Anda di halaman 1dari 19

POLITIK KEWARGAAN:

PERJUANGAN UNTUK PENGAKUAN, M. Taufik Poli


REDISTRIBUSI, DAN REPRESENTASI
POLITIK PENGAKUAN,
REDISTRIBUSI, DAN
REPRESENTASI:
POLITIK KEWARGAAN
PETANI PENGGARAP
MENGHADAPI
EKSPANSI
PERKEBUNAN SAWIT DI
LOLAK, KABUPATEN
BOLAANG
MONGONDOW
PEMBAHASAN
1
Tinjauan teoritis:
- Kewargaan sebagai keanggotaan, status
2 Tinjauan hitoris politik kewargaan di
Indonesia:
- Kolonialisme Hindia-Belanda
legal, hak, dan partisipasi.
- Politik kewargaan sebagai politik - Pasca-kemerdekaan
pengakuan, politik redistribusi, dan politik - Orde Baru
representasi. - Pasca-Orde Baru

2 Studi kasus:
- Politik kewargaan petani penggarap
di Lolak menghadapi ekspansi perkebunan
sawit
KERANGKA PIKIR POLITIK
KEWARGAAN

Aksi Transformatif

Ketidakadilan: Perjuangan merebut


Mis-rekognisi, keadilan: rekognisi,
mal-distribusi, redistribusi,
mis-representasi representasi

Aksi Afirmatif
TINJAUAN TEORITIS
1 Politik kewargaan selalu memiliki sifat politis. Ia dibentuk dengan serangkaian
pertarungan kekuasaan, persaingan, ketegangan, serta konflik yang melibatkan
berbagai aktor, baik itu elite dominan atau agensi masyarakat sipil.

2 Politik kewargaan juga merupakan perjuangan merebut hak-hak kewargaan oleh


mereka yang tersubordinasi dan termarjinalisasi secara politik, ekonomi, sosial dan
budaya. Sifat politis dari politik kewargaan persis ada pada serangkaian perjuangan
tersebut. Ia dibentuk dan dipraktikan melalui perjuangan politik (Hiariej & Stokke,

3
2018).
Politik kewargaan tidak datang dari ruang kosong atau terberi begitu saja (given).
Melainkan ia berkaitan dengan kapasitas agensi para aktor yang bertarung kuasa dan
kepentingan dalam ruang politik yang beragam.
Thomas Humphrey Marshall (1893–1981): Politik kewargaan dipahami sebagai sebuah
gerak evolutif dari hak-hak sipil, menuju hak-hak politik, dan pada akhirnya hak-hak
sosial.
Hak-hak sipil berkaitan dengan hak untuk keamanan, privasi individu, hak untuk
keadilan, hak atas properti pribadi, hak untuk bebas berpikir, berbicara, beragama, pers
dan hak lainnya yang terkait.
Hak-hak politik berkaitan dengan partisipasi dalam arena publik, terlibat dalam proses
politik, hak memilih dan dipilih, membangun organisasi dan partai politik, dan hak
untuk mengekspresikan protes dan perlawanan.
Sedangkan hak-hak sosial berkaitan dengan hak untuk kesejahteraan seperti jaminan
kesehatan dan pensiun, hak memiliki kesempatan terhadap pendidikan dan pekerjaan,
dan hak redistribusi dan kompensasi seperti kompensasi pendapatan rendah dan
pengangguran.
*Pemahaman Marshall tentang politik kewargaan yang evolusionis cenderung menjadikan Inggris sebagai referensi
utama perkembangan politik kewargaan. Dalam konteks sejarah dan politik tertentu (diluar Inggris dan Eropo, misalnya
Dunia Ketiga) belum tentu demikian.
Kewargaan sebagai Keanggotaan, Status Legal, Hak, dan Partisipasi (Stokke, 2018):
Keanggotaan: Kewargaan sebagai keanggotaan menekankan bahwa yang medasari
kewargaan didasarkan pada sebuah upaya pembedaan antara yang di dalam komunitas, dan
yang berada di luar komunitas. Prasyarat dan kriteria seseorang dikatakan sebagai warga
negara ditentukan oleh komunitas tersebut. Makna kewargaan sebagai keanggotaan juga
terletak pada keanggotaan dalam sebuah bangsa yang diasumsikan dibatasi oleh teritori,
homogen, dan stabil.
Status Legal: Oleh karena warga telah berada dalam suatu komunitas bangsa, di mana di
dalamnya terdapat berbagai aturan, maka status dia sebagai warga komunitas bangsa tertentu
ditetapkan dan dilihat berdasarkan aspek yuridis. Contoh: KTP.
Hak: Kewargaan sebagai hak adalah serangkaian hak yang berhubungan dengan status
keanggotaan di suatu komunitas tertentu dan kewargaannya secara formal.
Partisipasi: Menekankan pada serangkaian kewajiban yang muncul dari proses inklusi
dalam komunitas dan partisipasi aktifnya di komunitas tersebut. Contoh: terlibat aktif dalam
urusan-urusan publik, baik secara praktikal atau diskkrsif.
Politik Pengakuan (Politics of Recognition), Politik Redistribusi (Politics of Redistribution),
dan Politik Representasi (Politics of Representation):
Politik Pengakuan: Berkiaitan dengan budaya dan identitas warga negara yang secara politik
tereksklusi. Proses pengeksklusian ini berujung pada perjuangan politik untuk diakuinya
sekelompok identitas dan kebudayaan yang tereksklusi dan tersubordinasi tersebut. Contoh:
LGBTQ, penghayat kepercayaan, masyarakat adat, tapol/napol yang dituduh PKI, dll.
Politik Redistribusi: Politik redistrbusi adalah perjuangan politik untuk merebut hak-hak
sosial ekonomi. Politik redistribusi muncul ketika suatu proses distribusi ekonomi tidak
mendatangkan keuntungan dan secara politik memarjinalkan dan mejauhkan mereka dari akses
terhadap sumber daya ekonomi. Contoh: kaum miskin perkotaan, buruh, buruh tani, dll.
Politik Representasi: Perjuangan politik untuk mencapai sebuah representasi politik, baik
secara formal maupun informal. Politik representasi juga dipahami sebagai kapasitas agensi
warga dalam berpartisipasi pada urusan-urusan publik yang menyangkut dengannya. Politik
represenasi muncul ketika sarana representasi warga tidak optimal, semisal parlemen, dll.
Contoh: aliansi-aliansi warga, serikat buruh/tani, dl.
Bentuk ketidakadilan:
Politik Pengakuan: Mis-rekognisi
Politik Redistribusi: Mal-distribusi
Politik Representasi: Mis-representasi

Perjuangan penyelesaian ketidakadilan:

Aksi afirmatif: merujuk pada strategi penyelesaian yang berupaya


menghilangkan ketimpangan tanpa merubah struktur yang medasarinya.

Aksi transformatif: berkaitan dengan perubahan fundamental struktur-struktur


yang membentuk ketidakadilan (Stokke, 2018).
TINJAUAN HISTORIS
1 Gerakan pemuda-intelektual:
- Boedi Oetomo (1908)
- Kongres Pemuda (1928)
2 Pluralisme politik pasca-kemerdekaan:
- Kelompok nasionalis
- Kelompok sosialis
- Gerakan pemuda menuntut kemerdekaan - Kelompok Islam

3 Korporatisme negara dan represi politik Orde


Baru:
- Homogenisasi politik
4 Kebangkitan Gerakan politik anak muda, baik
itu activism based public-spahere atau
activism based cyber-space.
- Malari (1974) > senyap - Gerakan #ReformasiDikorupsi
- Kebangkitan Gerakan pro-demokrasi akhir - Gerakan #MosiTidakPercaya (Omnibus
90-an Law)
STUDI KASUS: BELAJAR
DARI LOLAK
Ekspansi Perkebunan Sawit di Lolak, Kab. Bolaang Mongondow
Peralihan HGU PT. Mongondow Indah yang menanam kelapa dalam ke PT. Anugerah
Sulawesi Indah yang menanam kelapa sawit. Luas HGU 609,91 hektar. Berdasarkan
Surat Keputusan (SK) Bupati Bolaang Mongondow No. 31/2011 tentang Izin Usaha
Perkebunan. Diketahui, wilayah operasional PT. ASI mencakup empat desa yakni desa
Lolak, Lolak Tambolango, Padang Lalow, dan Lolak II.
Ekspansi perkebunan sawit di Kabupaten Bolaang Mongondow diketahui sudah ada
sejak 2009 dengan telah dikeluarkannya izin sembilan perusahaan perkebunan sawit.
Perusahaan tersebut diantaranya adalah PT. Anugerah Bolmong Indah, PT. Anugerah
Bolmong Indah, PT. Bol Indah Utama, PT. Global Internasional Indah, PT. Inabonto
Indah Perkasa, PT. Kurnia Kasih Indah, PT. Sino Global Perkasa, dan PT. Tomini Indah
Perkasa. Sembilan perusahaan itu tergabung di dalam kelompok usaha IZZISEN Group
dengan luas perkebunan yakni 79.150,30 hektar, dengan 20% kebun plasma dan 80%
kebun inti, dan tersebar di enam Kecamanatan, yakni Kecamatan Sangtombolang,
Kecamatan Lolak, Kecamatan Passi, Kecamatan Lolayan, Kecamatan Bolaang Timur,
dan Kecamatan Poigar.
Brimob bersenjata lengkap mengawal eksekusi lahanAliansi mahasiswa Bolaang Mongondow Raya aksi di Di kantor GUBERNUR
Depan kantor bupati

Di kantor DPRD Prov SULUT


Sawit yang mulai tumbuh Di depan POLDA SULUT
POLITIK
PENGAKU
AN
POLITIK
REDIST
RIBUSI
POLITIK
REPRESENTA
SI
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai