Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PASIEN DENGAN TRAUMA PELVIS


Apa itu Trauma Pelvis?
Trauma pelvis adalah trauma pada
area pelvis termasuk fraktur ring
pelvis, fraktur acetabulun, serta injury
pada jaringan yang ada pada area
pelvis yang disebabkan oleh
kecelakaan, hantaman, jatuh dari
ketinggian yang secara langsung
menekan tulang pelvis.
Patofisiologi Trauma Pelvis
Patofisiologi Secara Sederhana
Penyebab kecelakaan, hantaman, jatuh dari ketinggianmenekan tulang pelvis
(fraktur)terjadi pergeseran fragmen tulangmerusak jaringan, otot, vaskuler sekitar
pelvistrauma menembus kulit ada perlukaanpelepasan mediator
inflamasivasodilatasiakibatnya peningkatan aliran darah dan permeabilitas
kapilerterjadi kebocoran interstisial dan terbentuk oedemoedem menekan pembuluh
darahperfusi perifer tidak efektifPenekanan pembuluh darah perifer menyebabkan
pelepasan mediator nyeri (histamine, prostaglandine, dan bradikinin)ditangkap oleh
reseptor nyeri perifer lalu terjadi implus ke otak yang menyebabkan persepsi nyeri
pasiennyeri akut perlukaan tadi juga mengakibatkan gangguan integritas kulit
sehingga pertahanan primer tubuh terhadap infeksi rusak yang dapat menyebabkan port de
entry kumanresiko infeksi
Trauma langsung pada pelvis mengakibatkan deformitas yang menyebabkan gangguan
mobilitas fisik
Trauma langsungmenyebabkan gangguan pada arteri dan venaperdarahan yang tidak
terkontrolakibatnya kehilangan volume cairan dan elektrolit terjadilah resiko syok
Penatalaksanaan Pra Rumah Sakit
Prinsip Pengiriman Penjagaan airway
kerumah sakit dan breathing,
“do not futher terdekat
harm” Mempertahankan
Kooordinasi kepatenan jalan
dengan rumah napas dan pemberian
oksigen
sakit tujuan
Resusitasi
Cairan
Kontrol
Imobilisasi perdarahan
Larutan kristaloid ≥
2 L harus diberikan Fiksasi Eksternal
dalam 20 menit, Balutan Pelvis
Anterior Standar Balutan
atau lebih cepat atau C-Clamp
pada pasien yang retroperitoneal
berada dalam
kondisi syok
Penatalaksanaan Intra RS
Manifestasi pasien trauma pelvis
mengalami resiko syok karena perdarahan,
respirasi rate >30 kali/menit, akral teraba
dingin, bibir sianosis, CRT >2 detik, nyeri
terus menerus bertambah berat sampai
fragmen tulang dan tidak dapat berdiri.
Berdasarkan manifestasi diatas trauma
pelvis masuk pada Triage warna merah.
Pengkajian Intra Rumah Sakit (Primary Assessment)

Airway+Cervical
control Breathing
1) Kaji kepatenan jalan napas pasien. 1) Tentukan laju dan tingkat
kedalaman nafas pasien.

2) Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan 2) Dapatkan bacaan pulse


oksimetri jika diperlukan.
nafas.
3) Dapatkan bacaan AGD.

3) Look dan listen. 4) Pemberian intervensi untuk


ventilasi yang tidak adekuat
dan / atau oksigenasi
4) Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka
pastikan jalan nafas pasien terbuka.
Pengkajian Intra RS (Primary Assessment)

Circulation Disability
1) Cek nadi dan mulai lakukan CPR Disability dikaji dengan
jika diperlukan. menggunakan skala AVPU.
2) Kontrol perdarahan dengan
pemberian penekanan langsung. Exposure
3) Palpasi nadi radial jika 1) Lakukan pemeriksaan kepala, leher,
diperlukan.
dan ekstremitas pada pasien
4) Kaji kulit melihat adanya tanda-
tanda hipoperfusi atau hipoksia
(capillary refill). 2) Setiap temuan luka baru yang dapat
mengancam nyawa pasien mulai
5) Lakukan treatment terhadap
hipoperfusi melakukan transportasi.
Diagnosis Keperawatan

 Gangguan pertukaran gas  Risiko syok dibuktikan dengan


kekurangan volume cairan
berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-  Perfusi perifer tidak efektif

perfusi ditandai dengan berhubungan dengan kekurangan


volume cairan ditandai dengan

■ DS: Pasien mengatakan


■ DS:Pasien mengatakan nyeri pada
sesak napas. pada area kaki

■ DO: PCO2 meningkat, PO2 ■ DO:Pengisian kapiler >3 detik, nadi


perifer menurun atau tidak teraba,
menurun, Takikardi, pH arteri
akral dingin, warna kulit pucat, edema.
meningkat.
Rencana Keperawatan Dx Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

Tindakan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
■ Terapi Oksigen

■ Setelah dilakukan tindakan keperawatan


1 × 4 jam didapatkan pertukaran gas a. Monitor kecepatan aliran oksigen.

meningkat dengan kriteria hasil:


b. Monitor gejala toksikal oksigen dan atelektasis.

a. Dispnea menurun.
c. Bersihkan sekret pada hidung pasien.

b. PCO2 membaik.
d. Pertahankan kepatenan jalan napas pasien.

c. PO2 membaik .
e. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen.

d. Takikardi membaik.
f. Berikan oksigen tambahan.

e. pH arteri membaik.
g. Kolaborasikan penentuan dosis oksigen.
Rencana Keperawatan Dx Risiko syok dibuktikan
dengan kekurangan volume cairan

Tujuan & Kriteria


Hasil Tindakan
■ Pencegahan syok
a. Kekuatan nadi meningkat (60-100
kali/menit) a. Monitor status kardio pulmonal

b. Monitor status cairaN


b. Output urine meningkat (0,5-1 cc/Kg
BB/jam)
c. Pasang jalur IV

c. Akral dingin menurun d. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine

d. Pucat menurun e. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

f. Kolaborasi pemberian IV
e. Pengisian kapiler membaik (CRT<2
detik)
Rencana Keperawatan Perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan kekurangan volume cairan

Tujuan dan Kriteria


Hasil Tindakan
a. Denyut nadi perifer meningkat
■ Perawatan sirkulasi
b. Warna kulit pucat menurun
a. Periksa sirkulasi perifer (nadi perifer,
edema, pengisian kapiler, warna, suhu)
c. Nyeri ekstremitas menurun

b. Monitor panas, kemerahan, nyeri, bengkak


d. Akral membaik pada ekstremitas.

e. Tekanan darah sistolik membaik c. Lakukan pencegahan infeksi

f. Tekanan darah diastolik membaik d. Anjurkan program rehabilitasi vaskuler


Secondary Assessment
1. Keluhan utama : Nyeri
2. RPS: nyeri saat bergerak, adanya deformitas atau gerakan
abnormal.
3. RPD : fraktur sebelumnya, apakah klien mempunyai
penyakit tulang seperti osteoporosis, kanker tulang.
4. RPK : Apakah ada penyakit serupa yang dialami
keluarga?
5. Riwayat SAMPLE
6. Pemeriksaan Fisik
Diagnosis Secondary Assessment

1. Resiko Syok d.d Perdarahan

2. Nyeri akut b.d Agen Pencedera Fisik Trauma ditandai dengan :


mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada,
posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat
(>100x/menit), tekanan darah meningkat (>120/90 mmHg), pola napas
berubah (>20 x/menit), proses berpikir terganggu, berfokus pada diri
sendiri, diaforesis.
Diagnosis Secondary Assessment
3. Gangguan Integritas Kulit b.d Faktor Mekanis (trauma)Ditandai dengan :
Kerusakan jaringan dan/ atau lapisan kulit, nyeri, perdarahan, kemerahan,
hematoma

4. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Trauma Ditandai dengan : mengeluh sulit


menggerekan ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang ROM menurun,
nyeri saat bergerak, gerakan terbatas, fisik lemah, sendi kaku, enggan
melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak

5. Resiko Infeksi b.d Kerusakan Integritas Kulit


NCP Dx Resiko Syok d.d Perdarahan

Tindakan Keperawatan
Kriteria Hasil Manajemen Syok Hipovolemik
a. Saturasi oksigen meningkat (>94%)

a. Monitor status kardiopulmonal (nadi, RR, TD,


b. MAP (mean arterial pressure) membaik MAP)
(70-100 mmHg)
b. Monitor status Oksigenasi

c. Tekanan darah sistolik dan diastolik c. Monitor status cairan


membaik (Tekanan Sistolik 120-139
d. Ambil sample darah untuk pemeriksaan darah
mmHg, Diastolik 80-89 mmHg)
lengkap

d. Frekuensi nadi membaik (60-100x/menit) e. Jelaskan prosedur pemeriksaan darah lengkap

f. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2


e. Pengisian kapiler membaik >2 detik L pada dewasa

g. Kolaborasi pemberian tranfusi darah, jika perlu


f. Frekuensi napas membaik (12-20x/menit)
NCP untuk Dx Nyeri akut b.d Agen Pencedera Fisik
Trauma

Tujuan dan Kriteria Tindakan


a. Identifikasi intensitas, frekuensi, durasi nyeri.
Hasil
b. Identifikasi riwayat alergi obat
a. Keluhan nyeri menurun
c. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian anlgesik.
b. Meringis menurun

d. Dokumentasikan respon terhadap efek analgesik dan


c. Gelisah menurun
efek yang tidak diinginkan

d. Frekuansi nadi membaik (60-100


e. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
kali/menit)

f. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic.


e. Tekanan darah membaik (Systole 120-139
mmHg, Diastole 80-89 mmHg)
NCP untuk Dx Gangguan Integritas Kulit b.d
Faktor Mekanis (trauma)
Tindakan
Tujuan dan Kriteria
■ Perawatan Luka
Hasil
a) Monitor karakteristik luka
a) Kerusakan jaringan
menurun. b) Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
nontosik, sesuai kebutuhan 

b) Nyeri menurun. c) Pasang balutan sesuai jenis luka

d) Pertahankan teknik steril saat melakukan


c) Perdarahan menurun. perawatan luka

d) Suhu kulit membaik. e) Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan


drainase

f) Kolaborasikan pemberian antiobiotik


NCP untuk Dx Gangguan Mobilitas Fisik b.d
Trauma

Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan

■ Dukungan Mobilisasi
a) Nyeri cukup menurun
a) Identifikasi toleransi fisik
b) Kecemasan menurun melakukan pergerakan

b) Fasilitasi aktivitas mobilisasi


c) Kelemahan fisik dengan alat bantu

menurun c) Jelaskan tujuan dan prosedur


mobilisasi
NCP untuk Dx Resiko Infeksi b.d Kerusakan Integritas Kulit
Tujuan dan Kriteria
Hasil Tindakan
■ Pencegahan infeksi
a) Nyeri menurun
a) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik.
b) Kemerahan menurun
b) Pertahankan teknik aseptic pada pasien

c) Bengkak menurun beresiko tinggi. 

c) Cuci tangan sebelum dan sesudah


kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien.

d) Kolaborasi pemberian antibiotic


THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai