Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

ABDOMINAL
COMPARTMENT SYNDROME
Elizabeth Margareth
Definsi
 Abdominal Compartment Syndrome (ACS)
didefiniskan sebagai suatu keadaan dimana IAP
yang menetap > 20 mmHg (dengan atau tanpa
tekanan perfusi abdomen < 60 mmHg) yang
dikaitkan dengan terjadinya disfungsi ataupun
kegagalan organ
 Tekanan perfusi abdomen dihitung sebagai
perbedaan antara tekanan arteri rata-rata dan
tekanan intra abdomen ( APP = MAP – IAP)
 IAP  suatu steady-state pressure yang
tersembunyi di dalam rongga abdomen
Definsi
 IAH  IAP > 12 mmHg
Insidensi
 Pasien yang dirawat pada Intensive Care Unit
(ICU)  4,2-32,1%

 Pasien trauma berat  2-50%

 Pasie luka bakar berat  36,7-70%

 Operasi besar abdomen  31,5-40,7 %


Faktor resiko

Peningkatan
Penurunan isi
compliance intraluminal
dinding
perut
Kebocoran
kapiler dan
resusitasi
cairan

Meningkatkan
IAP
Faktor resiko
Etiologi
Diagnosis
 Diagnosis ACS tergantung pengenalan dari pasien
yang berisiko, identifikasi sindrom klinis dan
pengukuran dari IAP

 Refrensi standar pengukuran IAP intermiten adalah


melalui blader dengan instilasi maksimal
menggunakan 25 ml salin steril
Diagnosis
Parameter klinis
 Distensi abdomen  Penurunan curah
 IAP> 20 mm Hg jantung
 Elevated peak airway  Hypoxemia refractory to
pressure increase FIO2 and PEEP
 Massive I.V. fluids  Hiperkarbia
requirements  Hiperkapnia
 Oliguria sampai anuria  Tekanan darah tidak
yang tidak berespon stabil
dengan penggantian  Asidosis
cairan
Tatalaksana
 Meldrum et al merekomendasikan perbedaan
tatalaksana sesuai dengan level IAP:
 Derajat 1 (0-15 cm H2O) : pertahankan normovolemia
 Derajat 2 (16-25 cm H2O) : resusitasi hypervolemia
 Derajat 3 (26-35 cm H2O) : dekompresi
 Derajat 4 (>35 cm H2O) : dekompresi dan eksplorasi
Manajemen non bedah
 Memperbaiki komplians dinding  Evakuasi kumpulan cairan
abdomen abdominal
- Sedasi dan analgetik - Parasentesis
- Blokade neuromuskular - Drainase perkutan
- Hindari ketinggian kepala
tempat tidur > 30 degrees  Koreksi keseimbangan cairan
positif
 Evakuasi isi intra-lumen - Hindari resusitasi cairan
berlebih
- Dekompresi nasogaster - Diuretik
- Dekompresi rektum - Koloid / cairan hipertonik
- Agent gastro-/colo-prokinetik - Hemodialisis / ultrafiltrasi
Manajemen bedah
 Laparotomi dekompresi merupakan gold standard
dalam penanganan pasien dengan ACS dan telah
terbukti memperbaiki angka kematian pada pasien
dengan ACS.
 Temporary abdominal closure (TAC) telah banyak
digunakan sebagai mekanisme mengembalikan
dampak akibat peningkatan IAP.
 TAC disarankan sebagai profilaksis untuk
mengurangi komplikasi post operasi dan
mempermudah re-eksplorasi yang telah
direncanakan.
Manajemen bedah
 Setelah laparatomi dekompresi, dilakukan temporary
abdominal closure (TAC) yang dilanjutkan dengan
permanent abdominal closure.

 permanent abdominal closure dilakukan setelah


hipovolemia, hipotermia, coagulapathy, dan asidosis
telah diperbaiki; yang biasanya tiga sampai empat
hari setelah dekompresi abdomen.
Prognosis
 Jika tidak diobati, sindrom kompartemen
abdominal hampir selalu fatal.
 Eddy dan rekan mendokumentasikan mortalitas
sekitar 68% untuk pasien dengan abdominal
comparetement syndrome yang didokumentasikan
dari tahun 1984-1996.
 Sebagian besar penduduk adalah laki-laki (70%),
dan sebagian besar telah mengalami trauma tumpul
(80%).
Kesimpulan
 Abdominal Compartment syndrome adalah manifestasi
akhir dari IAH yang ditandai dengan disfungsi
kardiovaskular, paru, ginjal, dan intrakranial.
 Tingkat morbiditas dari ACS didasarkan dari efek
terhadap seluruh sistem organ.
 Oleh karena itu, ACS mempunyai tingkat mortalitas yang
sangat tinggi meskipun dengan penanganan yang cukup.
 Kondisi ini harus didiagnosa secara dini dan harus
ditangani secara efektif untuk mengoptimalkan hasil.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai