Anda di halaman 1dari 40

CASE REPORT SESSION

DERMATITIS KONTAK
ALERGI
Yesti
Pembimbing: dr. Sp.KK
kulit adalah organ kompleks yang melindungi host dari lingkungannya dan pada
waktu yang bersamaan memungkinkan interaksi dengan lingkungan.

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon


terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen yang kemudian akan
menimbulkan kelainan klinis pada kulit

Pendahuluan Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi
yang menempel pada kulit dan merupakan salah satu kelainan kulit paling umum
yang berkaitan dengan pekerjaan

Dikenal dua macam dermatitis kontak yaitu Dermatitis Kontak Iritan (DKI)
dan Dermatitis Kontak Alergi (DKA) dan keduanya dapat bersifat akut
maupun kronis.
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. Nita
Umur : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :RT 09 Mayang
Pekerjaan : IRT
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Melayu
Anamnesis
Keluhan Utama :
Gatal pada kulit lengan atas dan tungkai bawah kanan dan kiri sejak ± 2
minggu yang lalu

Keluhan Tambahan :
Bintil-bintil dan kulit kering pada kulit lengan atas, tungkai bawah kanan
dan kiri
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Abdul Manap dengan keluan gatal
pada kulit lengan atas kiri dan tungkai bawah kanan dan kiri sejak ± 2 minggu yang
lalu. Keluhan dirasakan pertama sekali setelah pasien pindah kerumah barunya di
Kota Jambi yang sebelumnya berada di Kalimantan sekitar lebih kurang 7 bulan
yang lalu. Pada bulan awal tinggal dirumah baru, pasien mengaku tidak memiliki
keluhan apa-apa .
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Namun, seiring berjalannya waktu, pasien merasa gatal pada tubuh pasien yang
didahului oleh bintil-bintil kecil kemerahan di kulit terutama di daerah lengan atas
dan tungkai bawah. Pasien sering menggaruk karena merasa sangat gatal.
Pasien awalnya tidak mengetahui apa penyebab pastinya, namun pasien curiga
karena air dirumahnya tidak cocok dengan kulit pasien. Hal ini disadari ketika
pasien pergi berkunjung dan tinggal dirumah saudaranya selama lebih kurang 1
minggu. Selama disana, pasien mengaku keluhannya berkurang dan tidak pernah
kambuh.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Kemudian pasien kembali kerumahnya, keluhan dirasakan muncul kembali dan
terasa gatal. Kemudian lebih kurang 3 bulan yang lalu, pasien berobat ke
puskesmas dan diberi obat salep kulit kloderma, pasien mengaku keluhan
berkurang namun tidak hilang sempurna. Pasien mengaku masih menggunakan air
yang sama untuk keperluan mandi dan sehari-harinya. Mengganti sabun disangkal,
menggunakan deterjen yang berbeda saat menyuci disangkal, menggunakan
perlengkapan mandi yang berbeda dari sebelumnya disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluhan serupa : (+) berulang
sejak ± 7 bulan yll
Riwayat sakit kulit lain : (-)
Riwayat asma : (-)
Riwayat rhinitis : (-)
Riwayat penyakit infeksi : (-)
Riwayat Alergi : (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat keluhan serupa : (-)
Riwayat sakit kulit lain : (-)
Riwayat asma : (-)
Riwayat Alergi : (-)
Riwayat Rhinitis : (-)
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah berobat ke dokter di puskesmas, keluhan dirasa
membaik bila menggunakan obat yang diberikan namun bila
obat habis keluhan kembali timbul

Riwayat Sosial Ekonomi


- Pasien sudah menikah
-pasien seorang ibu rumah tangga
-Menggunakan air dari PDAM
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan


Tanda Vital :
Kesadaran :Compos Mentis RR : 20 x/menit
TD :110/80 Nadi: 72 x/menit
Suhu : 36,8 0C
Kepala :
Bentuk : Normochepal
Mata : Simetris, konjungtivitis (-) STATUS
THT : Keluar secret (-), GENERASILISATA
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks :
Jantung : bunyi jantung I/II regular, gallop (-)
Paru : Bunyi vesikuler (+/+), murmur (-), ronki (-)
Genitalia : tampak berbula-bula, secret (-)
Ekstremitas :
Superior : akral hangat, CRT < 2 detik, 5/5
Inferior : akral hangat, CRT < 2 detik, 5/5
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi : regio brachialis sinistra ,
antebrachial sinistra dan regio cruris medial
dextra et sinistra
Efloresensi :
Lesi utama : papul
Morfologi dan konfigurasi lesi
Bentuk : Papul
Ukuran : Miliar
Jumlah : Multipel
Batas : Tegas
Warna : Eritem
Tepi : Tidak Aktif
Distribusi : Regional
UKK Sekunder: -
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi : regio brachialis dextra
Efloresensi :
Lesi Utama : plak
Morfologi dan konfigurasi Lesi
Bentuk : Plak
Ukuran : 3-4 cm x 2-3 cm x 0,1 cm
Jumlah : soliter
Batas : Tegas
Warna : Eritem
Tepi : Tidak Aktif
Distribusi : Diskret
UKK Sekunder: Papul ukuran miliar,
multiple batas tegas, warna eritem, tepi tidak
aktif dan tersebar diskret
Status Venerelogi :
Inspeksi :-
Inspekulo : -
 
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak Dilakukan

PEMERIKSAAN ANJURAN
Uji Tempel (Patch Test)
DIAGNOSA BANDING
DERMATITIS
DERMATITIS KONTAK IRITAN
KONTAK ALERGI

DERMATITIS
KONTAK ATOPI
Diagnosa Kerja

Dermatitis kontak alergi


PENATALAKSANAAN
Tatalaksana Umum Tatalaksana Khusus
 Memberikan penjelasan tentang penyakit 1. Prednisone PO 30mg/hari. 3 x 10 mg
yang diderita
 Menghindari agen penyebab alergi.  ganti selama 7 hari
sumber air 2. Cetirizin PO 1 x 10 mg
 Disarankan pasien untuk menyaring air
3. Kompres terbuka dengan NaCl bila ada lesi
dengan alat penyaring air terlebih dahulu
sebelum menggunakannya bila tidak ada yang basah
alternative pengganti air lainnya.
 Mengurangi menggaruk pada daerah kulit 4. Bethametason o,1% salep dioles tipis 3x1
yang gatal karena dapat menimbulkan tidak lebih dari 4-6 minggu
perlukaan.
PROGNOSIS

• Quo ad vitam : Dubia ad bonam


• Quo ad functionam : Dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : Dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA


Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang

DEFINISI
timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi

Reaksi alergik yang terjadi adalah reaksi hipersensitivitas tipe lambat atau
tipe IV menurut klasifikasi Coombs dan Gell dengan perantaraan sel limfosit
T

EPIDEMIOL ●
Prevalensi dermatitis kontak pada populasi umum diperkirakan
sekitar 26-40% pada orang dewasa dan 21-36% pada anak-anak
Kejadian DKA meningkat seiring pertambahan umur
OGI


DKA lebih banyak ditemukan pada kelompok pekerja
ETIOLOGI

• Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA,


 potensi sensitisasi alergen,
 dosis per unit area, luas daerah yang terkena,
 lama pajanan, oklusi,
 suhu dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan pH.
• Juga faktor individu
 keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum,
ketebalan epidermis), status imunologik
PATOGENESIS

Patogenesis DKA melalui 2 fase:


 Fase induksi saat kontak pertama
alergen dengan kulit sampai
limfosit mengenal dan memberi
respons memerlukan waktu 2-3
minggu.
 Sedangkan fase elisitasi ialah
saat terjadi pajanan ulang dengan
alergen yang sama atau serupa
sampai timbul gejala klinis
DIAGNOSIS

Anamnesis


riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, daerah predileksi, durasi, gaya hidup,
sumber alergi, alergi terhadap bahan-bahan tertentu, penyakit kulit yang pernah dialami, serta penyakit kulit pada keluarganya
(misalnya dermatitis atopik, psoriasis)

Gambaran klinis


Keluhan biasanya dominan rasa gatal .

DKA tergantung pada jenis alergen yang menyebabkan.

Biasanya, dermatitis terjadi pada lokasi aplikasi alergen tetapi penyebaran dermatitis juga mungkin terjadi  tanya lokasi awal
DIAGNOSIS

Pemeriksaan fisik

dilakukan pada seluruh


permukaan kulit, untuk area inflamasi merupakan
melihat lokalisasi dan pola
melihat kemungkinan daerah yang tepat ditutupi
kelainan kulit
kelainan kulit lain karena oleh alergen.
sebab-sebab endogen.
Pemeriksaan fisik

Berdasarkan durasi ada beberapa tipe dari Subakut :


dermatitis kontak alergi: Plak dengan eritema ringan, bersisik,
kadang dengan papul yang kecil, merah,
• Akut dan berkelompok.
 Eritema yang berbatas tegas dan Kronik :
edema, vesikel, dan/atau papul. Plak dengan likenifikasi, pengelupasan
 Pada reaksi yang hebat dapat berupa dengan papul yang kecil, padat,
bula, erosi dengan serum, dan krusta. berkelompok, ekskoriasi, eritema, dan
pigmentasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan histopatologis 2. Uji tempel


• Dinilai perubahan pada epidermis dan • gold standart
dermisnya • mendeteksi hipersensitivitas pada bahan-
• Spongiotik vesikuler pada epidermis bahan yang berkontak dengan kulit.
dengan eksositosis sel mononuklear dan
• sensitivitas dan spesifisitas di antara 70-80 %.
edema dermal
• uji tempel biasanya di punggung
• Uji tempel dibuka setelah dua hari, kemudian
dibaca.
• Syarat : Dermatitis harus sudah tenang dan
minimal 1 minggu setelah menghentikan
kortikosteroid
Pemeriksaan Penunjang

• Uji kulit intradermal19


• Menggunakan tuberkulin yang disuntikkan secara superfisial
• Sering digunakan untuk titrasi alergen pada kulit.
• Tes alergi pengujian injeksi intradermal tidak direkomendasikan untuk penggunaan rutin
untuk aeroallergens dan makanan

• Uji Tusuk (skin prick test/SPT):


Uji tusuk dapat dilakukan pada alergen hirup, alergen di tempat kerja, dan alergen
makanan. Lokasi terbaik adalah daerah volar lengan bawah dengan jarak minimal 2
cm dari lipat siku dan pergelangan tangan

i nt
o
erP
• Hitung eosinofil total19

ow
fP
• Pemeriksaan hitung eosinofil total perlu dilakukan untuk menunjang diagnosis dan

o
mengevaluasi pengobatan penyakit alergi. Eosinofilia apabila dijumpai jumlah eosinofil

er
darah lebih dari 450 eosinofil/µL

w
Po
e
Th
26
Diagnosa Banding

IDE
SL
• Dermatitis Kontak Iritan
• Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi peradangan kulit non imunologik, jadi kerusakan
kulit dapat secara langsung tanpa didahului proses sensitisasi sebaliknya dermatitis kontak
alergi terjadi pada seseorang yang mengalami sensitisasi pada suatu alergen

• DKI akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat sehingga penderita pada
umumnya masih ingat apa yang menjadi penyebabnya

• Pada DKI, onsetnya berlangsung cepat sedangkan pada DKA berlangsung sekitar 12-48 jam

i nt
setelah tersensitisasi

o
erP
• Selain itu pada DKI pasien mengeluh nyeri serta rasa terbakar sedangkan pada DKA pasien

ow
fP
mengeluhkan rasa gatal

o
w er
Po
e
Th
27
Diagnosa Banding

IDE
SL
• Dermatitis Kontak Atopi
• Pada pasien dengan lesi terlokalisir, dermatitis atopik mungkin dicurigai karena
riwayat pribadi yang khas, sejarah keluarga, atau karena adanya stigmata
dermatitis dan kejadian peningkatan infeksi kulit, terutama dengan Staphylococcus
aureus.

• Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan
likenifikasi, distribusinya di lipatan (fleksural).

i nt
• Pedoman diagnosis Dermatitis Atopik yaitu harus ada kondisi gatal ditambah

o
erP
dengan 3 atau lebih kriteria berikut : riwayat terkena pada lipatan kulit, riwayat

ow
Tampak papul eritem

fP
asma bronchial atau hay fever, riwayat kulit kering secara umum pada tahun pada wajah

o
er
terakhir, adanya dermatitis yang tampak pada lipatan serta awitan di bawah usia 2

w
Po
tahun.

e
Th
PENATALAKSANAAN
FARMAKOLOGI

Jika DKA melibatkan daerah kulit yang luas (> 20%), terapi

SISTEMIK

kortikosteroid sistemik sering diperlukan dan efeknya terjadi dalam


waktu 12 sampai 24 jam.

Initial dose prenisone 60mg/hari selama 4 hari  tappering off bertahap

Terapi topikal, sabun pengganti dan emolien merupakan terapi DKA

TOPIKAL

yang telah diterima secara luas



Perhatikan jenis kulit, kulit tipis hindari kortikosteroid potensi kuat.

Lesi akut berespon baik terhadap steroid potensi sedang sampai tinggi.
PENATALAKSANAAN
NON-FARMAKOLOGI
Menghindari ●
Identifikasi dan hilangkan agen penyebab
Hal ini merupakan hal penting yang harus dilakukan
pajanan

Kompres dingin dengan ●


untuk mengurangi pembentukan vesikel,
Prinsip pengobatan  membersihkan kulit yang sakit dari debris dan sisa-sisa
Burrow’s solution obat topikal yang pernah dipakai

Fototerapi
dilakukan pada pasien dengan DKA yang sulit sembuh dan tidak responsif

terhadap kortikosteroid dan ditujukan untuk pasien yang tidak bisa menghindari
faktor pencetus dari lingkungan
KOMPLIKASI PROGNOSIS
Bila tidak diobati, dermatitis kontak • Prognosis dermatitis kontak alergi
dapat berkembang menjadi satu tergantung pada penyebab dan bagaimana
siklus diman rasa pruritus yang caranya menghindari pajanan alergen yang
kronis menyebabkan penderita berulang-ulang.
menggaruk dan akhirnya dapat terjadi • Prognosis dermatitis kontak alergi
:
umumnya baik, sejauh bahan kontaktannya
• Infeksi bakteri atau jamur pada luka
terbuka
dapat disingkirkan.
• Selulitis (infeksi kulit dan jaringan • Prognosis kurang baik dan menjadi kronis,
sekitarnya yang disebabkan oleh infeksi bila bersamaan dengan dermatitis oleh
bakteri atau jamur yang tumbuh)
faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis
• Perubahan permanen pada tekstur kulit
dan terjadinya jaringan parut
numularis atau psoriasis) atau pajanan
• Perubahan warna kulit yang permanen
dengan bahan iritan yang tidak mungkin

dihindari
Luka terbuka
31
ANALISA KASUS
IDE
SL is ik
• ANAMNESA Pemeriksaan F

• Pasien mengeluh gatal gatal pada kulit lengan • Pada regio brachialis sinistra , antebrachial sinistra
atas kiri dan tungkai bawah kanan dan kiri sejak
± 2 minggu yang lalu dan regio cruris medial dextra et sinistra terdapat

• Keluhan diawali munculnya bintik-bintik papul multiple ukuran miliar dengan batas tegas
kemerahan yang lama kelamaan akan hilang warna eritem denga tepi tidak aktif dan terdistribusi
namun kulit berubah menjadi lebih merah dan
terasa gatal regional.  Lesi akut

• Pertama sekali  ± sejak 7 bulan yang lalu, • Pada regio brachialis dextra, terdapat plak eritem
pasien mengeluh rasa gatal  sejak pindah
rumah ( Perubahan tempat/lingkungan)  soliter ukuran 3-4 cm x 2-3 cm x 0,1 cm dengan
dibulan awal pindah keluhan tidak ada
batas tegas dan tepi tidak aktif yang terdistribusi

i nt
• Keluhan sudah sering berulang diskret dengan efloresensi kulit sekunder berupa

o
erP
• ± berobat  diberi obat  sembuh  obat papul ukuran miliar multiple batas tegas, warna

ow
habis  kambuh ( Alergen belum dihindari
eritem, tepi tidak aktif dan tersebar diskret  Sudah

fP
karena belum tau penyebabnya)

o
• Tinggal di rumah saudara  keluhan tidak menunjukkan gambaran lesi subakut ( plak)

er
pernah muncul,  pulang, lalu mandi  keluhan

w
Po
muncul kembali ( curiga air yang tidak cocok)

e
Th
Analisa Kasus

• Diagnosis dermatitis kontak alergi ditegakkan berdasarkan


• Selain itu dermatitis kontak iritan berlangsung akut dan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang tepat.
pasien biasanya langsung menyadari bahan iritan apa
• Dari anamnesis, gejala yang dirasakan pasien, riwayat
yang baru saja kontak dengan pasien atau pada kontak
kebiasaan dan pekerjaan, serta riwayat penyakit dahulu,
mengarah pada dermatitis kontak alergi. pertama sementara pada kasus ini pasien tidak langsung
menyadari penyebab keluhan karena dermatitis kontak
• Diagnosa banding pada pasien ini adalah dermatitis kontak
iritan dan dermatitis atopi. alergi timbul setelah kontak berulang.

• Tidak adanya riwayat atopi pada pasien maupun keluarga dapat • Jika dermatitis kontak iritan kronik, bisa juga berlangsung
menyingkirkan diagnosis dermatitis atopi. setelah beberapa hari, namun lesi biasanya kering dan
• Hasil pemeriksaan fisik, lesi yang tampak pada pasien sesuai akan tampak fisura. Selain itu kelainan kulit pada
dengan teori lesi pada dermatitis kontak alergi. dermatitis kontak iritan lebih hebat dibandingkan dermatitis
• Dimana awal lesi yang timbul adalah papul, sedangkan pada kontak alergi karena disebabkan oleh bahan iritan dan
dermatitis kontak iritan lesi awal yang sering timbul adalah DKA oleh bahan alergen.
vesikel.
DIAGNOSA
BANDING
Analisa Kasus

• Namun untuk lebih memperjelas dan membantu diagnosis, dapat kita lakukan uji tempel (Patch Test)
yang merupakan gold standar pada dermatitis kontak.
• Uji tempel bisa kita lakukan pada pasien yang sudah stabil, karena jika dilakukan uji ketika lesi masih
aktif, akan memperparah penyakitnya.
• Patch test digunakan untuk menentukan substansi yang menyebabkan kontak dermatitis dan
digunakan untuk mendiagnosis DKA.
• Patch test dilepas setelah 48 jam, hasilnya dilihat dan reaksi positif dicatat bila reaksi menetap atau
bertambah.
• Untuk pemeriksaan lebih lanjut, dan kembali dilakukan pemeriksaan pada 48 jam berikutnya. Jika
hasilnya didapatkan ruam kulit yang membaik (negatif), maka dapat didiagnosis sebagai DKI.
• Pada kasus ini uji tempel (Patch Test) tidak dilakukan.
Analisa Kasus

• Penatalaksanaan pada kasus ini terbagi menjadi penatalaksanaan umum dan khusus.

• Penatalaksanaan umum bertujuan untuk menghindari eksaserbasi, dengan cara menghindari agen penyebab alergi
 MENGGANTI SUMBER AIR

• Pada kasus ini yang dicurigai adalah air yang digunakan sehari-hari oleh pasien.

• Mengurangi menggaruk daerah gatal tersebut karena akan menimbulkan perlukaan  DAPAT MEMICU
KOMPLIKASI

• Penatalaksaan khusus bertujuan untuk:

• mengurangi proses inflamasi, rasa gatal dan mengeringkan lesi dengan cara kompres terbuka, pemberian
kortikosteroid sistemik dan topikal, serta pemberian antihistamin.

• a
Analisa Kasus

Prednisone 30 ●
Diminum 3 x 10 mg. Selama 1-2 minggu
Kortikosteroid sistemik bermanfaat untuk mengatasi peradangan
mg/hari

Kompres terbuka ●


bertujuan agar lesi yang basah cepat kering
Basahi kassa sebanyak 3 lembar, peras, kemudian letakkan kassa tersebut ke lesi yang basah sebanyak 3
kali setiap 5-10 menit selama 3 jam.

dengan NaCl Dipakai hingga lesi tampak kering.


betamethasone ●
Dioles tipis 3 kali sehari tidak boleh lebih dari 4-6 minggu untuk menghindari gejala
takifilaksis

valerate 0,1%. Kortikosteroid topikal digunakan ketika lesi sudah tampak mengering

Analisa Kasus

• Prognosis pada kasus ini adalah baik karena bahan iritan


berupa air yang mengandung zat-zat tambahan yang
diduga memicu alergi dapat dihindari. Selain itu juga dari
anamnesis pasien tidak memiliki riwayat atopi ataupun
riwayat keluarga dengan atopi.
KESIMPULAN

 Dermatitis kontak alergi ( DKA) merupakan reaksi hipersensitivitas tipe tipe IV, yang menyebabkan peradangan dan
edema pada kulit. Perubahan kulit akibat reaksi imunologi berupa gatal, eritem, kemudian timbul papul, vesikel,
erosi, dan krustosa. Letak lesi biasanya di tangan, lengan, wajah, telinga, badan, paha dan tugkai bawah. Letak lesi
bergantung pada pajanan alergen, tapi terkadang lesi dapat timbul pada tempat yang tidak terpajan alergen

 Pada tulisan ini telah dibahas kasus Ny. N umur 38 tahun dan bekerja sebagai Ibu rumah tangga. Dari hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik pasien didiagnosa dermatitis kontak alergi. Pasien telah diberi edukasi untuk
menghindari alergen , dalam hal ini adalah air yang mengandung zt tambahan yang tidak cocok dengan kulit pasien
dan telah diberi terapi medikamentosa untuk menekan proses inflamasi serta untuk menyembuhkan lesi. Prognosa
pada pasien ini baik, karena tidak ada riwayat atopi baik pada pasien maupun keluarga, serta alergen dapat
dihindari.
Daftar Pustaka
1. Cohen DE, Jacob SE. Allergic Contact Dermatitis. In: Wolf K., Goldsmith L.A., Katz S.I., editors. Fizpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8thEd. New York: McGrawHill; 2018. P.
135-46
2. Sulastri SA, Djuanda S. Dermatitis. Dalam: Djuanda A., editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed-7. Jakarta: Fk-UI; 2015
3. Sasseville D. Occupational Contact Dermatitis. Allergy, Asthma, and Clinical Immunology. 2014;4(2):59-65
4. Beck M.H, Wilkinson S.M. Contact Dermatitis: Allergic. In: Rook’s, Textbook of Dermatology. 9thEd. Oxford: Blackwell; 2016. P. 20.1-2
5. Bourke J, Coulson I, English J. Guidelines for management of contact dermatitis : an update. British Journal of Dermatology.2011;160:946-54
6. Imbesi S, Minciullo P.L, Isola S, Gangemi S. Allergic contact dermatitis: Immune system involvement and distinctive clinical cases. AllergolImmunopathol. 2011;39(6):374-7
7. Sterry W, Paus R, Burgdorf W. Contact Dermatitis. In Thieme Clinical Companions Dermatology. New York: Thieme New York Publication; 2006. P. 195-203
8. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew’s Diseases of The Skin Clinical Dermatology. 13th Ed. Philadelphia: Elsevier Inc 2015. Chapter 6, Contact Dermatitis and Drug Eruption
9. Nosbaum A, Vocanson M, Rozieres M, Hennino A, Nicolas JF. Allergic And Irritant Contact Dermatitis. EJD.2012;19(4):325-32
10. Spiewak R. Patch Testing For Contact Allergy And Allergic Contact Dermatitis. Jagieollonian University Medical College, Krakow Poland. The Open Allergy Journal. 2014;1:42-51
11. Duarte I, Malvestiti A, Lazzarini R. Evaluation of the permanence of skin sensitization to allergens in patients with allergic contact dermatitis. An Bras Dermatol. 2012;87(6):8337
12. Akan A, Toyran M, Erkocoglu M, Kaya A, Kocabas CN. The prevalence of Allergic Contact Sensitization of Practicing and Student Nurses. International Journal of Occupational and
Environmental medicine. 2014;3(1):10-8
13. Lazzarini R, Sumita J.M. Allergic contact dermatitis among construction workers detected in aclinic that did not specialize in occupational dermatitis. An Bras Dermatol. 2015;87(4):567-71
14. Beltrani VS, Bernstein IL, Cohen DE, Fonacier L. Contact Dermatitis: A Practice Parameter. Annals of Allergy, Asthma & Immunology. 2011;97:1-36
15. Frosch PJ, Menne T, Lepoittevin JP. Histopathological & Immunohistopathological Features Of Irritant And Allergic Contact Dermatitis. In: Contact dermatitis. 6th ed. Berlin. Springer-
Verlag Berlin Heidelberg; 2013. P.107-15
16. Shimizu H. Shimizu’s Textbook of Dermatology. Hokkaido: Hokkaido University Press; 2007. Chapter 3, Immunology of the skin; P.39-47
17. Rustemeyer T, Hoogstraten IM, Blomberg BM, Scheper RJ. Mechanisms in Allergic Contact Dermatitis. In: Contact dermatitis. 5th ed. Berlin. Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2011. P.11-
33
18. Wahleberg JE, Lindberg M. Patch Testing. In: Contact dermatitis. 5th ed. Berlin. Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2011. P.11-33
19. Sudewi NP, Kurniati N, Suyoko EMD, Munasir Z, Akib AAP, et al. Berbagai Teknik Pemeriksaan Untuk Menegakkan Diagnosis Penyakit Alergi. Sari Pediatri. 2009;11(3):174-8
20. Craig K, Susan E. What Is The Best Duration Of Steroid Theraphy For Contact Dermatitis. The Journal of Family Practice. 2010; 55(2): 166-7
21. Brian M. Contact Dermatitis. British Association of Dermatologists.2017;176:317-329
Thank You

Anda mungkin juga menyukai