Anda di halaman 1dari 5

Kerusuhan Tanjung Priok

Nama Kelompok : 
1. Arif Ladika Wiratama (06) 
2. Aurell Nwa Novanda (07)
3. Daniella Natalie Hascarnengtyas (08)
4. Davin Dalana Fidelio Fredra (09)
5. Dwimasetya Julian Rahmadiansyah (10)
Deskripsi Singkat
Peristiwa Tanjung Priok merupakan peristiwa kerusuhan yang
melibatkan tentara dan warga di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 12 September 1984. Tragedi ini
merupakan salah satu kerusuhan besar yang terjadi pada masa Orde
Baru, yang melibatkan aksi penembakan yang menyebabkan banyak
sekali korban yang tewas serta luka-luka.
Analisa
     Pemicu aksi pembakaran itu sendiri terjadi ketika masyarakat mendengar aksi provokasi
yang dilakukan oleh oknum Babinsa di musala/ masjid As – Saadah dan mereka menolak
penahanan tersebut. Penyebab Peristiwa Tanjung Priok sebagai salah satu peristiwa pada
masa orde baru bermula dari tanggal 8 September 1984. Ketika itu seorang Bintara
Pembina Desa (Babinsa) Sersan Satu Hermanu dan seorang tekannya dari Koramil tiba
di Masjid / Musala As-Saadah, gang IV Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
     Menurut kesaksian Adul Qodir Jaelani di pengadilan, mereka bertujuan untuk
membersihkan spanduk dan brosur di dalam masjid tersebut yang isinya dianggap berupa
dakwah menentang pemerintah. Para jamaah menolak sehingga petugas melakukannya
sendiri. Tetapi kemudian isu menyebar luas bahwa para Babinsa masuk area masjid tanpa
melepas alas kaki. Tindakan itu adalah sikap yang merupakan pelanggaran serius
terhadap etika umum di masjid, yaitu melanggar batas suci masjid. Bahkan ada
selentingan bahwa mereka membersihkan pamflet yang ditempel dengan air comberan
karena tidak tersedia peralatan.
Solusi
Solusi dari kerusuhan Tanjung Priok adalah dengan menangkap dan
menghukum pihak yang dianggap sebagai oknum militer pemicu
kerusuhan yang menyebar pamflet anti pemerintah kepada warga selain
menggunakan senjata dalam menghentikan demonstran. Namun,
penyelesaian tersebut bukanlah solusi ideal karena masih menyisahkan
sejumlah misteri. Kerusuhan tersebut mengakibatkan jatuhnya kurang
lebih 700 korban dimana mayat-mayat demonstran umumnya diangkut
dan dimakamkan tanpa nisan dan sekitar 400 warga Tanjung Priok
hilang atau terbunuh. 
Hubungan dengan Pancasila
Peristiwa Tanjung Priok yang terjadi pada zaman orde baru ini, kita dapat mengetahui beberapa
nilai pancasila yang telah dilanggar. Coba kia lihat dari masing-masing sila dimulai dari sila
pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. Dalam kasus ini terdapat sedikitnya beberapa hal
yang menyinggung masalah agama terutama islam, kali ini agama islamlah yang menjadi fokus
utama kekejaman pemerintahan orde baru ini. diterangkan dalam sila pertama ini bahwa setiap
masyarakat indonesia diwajibkan mempunyai Tuhannya masing-masing sesuai dengan
kepercayaannya dan tidak berarti bahwa semua orang harus memiliki tuhan yang sama karena
bukan itu yang sebenarnya dimaksudkan dalam artian berketuhanan yang maha esa. Sila
berikutnya adalah “Kemanusiaan yang adil dan beradab“, sila inilah yang menurut kami paling
dilanggar nilai-nilainya, oleh karena itu kami membahas pelanggaran nilai pancasila yang
lainnya. Menurut sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia ini mempunyai makna bahwa
rakyat Indonesia harus bersatu padu dalam kebersamaan memajukan Indonesia seperti halnya
semboyan Indonesia yakni “Bhineka Tunggal Ika“, sedangkan apa yang dibahas  diatas
sungguh tidak mencerminkan sifat persatuan, dibuktikan dengan adanya baku tembak antara
warga Tanjung Priok oleh militer

Anda mungkin juga menyukai