Oleh
Hariadi Susilo
b) Analogi Logis
Analogi logis titik tolak penalaran ini adalah kesamaan karateristik di
antara dua hal, maka simpulan akan menyiratkan “Apa yang berlaku untuk hal
lainnya.” Dengan demikian, dasar simpulan yang digunakan merupakan ciri
pokok atas esensial yang berhubungan erat dari dua hal yang dianalogikan.
Contoh
“Dr, maria C. Diamond tertarik untuk meneliti pil kontrasepsi
terhadap pertumbuhan celebral corteks wanita, sebuah bagian otak
yang mengatur kecerdasan. Dia menginjeksi sejumlah tikus betina
dengan sejumlah hormon yang isinya serupa dengan pil. Hasilnya,
tikus-tikus itu memperlihatkan pertumbuhan celebral corteks yang
sangat rendah dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi
hormon itu. Berdasarkan studi itu, DR, Diamond, seorang profesor
anatomi dari university of California, menyimpulkan bahwa pil
kontrasepsi dapat menghambat perkembangan otak penggunanya.”
(Salmon, 1989)
c) Kausal (sebab-akibat)
Penalaran kausalitas memiliki karakteristik sebagai berikut. Pertama, satu
atau beberapa gejala (peristiwa) yang timbul dapat berperan sebagai sebab atau
akibat, atau sekaligus sebagai akibat dari gejala sebelumnya dan sebab gejala
sesudahnya
Contoh 1
Seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera
memunguti pakaian yang sedang dijemurnya. Tindakannya itu
terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab)
pertandanya akan turun hujan (akibat). Hujan (sebab) akan
menjadikan Pakaian yang dijemurnya basah (akibat).
c) Kausal (sebab-akibat. Akibat-sebab)
Penalaran kausalitas memiliki karakteristik sebagai berikut.
Pertama, satu atau beberapa gejala (peristiwa) yang timbul dapat
berperan sebagai sebab atau akibat, atau sekaligus sebagai akibat
dari gejala sebelumnya dan sebab gejala sesudahnya. Kedua, gejala
atau peristiwa yang terjadi dapat ditimbulkan oleh satu sebab atau
lebih, dan menghasilkan satu akibat atau lebih. Ketiga, hubungan
sebab dan akibat dapat bersifat langsung dan tidak langsung
Pertama, satu atau beberapa gejala (peristiwa) yang timbul dapat berperan sebagai sebab atau akibat,
atau sekaligus sebagai akibat dari gejala sebelumnya dan sebab gejala
Contoh 1
Seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian yang sedang dijemurnya.
Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) pertandanya akan turun
hujan (akibat). Hujan (sebab) akan menjadikan Pakaian yang dijemurnya basah (akibat)
Kedua, gejala atau peristiwa yang terjadi dapat ditimbulkan oleh satu sebab atau lebih, dan
menghasilkan satu akibat atau lebih
Contoh 2
Pak Saeran menanam berbagai jenis bunga dan pohon di pekarangan rumahnya. Tanaman
itu dia rawat, dia sirami dan diberi pupuk. Anehnya, tanaman itu bukannya semakin segar,
melainkan layu bahkan mati (akibat). Tanaman yang mati dicabuti. Ia melihat ternyata akar-
akarnya rusak dan dipenuhi rayap. Berdasarkan temuannya itu. Pak Saeran menyimpulkan
bahwa biang keladi rusaknya tanaman (akibat) adalah rayap (sebab
Kausal akibat-sebab, merupakan kebalikan dari urutan sebab-akibat
yang terlebih dahulu membicarakan akibat yang terjadi baru diikuti
sebab-sebab.
Contoh: 3
Usaha Kecil Menengah (UKM) tetap akan sulit berkembang jika
pelaku usaha ini tetap bergabung dalam Kamar Dagang dan Industri
(Kadin) yang merupakan organisasi seluruh pengusaha di Indonesia.
Tanpa Kadin khusus UKM, komunitas ini akan terus tertindas,
karena secra de facto yang menguasai kepengurusan Kadin adalah
pengusaha besar, sehingga persoalan yang melilit UKM tidak pernah
ditangani secara tuntas dan sungguh-sungguh.
(KOMPAS, Senin 4 Agustus 2003
d) Urutan klimaks, yang menyajikan detail dari yang paling kurang
penting sampai kepada hal yang terpenting, yang menjadi puncak atau
klimaks rangkaian kejadian yang bersangkutan. Atau juga sebaliknya,
menyajikan rangkaian kejadian dari hal yang menjadi klimaks sampai
kepada hal yang tidak dianggap begitu penting.
Contoh:
Pada zaman dahulu kala di Jepang, di lereng sebuah gunung yang tinggi
terdapat sebuah gua yang sangat lebar.Gua ini menjadi sarang penyamun.
Setiap malam penyamun-penyamun itu turun ke lembah ke sekitar desa-
desa yang terdapat pada lereng gunung tersebut,bagaikan gerombolan
serigala yang lapar. Mereka merampok dan mengobrak-abrik desa-desa
serta membunuh siapa saja yang berani melawan mereka.
(WASPADA, Minggu 9 Februari 2003)
e. Urutan familiaritas, yang menyajikan detail dari yang diketahui atau dikenal
pembaca sampai kepada yang asing baginya.
Contoh:
Suhu badan diatur oleh suatu keseimbangan antar produksi dan kehilangan
panas,yang diatur oleh suatu alat yang terletak pada hipotalamus. Pada keadaan
demam keseimbangan ini terganggu, sehingga panas yang diproduksi tubuh tidak
diimbangi dengan pelepasan zat pirogen endogen atau suatu sitokin 9misalnya
interleukin 1-IL-1) yang akan memacu pelepasan prostaglandin. Prostaglandin
inilah yang memicu tubuh untuk memproduksi panas.Interleukin, prostaglandin
ataupun zat pirogen diproduksi sebagai reaksi atas adanya ainfeksi maupun
trauma (benturan).Infeksi ataupun benturan di suatu lokasi tubuh menyebabkan
pecahnya pembuluh darah dan melepaskan banyak sel leukosit di lokasi trauma
tersebut
f. Urutan kompleksitas, yang bergerak dari hal-hal yang sederhana menuju
kepada hal-hal yang makin rumit.
Contoh:
Pos lain yang mengalami kenaikan ialah belanja pegawai sebesar 13,16
persen, yakni dari Rp 50, 240 triliun menjadi Rp 56,854 triliun. Kenaikan
tersebut bukan karena ada rencana menaikkan gaji pegawai negeri, polisi
dan militer, melainkan ialah karena ada rencana memberikan gaji ke-
13.Berarti kenaikan penerimaan pegawai, polisi dan militer tidak bersifat
permanen. Bahkan karena inflasi 7 persen dapat dipastikan bahwa daya
beli pegawai akan jatuh minimal secara proporsional.
(WASPADA, Sabtu, 23 Agustus 2003
g. Urutan akseptabilitas, yang bergerak dari gagasan yang mudah diterima atau
menyenangkan pembaca menuju kepada gagasan yang mungkin ditolaknya.
Contoh:
Dalam menghadapi Era Globalisasi saat ini, tampaknya tak dapat dipungkiri
bahwa peranan Bahasa Inggeris sebagai bahasa komunikasi internasional sangat
dibutuhkan sekali bagi mereka yang berkecimpung di dunia akademis, bisnis,
pariwisata, hubungan internasional, jurnalistik, pendidikan bahkan hukum dan
lain-lain. Lebih-lebih lagi di Era APEC dan AFTA dimana hubungan antar budaya
(inter-cultural relationship) semakin aktif yang pada gilirannya akan
menimbulkan berbagai masalah terutama yang menyangkut persoalan hukum
bukan lagi hanya menyangkut warga Negara Indonesia saja, akan tetap
melibatkan warga Negara asing juga apakah mereka sebagai turis, wartawan,
penanaman modal dan sebagainya.
(WASPADA, Senin, 20 Oktober 2003)
h. Urutan kegunaan, yang menyajikan detail dari hal-hal yang diperlukan
pembaca untuk memahami detail atau gagasan berikutnya
Contoh:
Teknologi tanpa kabel yang murah dan cepat yang dikenal dengan nama Wi-Fi
kini telah tiba. Ini merupakan kabar buruk bagi operator seluler, namun
sebaliknya kabar baik bagi kaum eksekutif yang super sibuk. ”Hot spot” tanpa
kabel untuk memanfaatkan Wi-Fi kini sedang menyebar di Asia, memungkinkan
penggunanya “berselancar” di internet dengan kecepatan yang tak terbayangkan
sebelumnya dari bandara, cafe, hotel, dan banyak tempat umum lain yang berada
dalam jangkauan hot spot.
(WASPADA, Selasa, 25 Maret 2003
i) Urutan perbandingan, yang menyajikan butir-
butir perbandingan antara peristiwa kejadian atau
hal baik yang sama maupun yang berbeda
Contoh:
Rupiah Menguat, nilai rupiah dalam perdagangan
valuta asing di Medan Senin (13/10) ditutup
menguat pada level Rp 8.400 dolar AS. Sedangkan
sebelumnya mata uang domestik itu berada di level
Rp 8.420 per dolar AS atau naik 20 point.
(WASPADA, Selasa, 18 November 2003)
j. Urutan pengelompokan dan contoh, yang menyajikan kelompok kelas, jenis,
tipe, contoh-contoh sebagai pejelasan kalimat topik
Contoh:
Dikatakan oleh, Cut Betty, S.H. Direktur LBH APIK, perilaku kekerasan yang
dilakukan terhadap perempuan bisa menimbulkan berbagai dampak.Bagi
golongan ekonomi kelas menengah ke bawah, tindak kekerasan yang dilakukan
terhadap istri seringkali berjalan dengan mulus.Istri yang merasa bergantung
hidup kepada suami, biasa enggan memberikan perlawanan saat suami melakukan
tindak penganiayaan. Dalih takut tidak ada yang memberikan nafkah, malu kalau
dicerai dan menjadi janda serta berbagai problem lain muncul dalam benak istri
yang membuat mereka menerima apa saja bentuk kekerasan yang dilakukan oleh
para suami. Akibatnya, istri selalu merasa minder, malas bergaul dan merasa
tertekan.Ujung-ujungnya bisa memicu penyakit baik jasmani maupun rohani.
(WASPADA, Minggu, 23 Maret 2003)
SEKIAN
TERIMA KASIH