Anda di halaman 1dari 27

SPONDYLOLISTHESIS

DAN
SPONDYLOLISIS
Dian Ayu Pratiwi MBK2016010196

Mira Aprilika MBK2016010201


Surya Ayu Pratiwi MBK2016010219
merupakan
kumpulan
tulang yang
Tulang
berkumpulbelakang
dan
dewasa
memanjangterdiri
Tulang belakang
dari 7dari
mulai tulang
leher
berfungsi
servikal,
hingga 12
bokong.
sebagai
tulang torakal,
penopang
5 tulang
tubuh beserta
lumbar, dan 1
organ penting
tulang ekor.
dan sebagai
pelindung
Tulang punggung diatur untuk memberikan stabilitas kolom vertebra.
Kerusakan atau kelainan dalam struktur penyokong tulang belakang lumbal
(punggung bawah) dapat menjadi sumber nyeri punggung.

Spondylolysis kelainan struktur yang disebabkan terjadinya patah atau retak pada
salah satu ruas tulang belakang.

Spondilolistesis merupakan kondisi ketika posisi ruas tulang belakang bergeser,


terutama akibat spondilolisis yang terjadi secara terus merus..

Kedua kelainan ini dapat menyebabkan nyeri punggung, khususnya pada anak-anak
dan remaja, juga pada atlet olahraga yang melibatkan stress tekanan berulang pada
lower back seperty gimnastik, sepak bola dan angkat berat.
SPONDYLOLISTHESIS
Penyakit Spondylolisthesis banyak
terjadi pada anak-anak akibat cacat
lahir, kerentanan tulang terhadap
Instabilitas spinal merupakan kondisi
cedera, serta ketidakhati-hatian dalam
umum pada pasien dengan nyeri
melakukan aktivitas. Tetapi kontraksi
pinggang bawah.
yang terlalu tinggi juga dapat
menimbulkan Spondylolisthesis terjadi
pada orang dewasa.

Pada Spondylolisthesis, tulang


belakang khususnya daerah punggung Spondylolisthesis diawali dengan
bawah (lumbar-sakrum) terjadi spondilolisis yang terjadi ketika tulang
pergeseran sehingga salah satu belakang patah, tetapi belum terjadi
bagian dari tulang belakang berada di hingga ke tulang yang lebih rendah di
sisi depan dan berdekatan dengan bagian tulang belakang.
tulang belakang di sisi atas.
Pada atlet dewasa muda terutama
Insidensi penari, atlet angkat beban,
spondilolisthesis ini pesepakbola dan senam, karena
adanya kekuatan fleksi/ekstensi yang
dilaporkan sebesar 4% berulang.
pada dewasa dan 15%

Stress berulang ini akan memberikan


tekanan besar terutama pada segmen Dengan adanya fraktur pada lengkung
L1 – L5 dengan stress mekanik paling neural, vertebra akan mengalami
besar pada pars interarticularis L5. pergeseran.
Pada akhirnya kekuatan ini akan Hal ini merupakan jenis
menyebabkan fraktur pada spondilolisthesis paling umum yang
parsinterarticularis yang dikenal dikenal sebagai isthmic.
sebagai spondilosis.
Faktor Risiko
Spondylolisthesis
• Aktivitas berat seperti mengangkat beban, memikul
barang di pundak, menarik sesuatu yang berat
• Beberapa olahraga yang berisiko tinggi, seperti
sepakbola, rugby, senam, gulat, dan angkat berat
• Kelainan yang sudah ada sejak lahir (kongenital)
• Akibat penuaan
• Cedera berulang pada tulang belakang
• Pernah mengalami kecelakaan lalu lintas yang merusak
tulang belakang
• Retaknya tulang belakang hingga tulang bergeser ke
depan
Tipe spondilolisthesis
Isthmic : merupakan lesi pada pars Degeneratif : disebabkan karena
Dysplastic : abnormalitas interarticularis sekunder akibat instabilitas segmental kronis
kongenital pada vertebra L5 fraktur kronis, fraktur akut ataupun sekunder akibat perubahan
elongasi dari pars tanpa adanya degeneratif pada sendi facet dan
dengan sakrum, 94% fraktur, yang paling umum antara L5 diskus, yang dapat menyebabkan
dihubungkan dengan spina dan sakrum. Tipe ini sering terjadi stenosis lumbal. Sering terjadi pada
bifida occulta. pada atlet dewasa muda yang wanita usia tua dan pada segmen
disebut sebagai “spondilolisis”. L4-L5

Patologis : adanya suatu penyakit Trauma : fraktur pada bagian Iatrogenic : instabilitas sekunder
primer yang memperngaruhi arkus vertebra selain bagian pars karena hilangnya struktur posterior
vertebra (contoh: infeksi, tumor, articularis. vertebra setelah dilakukannya
Paget’s disease, osteogenesis laminektomi ekstensif dan
imperfecta). dekompresi.
hipermobilitas dan atau
. Beberapa pasien dengan
Tipe Spondilolithesis spondilolisthesis dapat muncul
dengan
spondilolisthesis dapat
asimtomatik, walaupun dengan
berdasarkan derajat atau tanpa adanya instabilitas
yang nyata
pergeseran yang berat.

pergeseran atau subluksasi


: Spondilolisis dapat terjadi
secara Pada spondilolisthesis
degeneratif bisa ada terjadi
• Derajat 1 : kurang dari 25% unilateral tanpa adanya tanpa adanya
pergeseran. Oleh karena itu,
diameter vertebra mengalami fraktur pada pars
spondilolisis dapat terjadi tanpa
pergeseran interartikularis.
adanya spondilolisthesis.
• Derajat 2 : 25 – 49%
• Derajat 3 : 50 – 74%
• Derajat 4 : 75 – 99%
• Derajat 5 : 100% “spondilolisis” Adanya pergeseran murni
disebabkan oleh perubahan
deneratif pada diskus dan sendi
facet
Gejala Spondylolisthesis
Gejala mulai timbul saat terjadi pergeseran yang menekan
saraf sekitar tulang belakang.

Gejala utama Spondylolisthesi yang dirasakan adalah nyeri di


punggung belakang.

Nyeri juga dapat disertai keluhan lainnya berupa:


 Nyeri punggung bawah yang menjalar hingga ke bagian
bokong
 Nyeri terasa semakin sakit ketika beraktivitas
 Terdapat penonjolan tulang punggung ke arah depan
 Tulang punggung melengkung
 Punggung bawah terasa kaku hingga otot sekitar paha
 Menegangnya otot-otot paha belakang
 Kesulitan berjalan
• Gejala awal adalah adanya nyeri pinggang bawah yang paling umum disebabkan oleh posisi
statis lama yang dapat berkurang setelah perubahan posisi.
• Progressifitas dari lesi patologis dapat menjalar ke arah bokong dan paha bagian belakang.
Pasien dengan instabilitas serta adanya pergeseran berat dengan tanda – tanda neurologis,
dapat juga mencakup defisit motorik dan sensorik.
• Pasien umumnya mempunyai riwayat manipulasi tulang belakang maupun bunyi keras pada
tulangnya.
• Sesudah evaluasi oleh terapis fisik dan dokter bila ditemukan adanya deformitas maka
merupakan suatu indikasi adanya spondilolisthesis.
• Tanda – tanda lain adalah saat berdiri maka ditemukan tonus otot yang meningkat serta lordosis
bertambah.
• Saat pergerakan aktif, maka pasien dengan instabilitas akan menemukan halangan saat
pergerakan, maupun kesulitan untuk kembali ke posisi normal sesudah melakukan fleksi
gerakan regulerterbalik).
DIAGNOSIS
CT scan : berguna untuk melihat
defek interartikularis, namun tidak
Radiografi : foto X-ray lateral pada berguna untuk melihat
posisi fleksi dan esktensi secara spondilolisthesis dan dapat
umum untuk melihat defek isthmic. dikombinasikan dengan mielografi
(kontras radioopak) untuk
memastikan stenosis foraminal
maupun sentral.

MRI : berguna untuk melihat adanya


patologi jaringan lunak, perubahan
Bone scan : berguna untuk lesi yang
diskus serta stenosis. Kegunannya
akut pada fraktur pars interartikularis
terbatas pada kelainan insthmus dan
tipe isthmic
lebih berguna pada spondilolisthesis
degeneratif.
PENANGANAN
Penanganan konservatif :
 Penanganan pertama mencakup modifikasi aktivitas berupa pengurangan aktivitas sesuai
daran dari dokter atau terapis fisik.
 Dokter dapat memberikan obat – obat antiinflamasi. Pada beberapa kasus, injersi steroid
epidural atau blok saraf tepi dapat dikerjakan
 Pemakaian korset (bracing) dapat dipakai setiap hari selama 6 bulan.

Terapi fisik mencakup :


 Olahraga yang meningkatkan stabilitas dengan menghindari gerakan ekstensi maupun rotasi
yang menambah beban pada instabilitas.
 Penguatan otot abdominal transversal serta multifidus baik secara statis dan dinamis.
 Mobilisasi/manipulasi sendi – sendi kaku untuk mengurangi beban instabilitas.
 Edukasi postural.

Penanganan konservatif instabilitas mempunyai keberhasilan tinggi terutama pada pasien


muda.
Intervensi Bedah
Jarang diperlukan kecuali pada kasus berat.

Indikasi intervensi bedah adalah :


 Derajat 3 atau lebih
 Tanda – tanda neurologis yang tidak berkurang setelah penanganan konservatif
 Traumatik dan spondilolisthesis iatrogenik
 Spondilolisthesis degeneratif dengan instabilitas berat dan nyeri menetap
 Apabila dibutuhkan intervensi bedah dapat dikerjakan bersama dengan fusi
spinal dan laminektomi. Fusi dapat menggunakan tulang maupun instrumentasi
spinal dengan koreksi pergeseran pada tulang vertebra.

(Left) Preoperative x-ray of a 12-year-old


spondylolisthesis patient with a painful
high-grade slip (arrow). (Right) After
spinal fusion and stabilization with rods
and screws, the patient's pain has
improved.
Spondilolisis
Suatu defek yang terjadi pada pars
interartikularis
 Dapat terjadi pada satu sisi (unilateral) atau
pada kedua sisi (bilateral)
 Pada tulang belakang dan paling sering
terjadi pada vertebra L4 dan L5. Pars
interatikularis adalah potongan tipis tulang
yang menghubungkan segmen superior dan
inferior dari sendi facet untuk membentuk
unit kerja yang memungkinkan gerakan
tulang belakang.
 Spondylolysis berpotensi untuk
berkembang menjadi spondylolisthesis
(Left) The pars interarticularis is a narrow bridge of
bone found in the back portion of the vertebra.
(Center) Spondylolysis occurs when there is a fracture
of the pars interarticularis.
(Right) Spondylolisthesis occurs when the vertebra
shifts forward due to instability from the pars fracture
Insidens
 Spondilolisis merupakan suatu defek bawaan dan berkembang selama pasca natal.
 Kelainan ini sering ditemukan dengan meningkatnya umur.
 Defek ini biasanya terjadi pada bagian lamina di antara permukaan artikularis superior dan
inferior yang disebut sebagai pars interkularis.
 Bilamana defek dari lamina vertebra bersifat bilateral, pemisahan dari defek pada badan
vertebra dari lamina akan menyebabkan suatu tekanan mekanik yang menyebabkan
pergerakan ke depan dari vertebra yang defisit.
 Spondiolisis biasanya terjadi 95% pada L5 dan sisanya 15% pada L4.
 Defek ini terdiri atas jaringan ikat.
 Daerah yang sering mengalamis spondilolisis biasanya pada daerah lamina yang lemah
yaitu pada daerah ismus yang sempit.
 Pria 2-4 kali lebih sering terkena daripada wanita.
 Usia bisa terjadi pada anak-anak dengan usia 6 tahun persentasenya 4,4 %.
 Orang dengan spondylolysis, 30-50% akan berkembang menjadi spondylolisthesis.
• Aktivitas berlebihan pada tulang vertebra dengan sering menggunakan dan menahan beban berat untuk waktu yang lama
Kelelahan
dalam olahraga atau kegiatan tertentu yang menyebabkan tulang belakang menjadi kelebihan beban atau lelah
• Beberapa orang dilahirkan dengan tulang vertebra tipis abnormal membuat mereka lebih rentan terhadap patahan dan
retakan. Di sisi lain, ada beberapa pasien yang dilahirkan dengan cacat genetik pada tulang L4 mereka. Terlepas dari kondisi
Genetika
genetik tertentu yang mereka miliki, kerentanan turunan mereka yang sering diperburuk oleh ledakan pertumbuhan, yang
selanjutnya dapat menyebabkan terjepitnya tulang vertebra.
• Genetika Dianggap bahwa factor herediter memegang peranan dalam terjadinya spondilolisis. Enam puluh persen penderita
dimana kedua orang tuanya menderita spondilolisis maka anaknya akan menderita kelainan yang sama. Genetika
• Spondilolisis sering disertai dengan kelainan bawaan spinal. Oleh karena itu daerah lumbal merupakan daerah yang paling
banyak menerima beban pada posisi berdiri, maka spondilolisis dapat terjadi juga setelah suatu stress fraktur atau fraktur

Etiologi
yang terjadi sebagai suatu trauma tunggal.
Umur
• Studi menunjukkan kejadian yang lebih tinggi dari kondisi ortopedi ini antara orang-orang yang berusia
antara 14 hingga 26.
• Beberapa olahraga dan kegiatan diketahui menyebabkan risiko spondilolisis lebih tinggi karena sifat dari Jenis
gerakan tubuh berulang-ulang yang mereka butuhkan; ini termasuk: Kegiatan
• Tenis, Angkat beban, Sepakbola,Olahraga menyelam, Senam Bola, Voli, Rugby, Gulat, Kriket
Jenis
• Studi menunjukkan bahwa kondisi ini lebih cenderung memengaruhi pasien laki-laki. Kelamin
• Walaupun demikian belum terdapat kejelasan tentang etiologinya.
Gambaran Klinis
 Kebanyakan penderita spondilolisis tidak memperlihatkan gejala-gejala klinis.

 Apabila terjadi suatu trauma atau strain yang kronik, maka jaringan fibrosa pada defek ini akan
meregang sehingga menimbulkan perasaan nyeri.

 Pada pemeriksaan klinik biasanya ditemukan adanya spasme otot yang ringan, gangguan
pergerakantulang belakang dan tidak ditemukan kelainan motoris dan sensoris.

 Bagi mereka yang mengalami gejalanya, mungkin merasa:


• Nyeri
• Mati rasa
• Merasa kesemutan
• Tegang otot

 Gejala lain juga meliputi:


• Skiatika, atau melemahnya kaki
• Pergerakan punggung abnormal
• Sulit berjalan
Gambaran Klinis
 Dalam sebagian besar kasus yang disebabkan oleh keturunan, pengalaman
pertama pasien ialah gejala selama masa remaja karena pesatnya pertumbuhan
yang terjadi. Hal ini adalah alasan mengapa banyak pasien yang didiagnosis
dengan kondisi ini pada usia 15 sampai 16.

 Rasa sakit dan sensasi lain yang terkait dengan spondilolisis memengaruhi
punggung bawah, tetapi dapat memperpanjang ke arah bokong. Rasa sakit ini
mirip dengan yang disebabkan oleh otot yang tegang. Pasien juga biasanya
mengalami gejala yang lebih ketika mereka telah berjalan atau berdiri untuk waktu
yang lama atau ketika mereka terlibat dalam kegiatan fisik yang berat. Beristirahat
biasanya membawa bantuan, tapi hanya sementara.Gejala berupa nyeri punggung
bawah dimana nyeri menjalar ke daerah bokong tetapi 25 % pada penderita
simptomatik hanya terjadi kadang kadang
Diagnosis
1. Pemeriksaan fisik
• Pada inspeksi terdapat kelainan pola gait.
• Pada palpasi terdapat nyeri radikular pada proscessus
spinosus diatas slip (khas pada L4).

2. Pemeriksaan radiologis
• Pada Lateral oblique radiograph dari spondylolysis dapat
ditemukan gambaran klasik “collar on the Scottie dog” .
Axial computed tomography
• Defek Spondylolysis di L5
• Kurangnya cincin vertebra karena spondylolysis bilateral.

Apabila diperlukan dapat juga dilakukan :


 Computerized tomography (CT) scans. Yang akan memberi
gambaran lebih detail dibandingkan X-Ray dalam melihat
adanya fraktur atau pergeserannya dan dapat membantu
untuk merencanakan terapi.

 Magnetic resonance imaging (MRI) scans. Memberikan


gambaran lebih jelas tadap jaringan lunak tubuh. Dapat
mengetahui adanya kerusakan pada intervertebral disks
diantara vertebrae atau apabila pergeseran vertebrae yang
terjadi menekan saraf spinal
Penanganan
Tujuan dari perawatan pada spondylolysis and spondylolisthesis adalah untuk:
• Mengurangi rasa sakit
• Memberi waktu fraktur pars interartikularis untuk sembuh
• Mengembalikan kondisi pasien agar dapat beraktivitas seperti semula.

Terapi Konservatif
 Istirahat. Menghindari olahraga dan aktivitas lain yang memberikan tekanan berlebihan pda punggung
belakang
 Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs). NSAIDs seperti ibuprofen dan naproxen dapat
mengurangi bengkak dan rasa sakit punggung bagian belakang.
 Terapi fisik yang dapat meningkatkan fleksibilitas, meregangkan otot hamstring yang kaku dan
memperkuat otot di bagian tulang belakang dan abdomen.
 Menggunakan alat bantu penguat tulang atau perangkat kembali mendukung untuk menstabilkan
punggung bawah selama proses penyembuhan
Terapi Bedah
Dapat dilakukan pada kasus spondilolisis parah dan tampaknya tidak memberikan respon terhadap
perawatan bentuk lain

 Posterior lumbar fusion - proses menyatukan 2 tulang yang bermasalah sehingga kedua tulang dapat
menyembuh dan menjadi 1 tulang yang solid. Fusion menghilangkan gerakan yang dapat terjadi di
kedua tulang vertebrae yang bermasalah sehingga mereka lebih stabil dan tidak rentan terhadap
kerusakan atau terjepit.

 Laminektomi - ini mengurangi tekanan dari saraf terkompresi atau herniasi diskus dengan
mengangkat lamina dari tulang belakang; seperti, jenis operasi ini hanya untuk kasus-kasus di mana
kompresi saraf juga bermasalah

 Perawatan bedah dilakukan oleh bedah ortopedi dan memerlukan waktu pemulihan yang lama, di
mana pasien harus menghindari olahraga atau aktivitas fisik berat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
• WebMD (2017). Pain Management: Spondylolisthesis. (https://www.webmd.com/back-pain/guide/pain-
management-spondylolisthesis)
• NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Spondylolisthesis.
(https://www.nhs.uk/conditions/spondylolisthesis/)
• OrthoInfo (2018). Spondylolysis and Spondylolisthesis. (https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--
conditions/spondylolysis-and-spondylolisthesis/)
• Samuel, et al. (2017). Treatment for Degenerative Lumbar Spondylolisthesis: Current Concepts and
New Evidence. Current Reviews in Musculoskeletal Medicine, 10(4), pp. 521–529.
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5685964/)
• Hu, et al. (2008). Spondylolisthesis and Spondylolysis. The Journal of Bone and Joint Surgery.
American Volume, 90(3), pp. 656-71.
(https://pdfs.semanticscholar.org/f93a/930aaed0b5a7738afa67754d7ef1f6b4b1d3.pdf)
• What are the symptoms of spondylolisthesis? (https://www.webmd.com/back-pain/qa/what-are-the-
symptoms-of-spondylolisthesis)
• Spondylolisthesis - NHS (https://www.nhs.uk/conditions/spondylolisthesis/)
• Spondylolisthesis: MedlinePlus Medical Encyclopedia
(https://medlineplus.gov/ency/article/001260.htm)
• Spondylolisthesis: Symptoms, Causes, and Treatment
(https://www.healthline.com/health/spondylolisthesis)
• Panjabi MM. Clinical spinal instability and low back pain, J Electromyogr Kinesiol, 2003;13(4):371-
9
• White AA, Panjabi MM. Clinical Biomechanics of the spine. 2nd ed.Philadelphia;Lippincott;1990
• Benzel EC. Biomechanics of spine stabilization, Principles and clinical practice. McGraw-Hill;1995
• O’Sullivan PB. Lumbar segmental”instability”:clinical presentation and specific stabilizing exercise
management. Man Ther. 2000;5:2-12
• Earle JE, Siddiqui IJ, Rainville J, Keel JC. Lumbar spondylolysis and spondylolisthesis. In:
Frontera WR, Silver JK, Rizzo TD Jr, eds. Essentials of Physical Medicine and Rehabilitation. 3rd
ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2014:chap 49.
• Spiegel DA, Dormans JP. Spondylolysis and spondylolisthesis. In: Kliegman RM, Behrman RE,
Jenson HB, Stanton BF, eds. Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia, PA: Elsevier
Saunders; 2011:chap 671.6.
• Sponsellar PD, Akbamia BA, Lenke LF, Wollowick AL: Pediatric spinal deformity: what every
orthopaedic surgeon needs to know. Instru Course Lec, Vol. 61. Rosemont IL. American Academy
of Orthopaedic Surgeons, 2012, pp. 481-497.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai