Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

DAN HASIL PENELITIAN


ASUHAN KEPERAWATAN
DISTRESS SPIRITUAL
Annisa Hilmy Nurarifah (087)
Dinda Triananda (089)
Sherin Alinda Zula (095)
KASUS
Seorang laki-laki usia 31 tahun tengah dirawat di RS umum karena menderita HIV AIDS.
Perawat melakukan pengkajian, ditemukan data bahwa klien tampak murung dan
menunjukkan perilaku banyak diam, menolak melakukan aktivitas ibadah yang diadakan di
RS. Klien mengatakan bahwa penyakit yang ia derita karena Tuhan marah dan mengutuknya
akibat perilaku menyimpang yang ia lakukan selama ini. Klien merasa tidak ada yang
memahami dirinya saat ini bahkan keluarga tidak mau memaafkan klien, tidak pernah
membesuk dan merasa diasingkan. Klien marah pada diri sendiri mengapa ia melakukan
kesalahan besar. Klien merasa hidup sudah tidak lagi bermakna. Kepada perawat klien
mengaku kalau ia tidak mampu berdo’a dan bermaksud mempelajari agama lain yang bisa
memaafkan dosa-dosanya. Perawat menyusun intervensi keperawatan, salah satunya
adalah mengikutsertakan tokoh agama, namun klien menolak dan mengatakan tidak
tertarik dengan kegiatan keagamaan yang ia anut.
P
Faktor E
Predisposisi
FAKTOR BIOLOGIS
N
• Riwayat penyakit fisik : Pasien
menderita Penyakit HIV/AIDS
FAKTOR PSIKOLOGIS
• Faktor yang mempengaruhi harga diri : klien G
K
• Riwayat penyakit keturunan di marah pada diri sendiri mengapa ia
keluarga : tidak ada melakukan kesalahan besar. Klien merasa
• hidup sudah tidak lagi bermakna
A
Terpapar zat kimia/radiasi : tidak
ada • Faktor yang mempengaruhi peran : Klien
• Riwayat merokok : tidak ada merasa tidak ada yang memahami dirinya

FAKTOR SOSIAL BUDAYA


saat ini bahkan keluarga tidak mau
memaafkan klien, tidak pernah membesuk
dan merasa di asingkan, pasien kehilangan
J
I
Pasien berasal dari kalangan
ekonomi menengah kebawah, belum peran dalam keluarganya
menikah, pendidikan terakhir SMA, • Faktor yang mempengaruh identitas : akibat
berasal dari suku sunda, klien
menunjukkan perilaku banyak diam,
penyakitnya pasien merasa kehilangan
identitasnya sebagai manusia yang A
N
menolak melakukan aktivitas ibadah beragama
yang diadakan di RS.
Faktor Presipitasi
• Klien menderita HIV AIDS yang menurutnya penyakit
yang ia derita karena Tuhan marah dan mengutuknya
akibat perilaku menyimpang yang ia lakukan selama
ini.
• Klien merasa tidak ada yang memahami dirinya saat
ini
• Klien kehilangan hubungan dengan orang yang
terdekatnya, yaitu keluarganya. Keluarga klien tidak
mau memaafkan klien, tidak pernah membesuk
sehingga klien merasa diasingkan
Respon Afektif
• Klien merasa diasingkan oleh Respon Sosial
Respon Kognitif
• Klien tidak memercayai keluarganya Klien merasa tidak ada yang
• Klien marah pada diri sendiri memahami dirinya saat ini bahkan
keyakinannya
• Klien mengatakan bahwa mengapa ia melakukan kesalahan keluarga tidak mau memaafkan
besar. klien, tidak pernah membesuk dan
penyakit yang ia derita
• Klien mengatakan tidak tertarik merasa diasingkan.
karena Tuhan marah dan
mengutuknya akibat perilaku dengan kegiatan agama yang
menyimpang yang ia lakukan dianutnya.
selama ini. • Klien merasa hidup sudah tidak
lagi bermakna. Respon Fisiologis
• Wajah klien tampak murung

Respon Perilaku
• Klien banyak diam



Klien menolak melukan aktivitas ibadah yang diadakan di RS
Klien menolak mengikutsertakan tokoh agama
Klien mengatakan tidak tertarik dengan kegiatan agama yang dianutnya.
Penilaian
Terhadap
• Klien mengaku kalau ia tidak mampu berdo’a dan bermaksud mempelajari
agama lain yang bisa memaafkan dosa-dosanya.

Stressor
Sumber Koping
• Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu
memberikan nasehat, petunjuk dan umpan balik
bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan
keyakinan spiritualnya.

• Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring,  Kepada perawat klien mengaku kalau ia tidak mampu
memfokuskan pada kepentingan orang lain. berdoa dan bermaksud mempelajari agam lain yang bisa
memaafkan dosa-dosanya
 klien tidak mendapat dukungan dari keluarganya
• Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network
• Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas
ekspresi positif thingking, mendorong atau setuju dengan menyediakan dukungan kelompok untuk berbagai tentang
pendapat orang lain. aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan
dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk
-
meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual
• Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.
menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan dengan
dimensi spiritual.  Perawat menyusun intervensi keperawatan, salah satunya
adalah menginstruksikan tokoh agama , namun klien
 Aktivitas ibadah yang diadakan di RS dan Perawat
menyusun intervensi keperawatan, salah satunya adalah menolak dan mengatakan tidak tertarik dengan kegiatan
menginstruksikan tokoh agama keagamaan yang ia anut
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
No. Data fokus

1. DS:
1. Klien mengatakan bahwa penyakit yang ia derita karena Tuhan marah dan mengutuknya akibat
perilaku menyimpang yang ia lakukan selama ini.
2. Klien merasa tidak ada yang memahami dirinya bahkan keluarga tidak mau memaafkan klien,
tidak pernah membesuk dan merasa diasingkan.
3. Klien marah pada diri sendiri mengapa ia melakukan kesalahan.
4. Klien merasa hidup sudah tidak bermakna.
5. Klien mengaku kalau ia tidak mampu berdo’a dan bermaksud mempelajari agama lain yang bisa
memaafkan dosa-dosanya.
6. Klien mengatakan tidak tertarik dengan kegiatan keagamaan yang ia anut.
DO:
7. Klien menunjukkan perilaku banyak diam.
8. Klien menolak melakukan aktivitas ibadah di RS.
DT:
9. Klien tampak murung.
NO. ANALISA DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS : Distres Spiritual Sakit
1. Klien merasa tidak ada yang memahami dirinya bahkan keluarga tidak
mau memaafkan klien, tidak pernah membesuk dan merasa diasingkan.
2. Klien marah pada diri sendiri mengapa ia melakukan kesalahan.

3. Klien merasa hidup sudah tidak bermakna.

4. Klien mengaku kalau ia tidak mampu berdo’a dan bermaksud


mempelajari agama lain yang bisa memaafkan dosa-dosanya.

5. Klien mengatakan tidak tertarik dengan kegiatan keagamaan yang ia


anut.
DO:
6. Klien menunjukkan perilaku banyak diam.
7. Klien menolak melakukan aktivitas ibadah di RS.
DT:
8. Klien tampak murung.
NO. ANALISA DATA MASALAH ETIOLOGI
2. DS: Keputusasaan Kehilangan
1. Klien mengatakan bahwa penyakit yang ia derita karena kepercayaan
Tuhan marah dan mengutuknya akibat perilaku pada kekuatan
menyimpang yang ia lakukan selama ini. spiritual

2. Klien mengaku kalau ia tidak mampu berdo’a dan


bermaksud mempelajari agama lain yang bisa
memaafkan dosa-dosanya.
3. Klien merasa hidup sudah tidak bermakna.

4. Klien mengatakan tidak tertarik dengan kegiatan


keagamaan yang ia anut.
DO:
5. Klien menolak melakukan aktivitas ibadah di RS.
DT:
6. Klien tampak murung.
NO. ANALISA DATA MASALAH ETIOLOGI
3. DS: Risiko perilaku Masalah
1. Klien marah pada diri sendiri mengapa ia kekerasan terhadap diri kesehatan
melakukan kesalahan. sendiri fisik
2. Klien merasa hidup sudah tidak bermakna.
3. Klien mengatakan tidak tertarik dengan
kegiatan keagamaan yang ia anut.
DO:
4. Klien menunjukkan perilaku banyak diam.
5. Klien menolak melakukan aktivitas ibadah
di RS.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Distres spiritual berhubungan dengan sakit.
2. Keputusasaan yang berhubungan dengan kehilangan kepercayaan pada
kekuatan spiritual.
3. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri yang dikaitkan dengan masalah
kesehatan fisik.
TUJUAN
NO.
DAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
KRITERIA
NOC
HASIL DAN
NIC
INTERVENSI
1. Distres spiritual Setelah dilakukan asuhan 1. Dukungan Spiritual
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Intervensi :
sakit diharapkan kesehatan spiritual a. Gunakan komunikasi terapeutik dalam
terpenuhi. membangun hubungan saling percaya dan
1. Kesehatan Spiritual caring.
Indikator: b. Dorong penggunaan sumber sumber
1) Kualitas keyakinan (3→5). spiritual jika diperlukan.
2) Kemampuan berdo’a (3→5). c. Berbagi mengenai perspektif spiritual
3) Kemampuan beribadah (3→5). dengan baik.
4) Berpartisipasi dalam perjalanan d. Dorong partisipasi terkait dengan
dan tata cara spiritual (3→5). keterlibatan keluarga.
e. Berdoa bersama individu.
f. Berikan artikel spiritual yang disukai
pasien.
2. Keputusasaan yang Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Inspirasi Harapan
berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan pasien Intervensi :
kehilangan memiliki harapan. a. Bantu pasien mengembangkan spiritual diri.
kepercayaan pada 1. Harapan b. Berikan kesempatan bagi klien/keluarga untuk terlibat dalam
kekuatan spiritual Indikator: kelompok pendukung.
1) Mengungkapkan makna hidup c. Demonstrasikan harapan dengan menunjukkan bahwa sesuatu
(4→5). dalam diri pasien adalah sesuatu yang berharga.
2) Menunjukkan semangat hidup
(4→5).

3. Risiko perilaku Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Bantuan Kontrol Marah


kekerasan terhadap selama 3x24 jam diharapkan tingkat Intervensi:
diri sendiri yang depresi pasien berkurang. a. Bangun rasa percaya dan hubungan yang dekat dan harmonis
dikaitkan dengan 1. Tingkat Depresi dengan pasien.
masalah kesehatan Indikator : b. Gunakan pendekatan yang tenang.
fisik 1) Kehilangan minat pada kegiatan c. Tentukan harapan mengenai tingkah laku yang tepat dalam
(3→5). mengekspresikan perasaan marah.
2) Rasa bersalah yang berlebihan d. Tetapkan harapan yang pasien dapat mengontrol perilakunya.
(3→5).
3) Kemarahan (3→5).
HASIL PENELITIAN
Penulis mendapatkan 7 pasien pria yang di rawat di RSCM lantai 7 sebagai partisipan dalam
penelitian ini. Pada awalnya penulis sulit untuk membina hubungan saling percaya dengan
pasien/partisipan, namunn setelah dua atau tiga kali pertemuan akhirnya hubungan saling
percaya antara penulis dengan partisipan dapat terjalin. Rentang usia partisipan dari 25
sampai dengan 39 tahun. Pendidikan terakhir partisipan bervariasi dari tidak tamat SMP
sampai sarjana strata satu. Sebagian besar partisipan beragama Islam, satu orang
partisipan beragama Kristen. Pekerjaan partisipan sebelum sakit sangat bervariasi, namun
salah seorang partisipan keluar dari pekerjaannya setelah positif dinyatakan menderita HIV.
Sebagian besar partisipan saat dikaji mengatakan setelah didiagnosis HIV mereka bisa
belajar banyak tentang agama, memiliki kesempatan untuk bertobat kepada Tuhan dan
menyadari kesalahan yang dilakukan. Sebagian besar mengatakan ingin lebih banyak
belajar tentang agama karena sebelumnya mereka jauh dari Tuhan dan tidak melakukan
secara benar ajaran agamanya. Selain itu, tujuan hidup dan nilai-nilai spiritual yang diyakini
oleh partisipan sebagian besar mengalami perubahan pasca diagnosis HIV/AIDS. Beberapa
partisipan mengatakan menjadi lebih menghargai makna hidup yang sebenarnya karena
selama ini telah menyia-nyiakan hidup yang diberikan oleh Tuhan dengan cara menjalankan
semua ajaran yang diajarkan oleh agamanya.
Sebagian besar partisipan megungkapkan pelayanan yang diberikan oleh
perawat sudah profesional dan teliti tetapi kegiatan yang dilakukan hanyalah
melakukan kegiatan rutin dan melakukan kegiatan sesuai prosedur. Sebagian besar
partisipan menginginkan perawat memberikan perhatian yang lebih kepada
mereka, memberikan kenyamanan terhadap klien dan cepat bertindak apabila
partisipan membutuhkan bantuan untuk mengatasi masalahnya misalnya infus
macet. Mereka menginginkan perawat cepat tanggap apabila diperlukan dan lebih
perhatian walaupun hanya untuk menanyakan kabarnya dan menjadi teman untuk
berbicara. Tetapi sebagian besar partisipan mengungkapkan mereka menerima saja
pelayanan yang diberikan perawat karena tahu perawat juga banyak mempunyai
kesibukan lain dan takut apabila mereka macam-macam nanti mereka tidak akan
diurusi oleh perawat.
Hal tersebut menunjukkan bahhwa perawat tidak hanya melakukan kegiatan
rutinnya saja tetapi perawat juga perlu memberikan sedikit waktunya kepada
pasien untuk menanyakan keadaannya saat ini, mendengarkannya, dan
memberikan semangat kepada pasien.

Anda mungkin juga menyukai