduga merupakan senyawa alkaloid aromatik.
Senyawa alkaloid aromatik memiliki karakteristik :
N-H (3311,55 cm-1), C-H alifatik (2921,96 cm-1), C-N
(1130,21 cm-1), C=O (1735,81 cm-1), C-H aromatik, gugus
NC=O (580,53 cm-1)
dan didukung oleh data spektrofotometer UV-Vis dengan
serapan panjang gelombang 238,5 nm serta hasil dari transisi
elektron n π* dan n σ* yang mengindikasikan adanya gugus
C=O dan gugus N-H.