n hukum islam Abdul malikil alam (20011007) Amanda Devi Intan P. (20011004) Masa nabi muhammad saw (610-632 M)
Pada periode ini, kekuasaan pembentukan hukum
berada di tangan Rasulullah SAW. Sumber hukum Islam ketika itu adalah Al-Qur'an. Apabila ayat Al-Qur'an tidak turun ketika ia menghadapi suatu masalah, maka ia, dengan bimbingan Allah SWT menentukan hukum sendiri. Yang disebut terakhir ini dinamakan sunnah Rasulullah SAW. Istilah fiqh dalam pengertian yang dikemukakan ulama fiqh klasik maupun modern belum dikenal ketika itu ilmu dan fiqh pada masa Rasulullah SAW mengandung pengertian yang sama, yaitu mengetahui dan memahami dalil berupa Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW. Masa Khulafaurasyidin (632-662 M)
Khulafaur Rasyidin adalah kekhalifahan Islam yang
berdiri setelah meninggalnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M atau 11 Hijriyah. Ada empat khalifah yang memimpin selama 30 tahun. Masing-masing khalifah memberi jasa yang besar kepada Islam dan umatnya Masa kekhalifahan nabi berakhir bersamaan dengan sempurnanya penetapan syariat Ilahi dalam Alquran dan Assunnah. Keduanya adalah pokok besar yang ditinggalkan masa nabi untuk masa sesudahnya dan masa-masa selanjutnya. Pada masa nabi, ketika terjadi permasalahan yang sulit dipecahkan, maka dapat langsung ditanyakan kepada Rosullullah, jadi tidak ada kesulitan sama sekali dalam penetapan hukum. Pada masa sahabat, mereka menggali hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah- masalah baru dan kejadian-kejadian baru ini dengan cara berijtihad menggunakan nalar (ro’yu) mereka dengan mengikuti kaidah-kaidah syariat, prinsip-prinsip umumnya dan pengetahuan mereka tentang tujuan-tujuannya. Masa pembukuan (Abad VII - X M)
Pada masa tabi’in, tabi’-tabi’in dan para imam m
ujtahid, di sekitar abad II dan III Hijriyah wilaya h kekuasaan Islam telah menjadi semakin luas, sampa i ke daerah-daerah yang dihuni oleh orang-orang yan g bukan bangsa Arab atau tidak berbahasa Arab dan b eragam pula situasi dan kondisinya serta adat istia datnya. Banyak diantara para ulama yang bertebaran di daerah-daerah tersebut dan tidak sedikit pendudu k daerah-daerah itu yang memeluk agama Islam. Denga n semakin tersebarnya agama Islam di kalangan pendu duk dari berbagai daerah tersebut, menjadikan semak in banyak persoalan-persoalan hukum yang timbul. Yang tidak didapati ketetapan hukumnya dalam Al- Qur’an dan As-Sunnah. Untuk itu para ulama yang tinggal di berbagai daerah itu berijtihad mencari ketetapan hukumnya. Periode ini disebut juga periode pembinaan dan pembukuan hukum islam. Pada masa ini fiqih Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat sekali. Penulisan dan pembukuan hukum Islam dilakukan dengan intensif, baik berupa penulisan hadits-hadits nabi, fatwa-fatwa para sahabat dan tabi’in, tafsir al-Qur’an, kumpulan pendapat imam-imam fiqih, dan penyususnan ushul fiqih. Periode Perkembangan ( Abad XIX - sampai sekarang) pada pertengahan abad ke-7 H sampai munculnya Majallah al-Ahkam al-‘Adliyah (Hukum Perdata Kerajaan Turki Utsmani) pada 26 Sya’ban 1293. Perkembangan fiqih pada periode ini merupakan lanjutan dari perkembangan fiqih yang semakin menurun pada periode sebelumnya. Periode ini dalam sejarah perkembangan fiqih dikenal juga dengan periode taklid secara membabi buta. Periode stagnasi dan kemunduran, berlangsung kurang lebih selama enam abad. Sejak jatuhnya pemerintahan baghdad pada tahun 1258 M dan eksekusi Khalifah Abbasiyyah terakhir, al-Mu’tashim dan berakhir sekitar pertengahan abad sembilan belas masehi.