Dermatitis Kontak Alergi 2
Dermatitis Kontak Alergi 2
DERMATITIS KONTAK
ALERGI
Yesti
Pembimbing: dr. Sp.KK
kulit adalah organ kompleks yang melindungi host dari lingkungannya dan pada
waktu yang bersamaan memungkinkan interaksi dengan lingkungan.
Pendahuluan Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi
yang menempel pada kulit dan merupakan salah satu kelainan kulit paling umum
yang berkaitan dengan pekerjaan
Dikenal dua macam dermatitis kontak yaitu Dermatitis Kontak Iritan (DKI)
dan Dermatitis Kontak Alergi (DKA) dan keduanya dapat bersifat akut
maupun kronis.
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. Nita
Umur : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :RT 09 Mayang
Pekerjaan : IRT
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Melayu
Anamnesis
Keluhan Utama :
Gatal pada kulit lengan atas dan tungkai bawah kanan dan kiri sejak ± 2
minggu yang lalu
Keluhan Tambahan :
Bintil-bintil dan kulit kering pada kulit lengan atas, tungkai bawah kanan
dan kiri
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Abdul Manap dengan keluan gatal
pada kulit lengan atas kiri dan tungkai bawah kanan dan kiri sejak ± 2 minggu yang
lalu. Keluhan dirasakan pertama sekali setelah pasien pindah kerumah barunya di
Kota Jambi yang sebelumnya berada di Kalimantan sekitar lebih kurang 7 bulan
yang lalu. Pada bulan awal tinggal dirumah baru, pasien mengaku tidak memiliki
keluhan apa-apa .
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Namun, seiring berjalannya waktu, pasien merasa gatal pada tubuh pasien yang
didahului oleh bintil-bintil kecil kemerahan di kulit terutama di daerah lengan atas
dan tungkai bawah. Pasien sering menggaruk karena merasa sangat gatal.
Pasien awalnya tidak mengetahui apa penyebab pastinya, namun pasien curiga
karena air dirumahnya tidak cocok dengan kulit pasien. Hal ini disadari ketika
pasien pergi berkunjung dan tinggal dirumah saudaranya selama lebih kurang 1
minggu. Selama disana, pasien mengaku keluhannya berkurang dan tidak pernah
kambuh.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Kemudian pasien kembali kerumahnya, keluhan dirasakan muncul kembali dan
terasa gatal. Kemudian lebih kurang 3 bulan yang lalu, pasien berobat ke
puskesmas dan diberi obat salep kulit kloderma, pasien mengaku keluhan
berkurang namun tidak hilang sempurna. Pasien mengaku masih menggunakan air
yang sama untuk keperluan mandi dan sehari-harinya. Mengganti sabun disangkal,
menggunakan deterjen yang berbeda saat menyuci disangkal, menggunakan
perlengkapan mandi yang berbeda dari sebelumnya disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluhan serupa : (+) berulang
sejak ± 7 bulan yll
Riwayat sakit kulit lain : (-)
Riwayat asma : (-)
Riwayat rhinitis : (-)
Riwayat penyakit infeksi : (-)
Riwayat Alergi : (-)
PEMERIKSAAN ANJURAN
Uji Tempel (Patch Test)
DIAGNOSA BANDING
DERMATITIS
DERMATITIS KONTAK IRITAN
KONTAK ALERGI
DERMATITIS
KONTAK ATOPI
Diagnosa Kerja
●
Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang
DEFINISI
timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi
●
Reaksi alergik yang terjadi adalah reaksi hipersensitivitas tipe lambat atau
tipe IV menurut klasifikasi Coombs dan Gell dengan perantaraan sel limfosit
T
EPIDEMIOL ●
Prevalensi dermatitis kontak pada populasi umum diperkirakan
sekitar 26-40% pada orang dewasa dan 21-36% pada anak-anak
Kejadian DKA meningkat seiring pertambahan umur
OGI
●
●
DKA lebih banyak ditemukan pada kelompok pekerja
ETIOLOGI
Anamnesis
●
riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, daerah predileksi, durasi, gaya hidup,
sumber alergi, alergi terhadap bahan-bahan tertentu, penyakit kulit yang pernah dialami, serta penyakit kulit pada keluarganya
(misalnya dermatitis atopik, psoriasis)
Gambaran klinis
●
Keluhan biasanya dominan rasa gatal .
●
DKA tergantung pada jenis alergen yang menyebabkan.
●
Biasanya, dermatitis terjadi pada lokasi aplikasi alergen tetapi penyebaran dermatitis juga mungkin terjadi tanya lokasi awal
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik
i nt
o
erP
• Hitung eosinofil total19
ow
fP
• Pemeriksaan hitung eosinofil total perlu dilakukan untuk menunjang diagnosis dan
o
mengevaluasi pengobatan penyakit alergi. Eosinofilia apabila dijumpai jumlah eosinofil
er
darah lebih dari 450 eosinofil/µL
w
Po
e
Th
26
Diagnosa Banding
IDE
SL
• Dermatitis Kontak Iritan
• Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi peradangan kulit non imunologik, jadi kerusakan
kulit dapat secara langsung tanpa didahului proses sensitisasi sebaliknya dermatitis kontak
alergi terjadi pada seseorang yang mengalami sensitisasi pada suatu alergen
• DKI akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat sehingga penderita pada
umumnya masih ingat apa yang menjadi penyebabnya
• Pada DKI, onsetnya berlangsung cepat sedangkan pada DKA berlangsung sekitar 12-48 jam
i nt
setelah tersensitisasi
o
erP
• Selain itu pada DKI pasien mengeluh nyeri serta rasa terbakar sedangkan pada DKA pasien
ow
fP
mengeluhkan rasa gatal
o
w er
Po
e
Th
27
Diagnosa Banding
IDE
SL
• Dermatitis Kontak Atopi
• Pada pasien dengan lesi terlokalisir, dermatitis atopik mungkin dicurigai karena
riwayat pribadi yang khas, sejarah keluarga, atau karena adanya stigmata
dermatitis dan kejadian peningkatan infeksi kulit, terutama dengan Staphylococcus
aureus.
• Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan
likenifikasi, distribusinya di lipatan (fleksural).
i nt
• Pedoman diagnosis Dermatitis Atopik yaitu harus ada kondisi gatal ditambah
o
erP
dengan 3 atau lebih kriteria berikut : riwayat terkena pada lipatan kulit, riwayat
ow
Tampak papul eritem
fP
asma bronchial atau hay fever, riwayat kulit kering secara umum pada tahun pada wajah
o
er
terakhir, adanya dermatitis yang tampak pada lipatan serta awitan di bawah usia 2
w
Po
tahun.
e
Th
PENATALAKSANAAN
FARMAKOLOGI
Jika DKA melibatkan daerah kulit yang luas (> 20%), terapi
SISTEMIK
●
TOPIKAL
●
●
untuk mengurangi pembentukan vesikel,
Prinsip pengobatan membersihkan kulit yang sakit dari debris dan sisa-sisa
Burrow’s solution obat topikal yang pernah dipakai
Fototerapi
dilakukan pada pasien dengan DKA yang sulit sembuh dan tidak responsif
●
terhadap kortikosteroid dan ditujukan untuk pasien yang tidak bisa menghindari
faktor pencetus dari lingkungan
KOMPLIKASI PROGNOSIS
Bila tidak diobati, dermatitis kontak • Prognosis dermatitis kontak alergi
dapat berkembang menjadi satu tergantung pada penyebab dan bagaimana
siklus diman rasa pruritus yang caranya menghindari pajanan alergen yang
kronis menyebabkan penderita berulang-ulang.
menggaruk dan akhirnya dapat terjadi • Prognosis dermatitis kontak alergi
:
umumnya baik, sejauh bahan kontaktannya
• Infeksi bakteri atau jamur pada luka
terbuka
dapat disingkirkan.
• Selulitis (infeksi kulit dan jaringan • Prognosis kurang baik dan menjadi kronis,
sekitarnya yang disebabkan oleh infeksi bila bersamaan dengan dermatitis oleh
bakteri atau jamur yang tumbuh)
faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis
• Perubahan permanen pada tekstur kulit
dan terjadinya jaringan parut
numularis atau psoriasis) atau pajanan
• Perubahan warna kulit yang permanen
dengan bahan iritan yang tidak mungkin
•
dihindari
Luka terbuka
31
ANALISA KASUS
IDE
SL is ik
• ANAMNESA Pemeriksaan F
• Pasien mengeluh gatal gatal pada kulit lengan • Pada regio brachialis sinistra , antebrachial sinistra
atas kiri dan tungkai bawah kanan dan kiri sejak
± 2 minggu yang lalu dan regio cruris medial dextra et sinistra terdapat
• Keluhan diawali munculnya bintik-bintik papul multiple ukuran miliar dengan batas tegas
kemerahan yang lama kelamaan akan hilang warna eritem denga tepi tidak aktif dan terdistribusi
namun kulit berubah menjadi lebih merah dan
terasa gatal regional. Lesi akut
• Pertama sekali ± sejak 7 bulan yang lalu, • Pada regio brachialis dextra, terdapat plak eritem
pasien mengeluh rasa gatal sejak pindah
rumah ( Perubahan tempat/lingkungan) soliter ukuran 3-4 cm x 2-3 cm x 0,1 cm dengan
dibulan awal pindah keluhan tidak ada
batas tegas dan tepi tidak aktif yang terdistribusi
i nt
• Keluhan sudah sering berulang diskret dengan efloresensi kulit sekunder berupa
o
erP
• ± berobat diberi obat sembuh obat papul ukuran miliar multiple batas tegas, warna
ow
habis kambuh ( Alergen belum dihindari
eritem, tepi tidak aktif dan tersebar diskret Sudah
fP
karena belum tau penyebabnya)
o
• Tinggal di rumah saudara keluhan tidak menunjukkan gambaran lesi subakut ( plak)
er
pernah muncul, pulang, lalu mandi keluhan
w
Po
muncul kembali ( curiga air yang tidak cocok)
e
Th
Analisa Kasus
• Tidak adanya riwayat atopi pada pasien maupun keluarga dapat • Jika dermatitis kontak iritan kronik, bisa juga berlangsung
menyingkirkan diagnosis dermatitis atopi. setelah beberapa hari, namun lesi biasanya kering dan
• Hasil pemeriksaan fisik, lesi yang tampak pada pasien sesuai akan tampak fisura. Selain itu kelainan kulit pada
dengan teori lesi pada dermatitis kontak alergi. dermatitis kontak iritan lebih hebat dibandingkan dermatitis
• Dimana awal lesi yang timbul adalah papul, sedangkan pada kontak alergi karena disebabkan oleh bahan iritan dan
dermatitis kontak iritan lesi awal yang sering timbul adalah DKA oleh bahan alergen.
vesikel.
DIAGNOSA
BANDING
Analisa Kasus
• Namun untuk lebih memperjelas dan membantu diagnosis, dapat kita lakukan uji tempel (Patch Test)
yang merupakan gold standar pada dermatitis kontak.
• Uji tempel bisa kita lakukan pada pasien yang sudah stabil, karena jika dilakukan uji ketika lesi masih
aktif, akan memperparah penyakitnya.
• Patch test digunakan untuk menentukan substansi yang menyebabkan kontak dermatitis dan
digunakan untuk mendiagnosis DKA.
• Patch test dilepas setelah 48 jam, hasilnya dilihat dan reaksi positif dicatat bila reaksi menetap atau
bertambah.
• Untuk pemeriksaan lebih lanjut, dan kembali dilakukan pemeriksaan pada 48 jam berikutnya. Jika
hasilnya didapatkan ruam kulit yang membaik (negatif), maka dapat didiagnosis sebagai DKI.
• Pada kasus ini uji tempel (Patch Test) tidak dilakukan.
Analisa Kasus
• Penatalaksanaan pada kasus ini terbagi menjadi penatalaksanaan umum dan khusus.
• Penatalaksanaan umum bertujuan untuk menghindari eksaserbasi, dengan cara menghindari agen penyebab alergi
MENGGANTI SUMBER AIR
• Pada kasus ini yang dicurigai adalah air yang digunakan sehari-hari oleh pasien.
• Mengurangi menggaruk daerah gatal tersebut karena akan menimbulkan perlukaan DAPAT MEMICU
KOMPLIKASI
• mengurangi proses inflamasi, rasa gatal dan mengeringkan lesi dengan cara kompres terbuka, pemberian
kortikosteroid sistemik dan topikal, serta pemberian antihistamin.
• a
Analisa Kasus
Prednisone 30 ●
Diminum 3 x 10 mg. Selama 1-2 minggu
Kortikosteroid sistemik bermanfaat untuk mengatasi peradangan
mg/hari
●
Kompres terbuka ●
●
bertujuan agar lesi yang basah cepat kering
Basahi kassa sebanyak 3 lembar, peras, kemudian letakkan kassa tersebut ke lesi yang basah sebanyak 3
kali setiap 5-10 menit selama 3 jam.
betamethasone ●
Dioles tipis 3 kali sehari tidak boleh lebih dari 4-6 minggu untuk menghindari gejala
takifilaksis
valerate 0,1%. Kortikosteroid topikal digunakan ketika lesi sudah tampak mengering
●
Analisa Kasus
Dermatitis kontak alergi ( DKA) merupakan reaksi hipersensitivitas tipe tipe IV, yang menyebabkan peradangan dan
edema pada kulit. Perubahan kulit akibat reaksi imunologi berupa gatal, eritem, kemudian timbul papul, vesikel,
erosi, dan krustosa. Letak lesi biasanya di tangan, lengan, wajah, telinga, badan, paha dan tugkai bawah. Letak lesi
bergantung pada pajanan alergen, tapi terkadang lesi dapat timbul pada tempat yang tidak terpajan alergen
Pada tulisan ini telah dibahas kasus Ny. N umur 38 tahun dan bekerja sebagai Ibu rumah tangga. Dari hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik pasien didiagnosa dermatitis kontak alergi. Pasien telah diberi edukasi untuk
menghindari alergen , dalam hal ini adalah air yang mengandung zt tambahan yang tidak cocok dengan kulit pasien
dan telah diberi terapi medikamentosa untuk menekan proses inflamasi serta untuk menyembuhkan lesi. Prognosa
pada pasien ini baik, karena tidak ada riwayat atopi baik pada pasien maupun keluarga, serta alergen dapat
dihindari.
Daftar Pustaka
1. Cohen DE, Jacob SE. Allergic Contact Dermatitis. In: Wolf K., Goldsmith L.A., Katz S.I., editors. Fizpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8thEd. New York: McGrawHill; 2018. P.
135-46
2. Sulastri SA, Djuanda S. Dermatitis. Dalam: Djuanda A., editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed-7. Jakarta: Fk-UI; 2015
3. Sasseville D. Occupational Contact Dermatitis. Allergy, Asthma, and Clinical Immunology. 2014;4(2):59-65
4. Beck M.H, Wilkinson S.M. Contact Dermatitis: Allergic. In: Rook’s, Textbook of Dermatology. 9thEd. Oxford: Blackwell; 2016. P. 20.1-2
5. Bourke J, Coulson I, English J. Guidelines for management of contact dermatitis : an update. British Journal of Dermatology.2011;160:946-54
6. Imbesi S, Minciullo P.L, Isola S, Gangemi S. Allergic contact dermatitis: Immune system involvement and distinctive clinical cases. AllergolImmunopathol. 2011;39(6):374-7
7. Sterry W, Paus R, Burgdorf W. Contact Dermatitis. In Thieme Clinical Companions Dermatology. New York: Thieme New York Publication; 2006. P. 195-203
8. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew’s Diseases of The Skin Clinical Dermatology. 13th Ed. Philadelphia: Elsevier Inc 2015. Chapter 6, Contact Dermatitis and Drug Eruption
9. Nosbaum A, Vocanson M, Rozieres M, Hennino A, Nicolas JF. Allergic And Irritant Contact Dermatitis. EJD.2012;19(4):325-32
10. Spiewak R. Patch Testing For Contact Allergy And Allergic Contact Dermatitis. Jagieollonian University Medical College, Krakow Poland. The Open Allergy Journal. 2014;1:42-51
11. Duarte I, Malvestiti A, Lazzarini R. Evaluation of the permanence of skin sensitization to allergens in patients with allergic contact dermatitis. An Bras Dermatol. 2012;87(6):8337
12. Akan A, Toyran M, Erkocoglu M, Kaya A, Kocabas CN. The prevalence of Allergic Contact Sensitization of Practicing and Student Nurses. International Journal of Occupational and
Environmental medicine. 2014;3(1):10-8
13. Lazzarini R, Sumita J.M. Allergic contact dermatitis among construction workers detected in aclinic that did not specialize in occupational dermatitis. An Bras Dermatol. 2015;87(4):567-71
14. Beltrani VS, Bernstein IL, Cohen DE, Fonacier L. Contact Dermatitis: A Practice Parameter. Annals of Allergy, Asthma & Immunology. 2011;97:1-36
15. Frosch PJ, Menne T, Lepoittevin JP. Histopathological & Immunohistopathological Features Of Irritant And Allergic Contact Dermatitis. In: Contact dermatitis. 6th ed. Berlin. Springer-
Verlag Berlin Heidelberg; 2013. P.107-15
16. Shimizu H. Shimizu’s Textbook of Dermatology. Hokkaido: Hokkaido University Press; 2007. Chapter 3, Immunology of the skin; P.39-47
17. Rustemeyer T, Hoogstraten IM, Blomberg BM, Scheper RJ. Mechanisms in Allergic Contact Dermatitis. In: Contact dermatitis. 5th ed. Berlin. Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2011. P.11-
33
18. Wahleberg JE, Lindberg M. Patch Testing. In: Contact dermatitis. 5th ed. Berlin. Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2011. P.11-33
19. Sudewi NP, Kurniati N, Suyoko EMD, Munasir Z, Akib AAP, et al. Berbagai Teknik Pemeriksaan Untuk Menegakkan Diagnosis Penyakit Alergi. Sari Pediatri. 2009;11(3):174-8
20. Craig K, Susan E. What Is The Best Duration Of Steroid Theraphy For Contact Dermatitis. The Journal of Family Practice. 2010; 55(2): 166-7
21. Brian M. Contact Dermatitis. British Association of Dermatologists.2017;176:317-329
Thank You