Anda di halaman 1dari 18

MEDITASI DAN KECERDASAN EMOSIONAL

PEMELUK AGAMA
(Studi Kasus Komunitas Meditasi Lanterha di Bandung)
UJIAN PROMOSI DOKTOR

Oleh :
IIM SURYAHIM
NIM : 3170310010
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2021
Agenda 1
LATAR BELAKANG MASALAH
Mencakup apa yang melatarbelakangi masalah penelitian dan rumusan
masalah.

Style 2
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Mencakup maksud kenapa penelitian ini harus dilakukan seberapa
besar urgensinya dan bagaimana manfaatnya..

3 KERANGKA PEMIKIRAN METHODOLOGI PENELITIAN


Mencakup bagaimana objek penelitian
di kaji dan di analisis dengan
4 Mencakup pendekatan dan metode pengambilan data serta analisis
data.
menggunakan teori

KAJIAN HASIL PENELITIAN


5 Mengkaji data hasil penelitian dengan metode telah dipilih dan teori
yang digunakan sebagai alat analisis.

KESIMPULAN
6 Mencakup hasil temuan setelah dilakukan pengkajian.
1 LATAR BELAKANG MASALAH
Substansi Meditasi Salah satu diskursus keagamaan yang kian hari kian semarak dan
meluas ini, adalah maraknya perbincangan seputar upaya melintasi batas agama. Gejala
ini ditandai, maraknya dialog antar agama, bahkan antariman, seperti yang
Mobilita diselenggarakan oleh Paramadina, LSAF, MADIA, Interfidei, Dian (Diaolog antariman),
s passing dan lain-lain. Seiring dengan tingginya mobilitas passing over ini, muncul pelbagai
Diskursus over tawaran teologi agama guna meneguhkan gagasan transformasi dengan agama sebagai
Keagama aktor utamanya, semisal teologi pembebasan, teologi dialektis, teologi hermeneutis,
an teologi transformatif, teologi inklusif, dan yang paling hit dan hot teologi pluralis.
Penguatan sisi spiritualitas meratakan jalan untuk mendudukkan fondasi, dan merengkuh
etos kerja sama komunitas agama yang berbeda. Spiritualitas menjadi muara di mana
Spirit semua sekat sosiologis dan formalisme keagamaan menjadi tawar, tanpa harus
kehilangan otensitas keberagamaan masing-masing. Ia mengkristal sebagai tasawuf
ualitas dalam Islam, meditasi dalam Kristen, yoga dalam Hindu atau zen dalam Budhisme.
Karena itu, kehadiran spiritualitas mencirikan watak universal, tidak dikebat oleh ruang
dan waktu.
BERKENAAN DENGAN PERMASALAHAN DIATAS MAKA ADA INDIKASI
Fungsi BAHWA Melalui tehnik tahapan meditsi Lenthera, kecerdasan emosional komunitas
Lanthera meningkat. Atas dasar itu, penulis tertarik untuk mengungkap dan meneliti
Agama “Meditasi dan Kecerdasan Emosional Pemeluk Agama (Studi Komunitas Meditasi
Lanterha Di Bandung)”.
Formalisme
Keagamaan
• RUMUSAN MASALAH
•3

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka


penelitian ini dapat dirumuskan ke dalam pertanyaan
sebagai berikut:
Berdasarkan pada masalah tersebut, maka penelitian
ini dapat dirumuskan ke dalam beberapa fokus
penelitian, yaitu:
1) Bagaimana praktek meditasi Lanthera;
2) Bagaimana nilai-nilai kecerdasan emosional
meditasi
3) Bagaimana implementasi meditasi dalam
mengembangkan kecerdasan emosional
komunitas meditasi Lanterha.
Tujuan Penelitian 52

Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui dan
mengungkapkan dan mengkaji
Realitas Meditasi Lanterha dan
Realitas Keberagamaannya.

Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan ingin
memperoleh data dan fakta tentang :
1. Realitas Pratek Meditasi Lanterha;
1) Nilai-nilai kecerdasan emosional meditasi
Lanterha.
2) Fungsi meditasi Lanterha dalam
mengembangkan kecerdasan emosional
komunitas meditasi Lanterha
Kegunaan Penelitian 6

Secara Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi ilmiah bagi
pengembangan Studi Agama-agama khususnya
yang berkaitan dengan fenomena New Religious
Movement dan juga diharapkan dapat
mengeksplorasi realitas fenomena Gerakan
Keagamaan Zaman Baru.

Penelitian ini juga diharapkan akan memberikan


kontribusi terhadap kajian agama sebagai
realitas Sosial Agama dalam bentuk New Secara Praktis
Religious Movement.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang bagaimana nilai-
nilai agama mampu di fungsionalisasikan.

Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat


memberi model pembinaan kehidupan beragama
khususnya bagi masyarakat modern.
Kerangka Berpikir 7
Pertama, menurut asumsi teori fungsional E. Kedua, menurut asumsi teori fungsional Luckmann menyatakan
Durkheim menyatakan bahwa agama merupakan bahwa Dalam rangka mempertahankan kesadaran dasar mengenai 8
lambang collective representation dalam konsep agama, memerlukan transendensi biologi dengan organisme
bentuknya yang ideal, agama adalah sarana untuk manusia sebagai gejala keagamaan, gejala ini tergantung pada
memperkuat kesadaran kolektif seperti ritus-ritus hubungan fungsional antara jiwa dan masyarakat, dan bisa dianggap
agama. Orang yang terlibat dalam upacara proses sosial yang menjurus kepada penbentukan jiwa secara
keagamaan maka kesadaran mereka tentang fundamental bersifat keagamaan merupakan antropologik agama.
collective consciouness semakin bertambah kuat. Agama dalam masyarakat yang statis (dapat dilihat) akan selalu
Sesudah upacara keagamaan suasana keagamaaan berfungsi sebagai suatu ikatan sosial, akan tetapi jika masyarakat
dibawa dalam kehidupan sehari-hari, kemudian tersebut mengalami perubahan secara cepat, maka akan semakin
lambat laun collective consciouness tersebut banyak perubahan dalam fungsi agama (Scharf R Betty, 1995:103)
semakin lemah kembali

Keempat, Kecerdasan Emosional adalah Kemampuan untuk mengenali


perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu Ketiga, Meditasi merupakan suatu teknik
fikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan
perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi latihan untuk mengembangkan dunia internal
dan intelektual. Kecerdasan emosional sebagai kemampuan membantu atau dunia batin seseorang, sehingga
dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menambah kekayaan makna hidup baginya
menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan
tindakan. (Daniel Golamen dalam Kantjono Widodo, 2000:513)
(Johana E. Prawitasari , 2002:181-182).
RELIGIUSITAS
Glock dan Stark mengatakan bahwa religiusitas merupakan komitmen religius yang berhubungan dengan agama atau keyakinan, dan
yang dapat dilihat melalui aktivitas atau perilaku individu berkaitan dengan agama atau keyakinan yang dianut.(Glock & Stark 1986)
Istilah religiusitas yang diartikan “keberagamaan” meliputi pengertian: seberapa kokoh keyakinan; seberapa tetap dan tepat pelaksaan
ibadah; (ritual); seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya; seberapa luas pengetahuan yang dimilikinya; dan seberapa
kuat perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agama,(Fuad & Diana, 2002)

Masyarakat adat adalah: “Sekelompok orang yang hidup berdasarkan asal usul leluhur dalam suatu wilayah geografis tertentu, memiliki
sistem nilai dan sosial budaya yang khas, berdaulat atas tanah dan kekayaan alamnya serta mengatur dan mengurus keberlanjutan
kehidupannya dengan hukum dan kelembagaan adat.” (Anggaran Dasar Aliansi Masyarakat adat Nusantara (AMAN), Bab, V, tentang
Keanggotaan, Pasal 19 (Draft RUU PPHMA versi AMAN,Agustus 2014) dari website: www.aman.or.id)

Edward Burnett Tylor yang mengatakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai
anggota masyarakat.(Tylor, 1974)
METHODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian case study dengan pendekatan fenomenologis, karena
memandang peserta meditasi Lanterha sebagai kesatuan kelompok, yang mana anggota yang terlibat
sebagai subjek penelitian mewakili dan mencerminkan dirinya sendiri sebagai informan. Jenis case study
yang digunakan bersifat interpretatif dan kritis, yaitu memahami suatu fenomena melalui
pemaknaan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya, sekaligus melakukan refleksi kritis terhadap
praktik-praktik yang sedang terjadi dan asumsi dasar yang biasanya diterima apa adanya. Subjek
penelitian adalah peserta Meditasi Lanterha yang dilaksanakan di Bandung. Objek penelitian adalah
praktik Meditasi dalam mengolah kecerdasan emosional. Teknik pengumpulan data menggunakan
nontes melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan instrumen berupa pedoman
observasi, pedoman wawancara, dan dokumen pendukung terkait lainnya. Keabsahan data
menggunakan uji kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Data dianalisis
menggunakan model Miles & Huberman yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

JENIS PENELITIAN KUALITATIF STUDI KASUS

PENDEKATN PENELITIAN FENOMENOLOGIS

PARA ANGGOTA MEDITASI


SUBJEK PENELITIAN LANTERHA

1. OBSERVASI
Metode pengumpulan Data 2. WAWANCARA
3. DOKUMENTASI
4. ANALISIS DATA
METODE PENELITIAN
PENDEKATAN
KUALITATIF
PENELITIAN

SUBJEK PENELITIAN ANGGOTA MEDITASI LANTERHA

1. MEDITASI
OBJEK PENELITIAN 2. RELIGIUSITAS

1. OBSERVASI
2. WAWANCARA
TEKNIK PENGUMPULAN
3. DOKUMENTASI
DATA
4. ANALISIS DATA

1. REDUKSI DATA
ANALISIS DATA 2. PENYAJIAN DATA
3. VERIFIKASI DAN PENARIKAN
KESIMPULAN
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
KAJIAN HASIL
PENELITIAN
1. Pada hakikatnya praktek meditasi lanterha adalah sebuah praktek meditasi yang menggambungkan dan
menyatukan antara fikiran dan perasaan yang difokuskan melalui media hembusan nafas dan merasakan detak
jantung.
2. Praktek meditasi lanterha terdapat efek yang menekankan pada pemusatan antara fikiran dan perasaan melalui
media olah nafas dan juga merasakan detak jantung yang difokuskan pada satu fokus sampai pada titik
penyatuan diri dengan semesta, sampai bisa merasakan keberadaan sang Pencipta, maka dari praktek itu
melahirkan nilai netral atau ikhlas melihat sesuatu itu tanpa sebuah beban dengan tulus murni, sehingga melihat
sesuatu tanpa perasaan dan penilaian kebencian, kesedihan, kejahatan, yang mana itu adalah bagian dari emosi
negatif. Sehingga pelaku meditasi lanterha mampu pada titik kondisi netral tanpa perasaan negatif, sehingga dari
praktek meditasi lanterha mampu melahirkan nilai-nilai kecerdasan emosional yang dituangkan dalam teori
Daniel Goelman bahwasanya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengolah emosinya
untuk tetap dalam emosi positif, seperti sabar, gembira, dan semangat.
LANJUTAN...............

3. Dalam penelitian ini, Peneliti menemukan bahwa lewat mengenal diri, segala sumber pengetahuan, keadaan,
peristiwa akan bisa dipahami secara bijaksana. Hal itu karena dari mengenal diri manusia mampu menjernihkan
pikiran, emosional, perasaan, dan terhubung langsung dengan dimensi spiritual, Energi posotif  yang membawa
pada keterhubungan dengan Tuhan. Dengan hal tersebut manusia dapat memilih keputusan secara berkesadaran
dan bertanggungjawab penuh. Atas dasar penemuan di atas, penulis merekomendasikan bahwa nilai-nilai
spiritual yang terkandung dalam meditasi Lanterha agar bisa disebarluaskan ke khalayak umum. Nilai-nilai
spiritual yang ada di Lanterha tidak hanya mengajarkan pada ideologi dan agama tertentu, tetapi lebih pada
nilai-nilai universal dari sebuah spiritualitas, yang intinya meyakini dan merasakan hadirnya sang pencipta
dalam diri, sehingga mampu mengisi relung hati terdalam. Karena itu, dalam kehidupan pun akan menyebarkan
nilai-nilai kesucian Tuhan, sehingga krisis spiritual manusia modern ditengah hiruk pikuk kehidupan modern ini
akan terisi kegersangan spiritualnya. Sehingga dengan demikian akan tercipta kecerdasan emosional dari
seorang mediator.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan | Saran
KESIMPULAN

Agama memiliki nilai positif untuk kemaslahatan manusia. Sedangkan meditasi merupakan
salah satu media yang mampu menstimulus munculnya nilai-nilai positif dari Agama itu sendiri.
Maka dengan demikian meditasi memiliki hubungan yang erat dalam mengfungsionalisasikan
nilai-nilai agama dalam kehidupan manusia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktek meditasi lanterha merupakan sebuah fenomena
penemuan pengetahuan tentang tekhnik mengolah emosional menjadi nilai-nilai kecerdasan
emosional yang positif. Energi positif itulah yang kemudian akan membawa pada keterhubungan
dengan Tuhan. Sehingga dengan demikian akan mampu mengaktifkan nilai-nilai universal
spritualitas agama yang sangat dibutuhkan ditengah-tengah kegersangan hiruk-pikuk kehidupan
modern. Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunitas meditasi lanterha ditinjau
secara praktiknya mendapatkan pengetahuannya melalui jalur irfani. Melalui kegiatan meditasi
lanterha maka agama akan terasa menjadi sangat fungsional
THANK YOU
WASSALAMU’ALAIKUM WR.WB.

Anda mungkin juga menyukai